All Chapters of Pelakor Yang Diundang Suamiku: Chapter 71 - Chapter 80

117 Chapters

BAB 71

BAB 71 "Masa harus itu, Mbah?" "Kenapa? Saya tak memaksa, silakan pergi." Lia hendak berdiri, namun jika ia tak mengikuti ucapan dukun tersebut, maka Hanif benar-benar akan menceraikannya. Lia menggeleng, Hanif lebih penting daripada hal begini. "Baik, Mbah." "Nah, gitu. Baru saya suka." Mbah Jono mengunci pintu, dan mereka pun melakukan adegan tak senonoh. Lia terus membayangkan Hanif yang bercinta dengannya. Ia bahkan tak sanggup membuka mata karena takut melihat wajah Mbah Jono yang sudah tua. "Kamu masih l3git rupanya," ucap Mbah Jono sambil memakai bajunya kembali. "Mana, Mbah?" "Bawa fotonya?" Lia membuka dompet dan menyerahkan foto Hanif. Mbah Jono langsung mengerjakan tugasnya. Mulutnya komat kamit membaca mantra, lalu ia menyembur air di dalam gelas yang sudah dipersiapkan sebelumnya. "Berikan ini pada air minum
last updateLast Updated : 2023-01-04
Read more

BAB 72

BAB 72___Vania terkejut melihat kehadiran Ibra di acara reuni teman kuliah Raisa. Wajah lelaki itu tak berubah, hanya garis halus tipis mulai terlihat di wajah tampannya. "Kalian saling kenal?" tanya Raisa. "Iya, kami berteman waktu SMA, dunia sempit sekali ya, ternyata Vania sahabat kamu juga, Sa?" sahut Ibra. Raisa mengangguk. Sementara Vania mengalihkan pandangannya, bertemu kembali dengan lelaki yang pernah mengisi relung hatinya, membuat jantungnya berdebar. Terlebih ia tahu dari teman-temannya, jika saat ini Ibra tengah menduda. "Anakmu mana, Bra?" tanya Raisa."Di rumah sama Omanya." "Oh, kalau gitu kami ke sana dulu, ya!" ucap Raisa, seraya menunjuk kumpulan teman perempuannya. Sepanjang acara, Vania lebih banyak diam. "Eh, ada duo janda di sini!" Vania dan Raisa, menoleh ke arah sumber suara. Kikan menatap mereka mengejek, ia melipat tangan di depan dada. "Astaga, mau cari masalah ternyata jalang kecil ini!" lirih Raisa. Sementara Vania memperhatikan penampilan K
last updateLast Updated : 2023-01-05
Read more

BAB 73

BAB 73 "Mas, punya duit gak?" tanya Lia. "Buat apa, Sayang?" "Aku mau belanja, Mas. Sudah berapa lama ini aku nggak belanja.""Mas mana ada uang. Kamu kan tau kalau Mas nggak kerja." Lastri turut merebahkan tubuhnya di samping sang suami. Kini ia merasa bahagia, karena Hanif telah kembali ke sedia kala. Semua ini berkat air dari Mbah Jono, batin Lia. "Mas, kenapa kita nggak buka usaha aja?" tanya Lia. "Usaha apa?" "Ya apa, kek." "Mas mana ada modal." "Ck! Kamu kan masih punya Ibu, Mas! Tanahnya luas di mana-mana. Lagian itu nanti jadi bagianmu. Minta aja sekarang, toh sama aja." Hanif memikirkan ucapan istrinya dan membenarkan. Kenapa selama ini tak pernah terpikirkan? batinnya. "Nanti, aku minta. Sekarang, aku minta dulu dari kamu, yuk!" Lia tersenyum lebar, benar-benar mujarab airnya Mbah Jono. Bahkan Hanif sempat mengatakan takkan menyentuhnya lagi karena jijik. --"Lia! Kamu yang mencuri uang Ibu, ya?" tanya Wiyani sambil menghampiri Lia yang tengah makan siang. "Mak
last updateLast Updated : 2023-01-06
Read more

