Semua Bab Istri Ketiga Mas Endara : Bab 11 - Bab 20

116 Bab

Melepas Rindu

Keesokan harinya, tepatnya jam dua belas siang, Endara sudah tiba di rumah sakit yang sebelumnya alamatnya sudah dikirim oleh Afifa. Tanpa pulang dan membersihkan tubuh terlebih dahulu Endara langsung ke rumah sakit dan Dara juga ikut serta bersamanya. Kedatangan Endara disambut oleh Vega penuh rasa bahagia, akhirnya rindunya bisa terlepas setelah melihat sang suami tercinta tiba dengan selamat di pelukannya.“Kamu sudah bikin Mas khawtair sayang,” bisik Endara, pada saat lelaki itu masih memeluk tubuh Vega yang terlihat sedikit kurus.“Aku rindu sama kamu Mas, makanya sakit kaya gini,” ujar Vega, dengan suara serak karena wanita itu sedang menahan tangisnya.Endara melepaskan pelukannya, menangkup pipi Vega menggunakan kedua tangannya. Tatapan yang diberikan Endara penuh cinta yang tidak pernah berubah sejak dulu sampai sekarang.“Maafkan Mas yang sudah mengabaikan kamu,” bisik Endara, kening keduanya saling menyatu. Tanpa mereka sadari ada dua perempuan yang sedang menyaksikan kero
Baca selengkapnya

Ikhlas Lapang Hati

Tidak membutuhkan waktu seminggu di rumah sakit akhirnya Vega berhasil pulang dengan kondisi yang semakin membaik. Bukan hanya Endara yang bahagia melihat kondisi Vega yang semakin membaik, tetapi Dara dan Afifa juga merasakan hal yang sama.“Dara, Afifa, hari ini kalian yang siapkan makan malam,” ujar Endara, sebelum lelaki itu mengantarkan Vega ke kamar mereka.Dara dan Afifa hanya mengangguk sebagai jawaban. Lalu dua perempuan itu menaruh koper di depan pintu kamar Vega, kemudian baru mereka ke dapur untuk membuat makan malam.“Mbak, malam ini kita mau masak apa?” tanya Dara, saat ke duanya sudah berada di dalam dapur.“Mbak juga bingung. Kamu ada usul tidak mau bikin menu makan malam apa hari ini?” Afifa menopang dagunya sedang berpikir keras menu apa yang harus dia sajikan malam ini.“Mbak Afifa masih memikirkan ….”Senyum Afifa muncul meskipun Dara belum selesai berucap. Wanita itu sudah tahu apa kelanjutan dari ucapan tersebut.“Aku tidak boleh lemah, Dara. Meskipun aku mengaku
Baca selengkapnya

Kemarahan Endara

Endara menyeret Dara membawa gadis itu ke dalam kamar. Setelah Vega ditangani oleh dokter dan gejala alergi sudah tidak lagi Vega rasakan, Endara ingin memberi pelajaran Dara agar tidak ceroboh lagi.“Tapi Dara benar-benar tidak ada niatan untuk mencelakai Mbak Vega, Mas.” Di saat derai air matanya mengalir, Dara berusaha untuk membuat Endara yakin dengan ucapannya. Namun, sayangnya amarah itu masih menguasai Endara sehingga kebenaran yang nampak di depan mata pun tidak terlihat.“Dengar ya.” Endara mencengkram rahang Dara membuat kepala gadis itu mendongak. Air mata Dara semakin deras mengalir, perlakuan kasar itu membuat Dara sangat sakit hati kepada suaminya sendiri.“Kamu itu hanya istri ketiga yang tidak akan pernah aku nggak di rumah ini. Jadi, jangan berharap kamu bisa menjadi ratu di dalam hati saya.” Endara melepaskan cengraman di rahang Dara sangat kasar membuat semua rambut menutupi wajah gadis itu.“Dara juga tidak ada niatan untuk menggeser posisi Mbak Vega di hati Mas En
Baca selengkapnya

