Home / Rumah Tangga / Pelakor Yang Diundang Suamiku / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Pelakor Yang Diundang Suamiku: Chapter 91 - Chapter 100

117 Chapters

BAB 91

BAB 91 __Vania bergeming, ia ingin segera meresmikan hubungan mereka tapi disudut hatinya masih terselip keraguan. Terlebih ayahnya, berulang kali memperingatinya untuk tak terlalu cepat membangun pernikahan lagi. Ia meletakkan ponselnya di nakas, lalu membersihkan diri di kamar mandi. Setelah memakai piyama tidurnya, Vania merebahkan tubuhnya yang lelah ke atas ranjang."Apa dua tahun menjanda itu terlalu singkat?" gumamnya. Vania meraih ponselnya di nakas, ia kembali membuka aplikasi perpesanan. Saat membuka ruang chat bersama Ibra, lelaki itu tampak tengah online. [Van, apa kamu keberatan?] pesan dari Ibra mengejutkannya. "Bukan keberatan, Mas, aku hanya terlalu takut." Vania bermonolog, tanpa berniat membalas pesan dari Ibra. Karena terlalu lelah, ia terbuai ke alam mimpi. Tubuhnya sudah sangat lelah, seharian bekerja dan tadi harus membantu mantan adik iparnya di rumah sakit. _Hanif menatap layar ponselnya, ia sejak tadi menghubungi Lia tapi tak kunjung ada jawaban. Bahk
last updateLast Updated : 2023-01-20
Read more

BAB 92

BAB 92 Keadaan Wiyani semakin parah. Terlebih Hanif benar-benar sudah tak memiliki uang andai terlalu lama berada di rumah sakit. "Lalu gimana, Bang? Jika Ibu dilepas semua kabel yang menancap di tubuhnya, maka Ibu tak bisa bertahan. Sebagai anak laki-laki, ini sudah menjadi tanggung jawabmu. Apalagi, Abang kemarin sudah menjual tanah Ibu. Andai semua ditelusuri, akar dari sakitnya Ibu adalah Abang, karena sudah memaksa untuk menjual harta Ibu, demi memuaskan napsu istrimu itu." Hanif tersentak mendengar ucapan Rima. Belakangan ini, ia memang merasa berbeda. Kadang, hati dan otaknya tidak sinkron. Apa yang diucapkan oleh Lia, maka ia akan menuruti semuanya. "Abang akan coba bicara sama Lia dan minta uangnya," ucap Hanif sambil berpamitan pulang. "Bukan mencoba, tapi Abang memang harus bicara sama dia. Jangan mau dibodohi, Bang. Bang Hanif itu pintar!" Hanif tak menyahuti ucapan Rima. Ia merasa seperti baru saja bangun dari tidur panjangnya. Hanif menghela napas, lalu melajukan m
last updateLast Updated : 2023-01-21
Read more

BAB 93

BAB 93__"Jadi, kapan rencana kalian mau akad nikah?" tanya Raisa, ketika mengunjungi sahabatnya di butik. Vania mendelik pada sahabatnya yang bertanya dengan volume suara yang sangat kencang, mengundang perhatian pelanggan butik. "Kebiasaan deh!" Raisa terkekeh, "jadi kapan?" "Belum tahu sih, kapannya. Mas Ibra masih ada urusan bisnis di luar kota, ya kemungkinan sebulanan lagi, lah. Kamu sendiri kapan, nikah lagi?" tanya Vania balik, seraya tersenyum mengejek. "Ntarlah, mau nyari berondong dulu. Kayaknya yang muda lebih menggoda," sahut Raisa genit seraya mengedipkan sebelah matanya. Mereka berdua tergelak bersama, perhatian Vania teralihkan dengan kedatangan sang putri membawa rombongan temannya. "Mama!" Anna menghampiri mamanya. "Teman-temanku lagi cari dress buat acara ulang tahun kakak tingkat kami, Ma. Boleh, kan?" ucap Anna, seraya menatap mamanya. "Boleh dong, kamu juga pilih aja sana!" "Nanti Tante kasih diskon, tigapuluh persen!" bisik Raisa seraya mengerlingkan
last updateLast Updated : 2023-01-22
Read more

