Home / Pernikahan / Istri Ketiga Mas Endara / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Istri Ketiga Mas Endara : Chapter 41 - Chapter 50

116 Chapters

Bab 41

Hari semakin bertambah petang, namun ke dua orang tua Dara belum juga kembali. sambil menunggu kedatangan mereka berdua, Dara dan Endara memutuskan untuk mengeluarkan barang bawaan mereka dari dalam mobil dan menata kembali di dalam kamar Dara. Kamar yang dulu menjadi tempat Dara beristirahat di malam hari.“Ini kamar kamu?” tanya Endara, sambil menatap ke sekeliling kamar yang cukup sempit dan banyak sekali sarang laba-laba karena sudah lama tidak ditempati. Dengan pencahayaan seadanya Endara dan Dara menata barang bawaan mereka di sana.“Iya Mas, namanya juga di kampung,” kata Dara, dengan seulas senyum menghiasi wajah manisnya. Meskipun kecil dan sempit, tapi Dara selalu merindukan kamar itu. Kamar yang selalu ia jadikan tempat untuk pulang dan istirahat di kala lelah. Kamar yang menjadi saksi bisu semua cerita Dara tentang mimpinya.“Dara, apa tidak ada lampu yang lebih terang dari ini?” tanya Endara, lagi-lagi lelaki itu dibuat heran dengan penerangan seadanya di dalam kamar Dara
Read more

Bab 42

Setelah selesai membuat teh hangat Dara langsung membawa ke ruang depan di mana Endara dan sang bapak sudah berada di sana. Hari sudah semakin gelap, tapi belum ada tanda-tanda jika ibu Dara akan segera kembali.“Pak, sebenarnya Ibu itu kemana?” Dara bertanya sambil meletakkan dua cangkir berukuran sedang itu ke atas meja, tepatnya di hadapan Endara dan Edi.“Bapak juga kurang tahu, Nduk, katanya sih tadi Cuma pergi sebentar,” jelas Edi, yang ikut khawatir karena istri dan dua anak mereka belum juga kembali. Anin—ibu Dara—tadi hanya pamit karena ada keperluan sebentar, tapi nyatanya sampai saat ini belum juga kembali.“Ibu kemana ya, kok belum pulang juga,” kata Dara, sambil melihat ke arah luar berharap sosok sang ibu terlihat di balik kegelapan sana.“Nduk, sudah lah tidak perlu khawatir seperti itu Ibu dan adik-adik kamu pasti akan segera kembali,” kata Edi, untuk menenagkan hati Dara yang gelisah. Tidak seperti biasanya memang Ainin pergi malam cukup lama seperti ini, sebab tadi i
Read more

Bab 43

Esok paginya, Endara bangun tidur dalam keadaan menggigil, bukan karena sakit atau demam, tapi memang cuaca di sangat sangat dingin dan berkabut. Padahal jam sudah menunjukkan pukul tujuh, tapi kabut masih cukup tebal. Rasa dingin itu cukup menyiksa untuk Endara, biasanya kepanasan di Jakarta sekarang harus kedinginan di desa.“Ini jahe hangatnya Mas,” kata Dara, memberikan Endara secangkir jahe hangat yang sudah ia buat tadi. Jahe merah hangat yang sangat ampuh untuk menghangatkan badan dari cuaca dingin seperti ini.“Kenapa kamu tidak bilang kalau cuacanya sangat dingin seperti ini?” tanya Endara, dengan tatapan penuh protes. Tahu jika dinginnya seperti ini Endara akan membawa banyak baju tebal dari rumah.“Kan Mas Endara tahu sendiri kampung Dara itu dekat gunung. Dara pikir Mas Endara tahu dengan cuaca di sini,” kata Dara, sambil terkekeh pelan. Melihat Endara berpakaian tebal seperti ini membuat lelaki itu terlihat seperti kepompong yang akan berubah menjadi kupu-kupu.“Kenapa ka
Read more