BAB 74

BAB 74__Anna memasang wajah datar ketika lelaki yang mengantar ibunya, berdiri di hadapannya. Wajah lelaki itu terasa familiar di matanya, ia seperti pernah melihat lelaki itu sebelumnya. "Nak, kenalin ini teman SMA Mama, namanya Om Ibra," ucap sang mama memperkenalkan lelaki di sampingnya. "Yakin, cuma teman?" tanya Anna. Vania mengernyit heran, "iya, Nak. Abang kamu mana?" "Ada di dalam," ucap Anna, seraya menggeser tubuhnya memberi ruang agar Vania dan lelaki bernama Ibra itu bisa masuk. "Duduk dulu, Mas. Aku ke dalam sebentar." Ibra duduk di ruang tamu bersama Anna, sejak tadi anak gadis Vania itu menatap Ibra dengan pandangan tak bersahabat. Bukan ia tak menginginkan Vania memiliki pendamping lagi, tapi dia takut jika mamanya kembali disakiti. "Om enggak ada maksud buat pe de ka te sama Mamaku, kan?" Anna menatap Ibra penuh selidik. Lelaki yang usianya berbeda satu tahun dengan V
last updateLast Updated : 2023-01-07
Read more

BAB 75

BAB 75 "Mas, apa kamu mengira ini kebohongan? Kenapa Ibu selalu memandangku begitu, Bu? Aku memang pernah melakukan kesalahan, tapi sudah bertaubat. Kamu percaya sama aku, kan?" "Iya. Ibu, jangan keras-keras sama Lia. Dia sudah berubah, Bu. Kemarin Kikan memang mengirim pesan kalau Lia ada di sana. Bahkan ada foto dia tidur di sebelah Kikan." Wiyani mengerutkan kening. Ia masih ragu untuk mempercayai menantunya itu atau tidak. "Benar, kamu habis tidur di rumah anakmu?" "Iya, Bu." Wiyani akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam rumah karena Rima sudah selesai mengepel. Kondisi Mbok Nah sedang tak baik, sehingga Rima bersedia membantu melakukan pekerjaan rumah tangga. Toh semua itu sudah biasa untuknya. Anaknya sudah bisa bermain sendiri. "Drama," ucap Rima saat berjalan melewati Lia yang masih berdiri mematung. "Iri aja." Lia menyusul Hanif yang sudah masuk ke dalam kamar. Ia sungguh penasaran, apakah kali ini Hanif benar-benar melindunginya, atau Lia memang mengirim pesan pad
last updateLast Updated : 2023-01-08
Read more

BAB 76

BAB 76___Kikan berdecak mendengar ucapan mamanya, mana mungkin ia pergi ke tempat Mbah Jono dukun mesum itu, membayangkan tubuhnya disentuh dengan tangan keriput lelaki itu saja membuatnya bergidik ngeri. "Udahlah, Ma, aku enggak mau berurusan sama dukun-dukunan dulu. Bawa perut besarku ini aja rasanya susah sekali," gerutunya. "Salahmu sendiri, harusnya kamu jangan hamil dulu kemarin!" ketus Lia. Lia tak berharap memiliki cucu, karena ia enggan mengemong cucu nantinya. Ia tak bisa bebas jika nanti Kikan menitipkan anaknya."Berisik ah, Ma. Bukannya bantuin anak, malah mojokin terus, selama ini aku bantuin Mama tanpa diminta, tapi begini balasannya!" sungut Kikan seraya beranjak ke dapur. Wanita yang tengah berbadan dua itu, menyeduh mie instan untuk sarapannya, Rangga membatasi uang belanjanya, bahkan lelaki itu tak mempercayai dirinya memegang uang gaji."Kamu makan mie terus ya, Kan?" tanya Lia, ketika melih
last updateLast Updated : 2023-01-08
Read more

Bab 77

BAB 77__"Kalau saya mau kamu menderita, mungkin kamu sudah saya biarkan jadi gelandangan, Hanif!" Rima tertegun ketika ibunya menyebut dirinya 'saya' pada abangnya, sorot mata sang ibu terlihat sangat terluka. Dia juga heran dengan abangnya yang semakin kasar dan gemar sekali membantah ucapan orang tua. "Halah, kalau Ibu tak mau aku menderita, seharusnya Ibu memberiku modal untuk usaha. Supaya aku bisa sukses seperti Vania!" cecar Hanif, seraya menunjuk wajah sang ibu. Sang adik yang melihat ibunya diperlakukan kasar oleh abangnya, menjadi muntab. "Abang!" bentaknya. "Kamu enggak usah ikut campur, Rim!" ketus Hanif. "Jangan jadi lelaki pengecut yang hanya berani dengan orang tua, Bang!" bentak Rima. Mendengar ucapan adiknya, emosi Hanif tersulut. "Apa maksudmu, hah? Kamu takut aku menguasai warisan Ibu, iya?" sinisnya. Rima benar-benar tak habis pikir dengan abangnya, bahkan ibu
last updateLast Updated : 2023-01-09
Read more