BAB 94

BAB 94 __Setelah Haikal puas menumpahkan air matanya, Vania mengambilkan tissue dan mengusap air mata anak lelaki yang sebentar lagi akan menjadi bagian dari keluarganya. "Kenapa seperti ini?" tanya Vania lembut. "Aku cuma pengen diperhatikan, Mama, Nte. Apa aku salah minta diperhatikan sama orang tua walaupun sebentar?" lirihnya. "Enggak salah, kok. Sebagai anak, memang sudah seharusnya kamu mendapat perhatian dari orang tua. Tapi, terkadang kami para orang tua tak bisa mengekspresikan perhatian dan bentuk kasih sayang kami ke anak." Haikal menatap calon istri papanya sendu, ia iri dengan Anna dan Aldi yang tetap bahagia meskipun hanya tinggal bersama ibu tunggal. Sementara dirinya, tak diacuhkan. "Kenapa Mamaku enggak bisa seperti Tante?" Ibu beranak dua itu bergeming, ia bingung hendak menjawab pertanyaan Haikal seperti apa. Ia takut semakin memperkeruh hubungan antara Haikal dan mamanya. "Jangan seperti ini, Nak. Mungkin kamu kecewa karena perlakuan orang tuamu, sehingga
last updateLast Updated : 2023-01-22
Read more

BAB 95

BAB 95 Sela mengantarkan baju ganti Haikal ketika pulang sekolah. Gadis SMA itu sudah meminta mamanya untuk mengantarkan, tapi Hikmah sendiri tak mau karena sang suami minta diantarkan ke suatu tempat. "Hidup dengan Papa sebenarnya nggak buruk, tapi Mama selalu berhasil merayuku saat kami ingin pergi. Jika sedang begini, Mama pasti akan tak peduli." Shela menghela napasnya, lalu berjalan menuju ruangan Haikal. Sampai sana, ia terkejut melihat Vania yang sedang menyuapi kakaknya. "Tante, kenapa di sini? Apa Papa yang mengabari?" tanya Shela. "Iya, Nak. Papamu yang minta supaya Tante je sini karena sedang di luar kota," jawab Vania seraya tersenyum. Ia bersyukur karena anak-anak Ibra tampak baik dan mau menerimanya. Kebanyakan anak korban perceraian akan saling acuh, bahkan pada calon ayah atau ibu tiri mereka. Namun tidak dengan anak-anak Ibra, mereka begitu mau menerima kehadiran Vania. "Makasih banyak ya, Tante Vania. Malah jadi merepotkan," ucap Sela seraya tersenyum. "Nggak
last updateLast Updated : 2023-01-23
Read more

BAB 96

BAB 96 Vania sekeluarga pergi ke rumah Wiyani. Begitupula dengan Rahman. Meski muak melihat mantan menantunya, tapi Wiyani adalah sahabatnya. Semasa hidupnya, ia telah baik sebagai seorang mertua. "Oma, kenapa ninggalin kita, Ma?" tanya Anna. Ia dan Wiyani dulu begitu dekat, tidak seperti Wiyani dengan Aldi. Sepanjang perjalanan, Vania menangis. Teringat dengan jasa-jasa yang telah diberikan oleh mantan mertuanya dulu."Sabar, Sayang. Umur, rezeki, itu hak mutlak milik Allah. Kita nggak bisa ngomongin begitu." Ana memeluk mamanya, sementara Aldi mengebut membelah kota Jakarta. Sampai di sana, rupanya jenazah belum pulang. Vania mengambil kunci yang diletakkan di bawah pot bunga, lalu membukanya. Lagi, luruh lah air mata Vania. Terbayang kembali kenangan-kenangan semasa mertuanya itu masih hidup. "Ibu, semoga amal ibadahmu diterima di sisi Allah." Vania segera membereskan rumah, sementara Rahman ke rumah RT untuk meminjam kursi. RT yang tak tahu apapun, merasa terkejut dengan be
last updateLast Updated : 2023-01-23
Read more

BAB 97

BAB 97__Lia terkejut karena mendapat tamparan begitu keras di hadapan keluarga suaminya, rasa sakit dan panas yang menjalar di wajahnya berubah menjadi malu. "M-mas, k-kamu kok tega sama aku?" lirihnya seraya menatap Hanif mengiba, berharap sang suami berada dipihaknya. 'Sialan, reaksi jampi-jampi dari Mbah Jono kayaknya sudah hilang. Kenapa cepat sekali?' rutuknya dalam hati. "Tega kamu bilang? Yang tega itu kamu, bisa-bisanya saat aku kesusahan kamu malah pergi entah ke mana. Bahkan aku ke rumah Kikan, tak ada kamu di sana!" cecar Hanif, membuat Lia terperangah. Kikan tak ada mengatakan apapun padanya, ia pikir Hanif tak akan mungkin ke rumah anaknya. "M-mas, aku bisa jelasin!" ucap Lia berusaha menarik kembali perhatian suaminya. Hanif mendengkus, melihat wajah Lia entah kenapa ia merasa muak. Rasanya ia begitu membenci wanita yang tengah menangis di hadapannya, bahkan ia merasa tangisan istrinya itu hanya dibuat-buat. "Pergi dari hadapanku." "Mas!" rengek Lia. "Pergi."
last updateLast Updated : 2023-01-23
Read more