Bab 44

Beberapa jam kemudian, tepatnya jam 10 pagi“Mas, nggak ke sawah bantuin Bapak?”Dani berdiri tepat di belakang Endara saat lelaki itu sedang meregangkan otot-ototnya yang terasa pegal akibat kemarin mengendarai mobil tanpa ada penggantinya.“Oh, iya, mau sekarang berangkatnya?” tanya Endara, kini lelaki itu sudah menoleh ke belakang menatap Dani yang sedang berdiri di belakangnya.“Tahun depan,” kata Dani, dengan wajah datar. Mendengar pertanyaan Endara membuat hati Dani sangat kesal. Memangnya kapan lagi bisa membantu bapak di sawah? Memangnya orang kita seperti Endara memiliki banyak waktu untuk mengurus sawah di kampung?Mendengar jawaban Dani yang sangat ketus membuat Endara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sampai detik ini Endara belum bisa menyelami sifat ke dua adik laki-laki Dara, meskipun Dara sosok yang sangat hangat dan ramah, tapi ternyata sifat baik Dara tidak menurun pada sang adik.“Ayo Mas, tunggu apa lagi.” Dani melangkah lebih dulu, karena Endara sangat lelet
Read more

Bab 45

Ternyata benar apa kata Dara pagi tadi, jika sudah beranjak siang kabut pun menghilang dengan sempurna. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul satu siang dan Endara masih berada di sawah bersama Dani dan bapak mertuanya. Sepanjang Endara berada di sawah, lelaki itu harus masuk ke dalam lumpur untuk mencari keong kecil. Endara tidak mengerti mengapa Dani memintanya untuk mencarikan hewan sawah itu. “Mas, sudah dapat balum?” Dani berteriak dari jarak kurang lebih lima meter dari tempat Endara mencari keong kecil. Dani juga sedang mencari, namun tidak mau berdekatan dengan Endara. “Sudah, tapi belum banyak.” Endara juga berteriak. Endara menegakkan tubuhnya, pinggangnya terasa ngilu dan sakit akibat terus membungkuk untuk mencari keberadaan keong yang terbungkus dengan lumpur. Endara merasa Dani sedang mengerjainya, tapi Endara diam saja seolah tidak tahu apa-apa. Menjengkelkan memang, tapi Endara masih mencoba untuk sabar. “Ya, Mas gimana sih. Cemen.” Dani mengacungkan jari jempol terba
Read more

Bab 46

“Rio, sedang apa kamu di sini?” Dara yang melihat sang adik duduk diam di teras depan rumah pun berinisiatif untuk mendekati Rio. “Eh, Mbak.” Rio menggeser tubuhnya agar Dara bisa duduk di sampingnya. Kemudian Rio kembali diam tenggelam dalam pikirannya. “Lagi banyak pikiran ya?” Dara tahu betul bagaimana Rio. Rio adalah adiknya yang paling pemikir, dibandingkan Dani yang sangat berbeda jauh sifatnya. Rio lebih diam dan menjadi sosok pengamat, tapi di balik diamnya itu Rio adalah sosok yang penyayang dan tidak pernah mau menyakiti hari perempuan terutama ibu dan mbaknya—Dara. Sedangkan Dani, dia adalah sosok laki-laki yang bisa mencairkan suasana dengan celetukan nyelenehnya, meskipun terlihat laki-laki yang suka bercanda, tapi Dani juga sosok yang bertanggung jawab dan serius. “Mbak makin cantik aja,” kata Rio, sambil tersenyum tipis ikut bahagia melihat perubahan Dara yang terlihat semakin cantik. Saat pertama kali Rio melihat kedatangan Dara, Rio sangat bahagia karena melihat tub
Read more

Bab 47

Pagi-pagi sekali Dara sudah bersiap ingin pergi ke pasar. Hanya menggunakan baju daster panjang di atas mata kaki sudah membuat Dara merasa nyaman, tidak hanya itu Dara juga tidak malu berpakaian sederhana di kampungnya.“Kamu pakai baju itu?” Endara bertanya, sambil menatap penampilan Dara dari atas sampai bawah. Rambut yang di jedai dan daster ala kadarnya membuat Endara mengerutkan keningnya bingung. Apakah Dara yakin memakai pakaian itu keluar rumah? itu lah yang ada di dalam pikiran Endara saat ini“Iya Mas, memangnya kenapa? Jelek ya?” Dara berjalan ke arah lemari yang sudah dilengkapi dengan cermin. Dara melihat dirinya sendiri di pantulan cermin, sekali lagi mengoreksi penampilannya hari ini.“Tidak, maksud saya bukan itu. Kamu yakin ke pasar pakai daster dan rambut dijedai seperti itu? Leher kamu terlihat jelas Dara, apa pikiran laki-laki nanti di sana?” melihat leher Dara yang putih saja sudah membuat Endara kelimpungan tujuh keliling, apa lagi para lelaki yang ada di sana n
Read more