BAB 78

BAB 78__"Ini uang buat pegangan kamu, ingat jangan sampai Rangga tahu rahasia kita!" ucap Lia, seraya memberikan uang pegangan kepada putrinya. Selama menginap di rumah menantunya, ia menerima beberapa pelanggan untuk menambah uang pegangannya. Terlebih Hanif tak memberinya nafkah, kebutuhan hidupnya semakin banyak."Mama kapan ke sini lagi?" tanya Kikan. "Lusa Mama ke sini lagi, kabarin Mama kalau kontraksinya semakin kuat!" pesan Lia sebelum pergi dari rumah Kikan.Sebenarnya ia masih betah bersama anaknya, tapi ia tak mau berlama-lama meninggalkan suaminya. Terlebih misinya belum berjalan sesuai rencana, maka ia harus menuntaskannya sebelum menemani anaknya melahirkan.Sesampainya di rumah, dilihatnya sang suami yang tengah memanaskan mesin kendaraannya. "Sudah melahirkan Kikan, Yang?" tanya Hanif.Lia menggeleng, "belum, makanya aku bisa pulang." Hanif tersenyum senang, tentu saja ia bahag
last updateLast Updated : 2023-01-09
Read more

BAB 79

BAB 79 "Coba kamu bukakan, Di. Mana takut." Aldi paham persis bagaimana trauma yang Vania rasakan, untuk itu ia membawa paket itu ke belakang dan membukanya di sana. Ia terkejut bukan main saat isinya adalah sepatu yang begitu cantik. Ada dua heels dan satu sepatu pria. "Bagaimana, Nak?" tanya Vania yang menghampiri Aldi, begitupun dengan Anna yang juga takut. "Ma, ini dari siapa?" "Ya mana Mama tahu, Nak. Emang kenapa? Apa isinya?" Aldi menenteng dua heels yang telah ia keluarkan dari kardusnya, dan juga sepatu pria. "Mama yakin, nggak beli sendiri?" tanya Aldi. Vania menggeleng, ia sama sekali tak membeli apapun. Begitu pun dengan Anna, apalagi gadis itu tak suka memakai heels meski hak-nya pendek. "Apa, Papa?" Tebak Anna, yang kemungkinannya sangat kecil. "Nggak usah ngimpi dapat ini dari Papa. Buat makan aja susah," ucap Aldi sewot. "Di, nggak boleh gitu. Biar bagaimana pun, dia papamu." Aldi nyengir kuda mendengar ucapan Vania. Ya, ia akui salah. Tapi itu semua tak le
last updateLast Updated : 2023-01-10
Read more

BAB 80

BAB 80___"Jadi, paketnya dari kamu Mas?" tanya Vania pada lelaki di hadapannya. Ibra mengangguk, "kamu sama anak-anak suka, kan?" "Suka sih, Mas, tapi apa enggak berlebihan?" lirih Vania. Ibra terkekeh, "enggak kok." Lelaki itu paham sekali sifat Vania, jika kemarin ia mengatakan akan memberi hadiah pasti Vania akan menolaknya. Itu sebabnya, ia mengirim diam-diam sebagai kejutan. Melihat wajah bahagia sang pujaan hati, membuat perut Ibra terasa dipenuhi kupu-kupu. "Anak-anak mana?" tanya Ibra mengalihkan pembicaraan. "Aldi sama Anna lagi ke minimarket, bentar lagi juga balik." "Oh iya, Van. Boleh enggak, nanti aku bawa anak-anakku buat kenalan sama kamu?" tanya Ibra.Vania menatap Ibra, ia melihat keseriusan di mata lelaki itu. Ia mengangguk, menyetujui permintaan Ibra. Lagipula, tak ada salahnya memberi kesempatan pada lelaki di hadapannya ini untuk pendekatan. "Van, apa kamu sudah siap jika nanti membangun rumah tangga lagi?" tanya Ibra. "Aku enggak tahu, Mas. Jujur aja,
last updateLast Updated : 2023-01-10
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status