BAB 98

BAB 98 __Setelah tiga hari membantu acara tahlilan di rumah mendiang mertuanya, Vania dan kedua anaknya memutuskan pulang terlebih Haikal juga sudah keluar dari rumah sakit. Vania meminta tolong pada Raisa untuk menjemput kedua anak tirinya. "Jadi, Shela sama Haikal mau tinggal sama kita, Ma?" tanya Aldi. "Iya, Bang, kamu setuju, kan?" Aldi mengangguk, berusaha menerima keadaan bahwa sebentar lagi ia akan memiliki keluarga baru. "Jangan terlalu keras dengan Haikal ya, Bang. Kalau bisa, kamu ajak dia pelan-pelan ke arah yang baik," nasihat Vania. "Iya, Ma." Sesampainya di rumah, Vania membersihkan diri. Ia juga sudah memberitahu anak-anaknya untuk berbagi kamar dengan Haikal dan Shela. Usai memakai pakaian bersih, Vania duduk di teras menunggu kedatangan Raisa. "Ma, Anna mau ke rumah Iren dulu ya, ada tugas kuliah!" ucap Anna yang sudah rapi memakai blouse berwarna biru cerah dipadukan dengan kulot berwarna putih. "Lama?" tanya Vania. "Mungkin pulangnya maghrib, Ma, enggak
last updateLast Updated : 2023-01-23
Read more

BAB 99

BAB 99___Rima terkekeh mendengar ucapan Lia yang begitu percaya diri, ia melanjutkan langkahnya meninggalkan pasangan suami istri itu di rumah. Tentu saja ia bisa tenang meninggalkan rumah, karena semua aset penting sudah ia amankan. Mereka tak akan menemukannya, meskipun sampai membalik seluruh isi rumah. "Semua tak akan sesuai rencanamu, Lia." Setelah menyumbangkan pakaian milik ibunya, Rima memutuskan untuk bertemu dengan kedua ponakannya. Ia sudah berjanjian dengan Anna sebelumnya, mereka akan bertemu di cafe tak jauh dari rumah kakak iparnya. Sesampainya di cafe, ia mengambil duduk dibagian sudut ruangan agar pembicaraan mereka lebih aman dan tak didengar orang lain. Rima menghubungi keponakannya, mengabarkan bahwa ia sudah sampai di cafe. Setelah menunggu hampir limabelas menit, sepasang anak kembar itu datang dengan wajah sumringah menghampirinya. "Maaf ya, Nte, lama. Tadi tuh jemputin Bang Aldi dulu, Anna juga baru selesai ngerjakan tugas di rumah teman," ucap Anna ser
last updateLast Updated : 2023-01-24
Read more

BAB 100

BAB 100__Lia terperanjat mendengar ucapan adik iparnya."Silakan tinggalkan abangku atau kutendang dengan cara tidak hormat dari rumah ini?" bisik Rima. Mereka saling beradu tatap, Lia menghentakkan kakinya meninggalkan Rima sendirian. Wajah wanita itu merah padam, ia benar-benar malus sekaligus kesal. Saat hendak masuk ke kamar suaminya, pintunya terkunci. Ingin sekali ia berteriak memaki semua orang yang ada di rumah ini. "Bangsat, aku harus mengatur strategi baru!" Lia menghempaskan tubuhnya di sofa ruang tengah. Harga dirinya seperti diinjak-injak oleh iparnya, ia tak mau mengalah begitu saja. Akan ia pastikan yang akan keluar dari rumah ini bukanlah dirinya tapi adik iparnya. Saat tengah melamun memikirkan strategi baru untuk memuluskan rencananya, Hanif keluar kamar, ia menatap sang istri yang duduk di sofa dengan datar. Hanif menghampiri istrinya, dan duduk di sofa yang bersebelahan dengan Lia. "Mas, kamu baru bangun?" tanya Lia lembut, berusaha mengambil hati suaminya
last updateLast Updated : 2023-01-24
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status