BAB 48

Malam harinya pada saat semua orang sedang berkumpul di ruang tengah sambil bercanda ria, tiba-tiba saja terdengar sebuah mobil berhenti di depan rumah membuat semua orang yang ada di dalamnya bertanya-tanya.“Bapak sudah panen?” Dara bertanya, sambil menatap kearah sang bapak dengan kening mengkerut. Sebab biasanya jika padi sudah panen maka akan gabahnya akan diantarkan menggunakan mobil pick up.“Belum, Bapak belum panen,” kata Edi. Lelaki paruh baya itu pun bergegas keluar rumah untuk memastikan. Edi juga bingung mengapa ada mobil pick up yang berhenti di depan rumahnya. Namun, yang membuat Edi semakin bingung adalah sopir mobil pick up yang berpakaian rapi karena biasanya orang yang biasa mengantar gabah milik Edi hanya memakai baju seadanya saja.“Dengan Bapak Edi?” tanya sang sopir, setelah turun dari mobil langsung menghampiri Edi yang sedang berdiri di depan rumah.“Iya, benar, dengan saya sendiri,” kata Edi. Raut wajah lelaki paruh baya itu masih saja menyimpan segudang pert
Read more

BAB 49

Terhitung sudah lima hari lamanya sejak Endara dan Dara tiba di kampung halaman Dara. Banyak sekali yang bisa Endara dapatkan mulai dari kesederhanaan, kebersamaan, melepas penat bersama, dan masih banyak lainnya lagi. Endara bahagia bisa berada di tengah-tengah mereka, namun sayangnya hari ini Endara dan Dara harus kembali ke kota karena pekerjaan Endara sudah menunggu di sana. Sebenarnya Dara berat ingin pulang, tapi apa lah daya dirinya masih resmi menjadi istri Endara.“Cari apa?”Dara dikejutkan dengan suara yang berasal dari belakang tubuhnya. Ia menoleh untuk melihat siapa yang bertanya.“Eh, Mas Endara.” Dara bangun dari posisi jongkoknya lalu menghampiri Endara yang sedang duduk di tepian ranjang.“Lagi cari apa?” Endara masih bertanya tentang hal yang sama.“Nggak lagi cari apa-apa kok Mas,” jawab Dara sepertinya ada sesuatu yang sedang wanita itu sembunyikan dari Endara, tapi tidak berani untuk bilang.“Semuanya sudah?” tanya Endara, karena beberapa menit lagi mereka berdua
Read more

BAB 50

Satu minggu kemudian …Vega dan Afifa sudah tiba di rumah, setelah beberapa minggu berlibur ke luar negeri. Dara pun menyambut mereka berdua penuh rasa bahagia karena akhirnya tidak sendirian lagi di rumah dan Endara bisa pergi ke kantor tanpa memikirkan dirinya yang sendiri di rumah.“Selama aku tinggal di rumah baik-baik aja kan Dara?” tanya Vega, yang sengaja mampir main ke kamar Dara untuk mengecek kondisi janin yang ada di dalam kandungan Dara. Vega dan Afifa tidak tahu jika satu minggu yang lalu Dara dan Endara baru saja dari kampung Dara.“Semuanya aman kok Mbak,” jawab Dara, dengan senyum merekah di wajahnya.“Syukur deh kalau begitu. Ya sudah, aku mau ke kamar dulu ya, kamu istirahat.” Kemudian Vega pun keluar dari kamar Dara dan kembali ke kamarnya.***Saat Vega masuk ke dalam kamarnya, wanita itu melihat Endara sedang duduk santai di atas kasur, sudah saatnya melepas rindu setelah beberapa minggu tidak bertemu.“Sayang.” Vega naik ke atas kasur, bergelayut manja di lengan
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status