Menyesal

Dara langsung ditangani oleh dokter dan mendapatkan beberapa jahitan di kepala akibat benturan yang cukup keras di kepala bagian belakangnya. Saat ini Dara masih berada di dalam ruangan bersama dengan dokter dan tim medis lainnya. Sementara Endara, lelaki itu setia berada di depan pintu menunggu kabar selanjutnya. Jelas sekali terlihat di wajah Endara, lelaki itu sedang menyesali perbuatannya.“Mas.”Suara dari belakang tubuhnya membuat Endara menoleh ke belakang. Dilihatnya Afifa sedang berdiri di sana menatapnya dengan mata sayu.“Baju Mas Endara dipenuhi darah, lebih baik ganti dengan yang baru.” Afifa memberikan Endara kaos pendek. Melihat kondisi suaminya yang berlumuran Darah membuat Afifa tidak tega melihatnya. Apa lagi banyak pasang mata yang menatap Endara heran.“Aku terlalu jahat,” ucap Endara, dengan suara lirih. Lelaki itu seolah lupa dengan sikapnya tadi yang persis seperti manusia tidak punya hati saat sedang menghajar Dara tanpa ampun.“Seharusnya aku tidak menyakitiny
Baca selengkapnya

Masih Kecewa

Tiga hari telah berlalu dan kini Dara sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Sejak kejadian waktu itu Dara dan Endara juga belum berbicara empat mata karena Dara terus menjauh dari lelaki itu akibat rasa sakit dan kecewa yang masih melekat erat di pikiran Dara.Dara masuk ke dalam rumah dituntun Afifa yang selalu ada di samping Dara selama berada di rumah sakit. Hanya Afifa, karena Vega tidak diperbolehkan Endara untuk menjenguk Dara. Bukan karena Endara takut Dara akan melakukan hal gila, hanya saja lelaki itu tidak mau Vega kelelahan.“Terima kasih, Mbak.” Dara tersenyum saat Afifa menuntun langkahnya sampai masuk ke dalam kamar. Tidak hanya itu, Afifa juga membantu Dara membereskan barang-barang yang dibawa dari rumah sakit.“Kamu istirahat saja dulu untuk beberapa hari ke depan. Dapur biar Mbak saja yang mengurusnya,” ujar Afifa.“Iya, Mbak, maaf untuk beberapa hari ke depan Dara tidak bisa membantu kegiatan di dapur.” Wajah Dara langsung murung karena tidak bisa membantu Afifa di d
Baca selengkapnya

Mencoba Untuk Kembali Dekat

“Mau saya bantu ke kamar mandi?” tanya Endara, pada dini hari ketika lelaki itu merasakan kasur di sebelahnya bergoyang. Ternyata Dara hendak pergi ke kamar mandi.“Dara bisa sendiri kok Mas.” Mencoba untuk terlihat mandiri di depan suaminya sendiri, meskipun nyatanya Dara sangat kesulitan untuk bangun dari posisi tidurnya.“Kamu belum bisa bergerak dengan bebas, Dara. Biarkan saya bantu.” Endara turun dari kasur berjalan ke sisi tempat di mana Dara tidur. Lelaki itu membantu Dara untuk bangun dan menuntun gadis itu sampai ke kamar mandi.“Saya akan tunggu di sini.” Endara keluar dari kamar mandi dan Dara menutup pintu setelah mengucapkan kata terima kasih.Endara melirik jam yang ada di dinding ternyata sudah pukul dua pagi dank e dua mata Endara terasa sangat berat sekali, tetapi lelaki itu tetap menunggu Dara sampai selesai buang air kecil. Tidak berselang lama Dara pun keluar.“Sudah selesai?” tanya Endara, dan dijawab anggukan kepala oleh Dara.Kemudian Endara kembali menuntun Da
Baca selengkapnya

Senyum Maut

Setelah mengelilingi jalanan kota akhirnya Endara memutuskan untuk membawa Dara ke sebuah taman besar di sana. Meskipun hanya berkunjung ke sebuah taman, Endara yakin dara pasti akan suka dengan pemandangan di sana.“Kita mau jalan-jalan di sini, Mas?” tanya Dara, menatap sebuah tulisan besar di pintu masuk utama.“Iya, kamu nggak suka ya?” Endara menatap Dara kecewa, karena ia pikir Dara akan menyukainya. Pada saat di tengah jalan tadi pun Endara tidak mengatakan ingin singgah di mana.“Dara suka kok Mas, sebenarnya udah lama Dara pengen datang ke sini, tapi nggak tahu jalan, jadi Cuma bisa lihat di internet saja,” jelas Dara, dengan mata berbinar.“Benarkah?” tanya Endara, seketika hatinya kembali bahagia mendengar penjelasan Dara. Tidak Endara sangka ternyata membahagiakan Dara semudah ini, tidak perlu membawa gadis itu ke sebuah mall besar untuk membeli barang-barang ternama, hanya dibawa ke sebuah taman saja sudah membuat wajah Dara bersinar bahagia.“Terima kasih, Mas.” Pancaran
Baca selengkapnya

Pertama Kalinya Untuk Dara

Cuaca yang cerah tiba-tiba saja berubah menjadi mendung. Angin yang berhembus terasa sangat dingin itu pertanda bahwa hujan akan segera turun. Dara dan Endara mengemasi barang-barang mereka agar segera pergi ke mobil untuk berteduh agar tidak terkena percikan air hujan. Saat ke duanya baru tiba di dalam mobil, hujan turun dengan derasnya.“Sepertinya kita tidak mungkin menerobos hujan sederas ini. Mau tidak mau harus mencari penginapan dulu menunggu esok,” ujar Endara, memprediksi hujan tidak akan segera reda.Dara menggigit bibir bagian dalamnya, gadis itu cemas karena mengingat ucapan Endara kepada Vega tadi sebelum pergi.“Tapi Mas, bagaimana dengan Mbak Vega? Bukankah tadi Mas Endara hanya bilang mau mengantar Dara cek ke dokter?” tanya Dara, fakta yang sejak tadi ia pendam kini harus terungkap.“Kamu mendengar percakapan saya bersama Vega tadi?” tanya Edara.Dara mengangguk pelan, lalu menjawab dengan suara lirih, “Tidak sengaja.”“Vega biar menjadi urusan saya. Tidak mungkin sa
Baca selengkapnya

Mengingat Kejadian Semalam

Keesokan paginya, Dara sudah lebih bangun, tetapi ia tidak berani beranjak dari kasur akibat mengingat kejadian semalam yang membuat dirinya tersipu malu. Sepanjang malam kegiatan itu berlangsung cukup lama membuat Dara sangat kelelahan. Saat Dara sedang diam memikirkan kejadian semalam, tiba-tiba saja ada yang memeluknya dari belakang siapa lagi pelakunya kalau bukan Endara. Sedekat ini dengan lelaki itu dalam keadaan sadar membuat jantung Dara berdebar sangat kuat.“Sudah bangun?” lelaki yang sedang memeluk Dara dari belakang itu bertanya dengan suara lirih dan serak.“He’em?” Dara bergumam, masih belum ingin membalikkan tubuhnya. Posisinya Dara miring membelakangi Endara.“Sudah jam berapa?” tanya Endara, lagi-lagi dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.“Jam tujuh,” jawab Dara, lagi-lagi ia tidak mau menoleh ke belakang.Endara semakin mengeratkan pelukannya. Hujan di luar masih sangat deras, nampaknya semalam penuh bumi ibu kota sedang diguyur air hujan yang sangat deras
Baca selengkapnya

Kemarahan Vega

Sesampainya Dara dan Endara di rumah, mereka berdua langsung berhadapan langsung dengan Vega dengan muka masam. Dara menjadi tidak enak hati ketika melihat wajah tidak mengenakkan Vega.“Kalian berdua kemana saja sih, kenapa jam segini baru pulang?” tanya Vega, dengan nada sewot. Ke dua matanya menatap Dara dan Endara tajam, bak busur panah yang siap menancap di tubuh lawan.“Tadi aku sudah bilang di sana sedang hujan dan angin kencang di tambah lagi banjir aku tidak mungkin memutuskan untuk pulang,” jelas Endara, lelaki itu juga kesal karena saat dirinya baru tiba di rumah langsung mendapat omelan dari Vega.“Apa salahnya memberi tahu aku terlebih dahulu? Aku khawatir,” ujar Vega.“Sudahlah, Vega, aku lelah ingin istirahat. Dara, masuk ke kamar dan langsung istirahat.” Lalu Endara melenggang pergi di susul Dara.Vega yang masih berada di tempat yang sama menggerutu kesal di tinggal sendiri. Vega marah karena Endara tidak memberitahukan terlebih dahulu akan pulang sore. Padahal sejak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status