Home / Urban / Istri Seksi Tetangga Sebelah / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Istri Seksi Tetangga Sebelah: Chapter 91 - Chapter 100

133 Chapters

91. Menantu Versus Mertua

Zahra dan Syamil sudah duduk di aula bersama Bu Haji Umi. Tempat biasa diadakan pertemuan apapun yang dianggap penting, pasti dilakukan di aula. Termasuk untuk membicarakan hal urgent seperti ini. Tidak ada siapapun yang boleh menganggu jika ada orang yang tengah berdiskusi di ruangan aula. "Ya sudah, Ummi tunggu, Abah cepat pulang.""Iya, Mi, Abah sudah di jalan.""Oke, Bah, assalamu'alaikum."Bu Umi meletakkan kembali ponselnya di atas karpet tebal yang membentang menutupi ubin aula. Wanita itu mengerutkan kening begitu dalam saat menyadari ada yang berbeda dengan bibir bawah anaknya. Bukan seperti luka karena ciuman, tapi lebih seperti terbentur karena warna merah darah bekunya begitu kentara. "Ummi baru lihat, bibir kamu kenapa, Sya?" tanya Bu Umi panik. Wanita itu mengangkat dagu sang Putra sembari memakai kacamata yang menggantung di lehernya untuk memastikan bahwa ia tidak salah lihat. "Kebentur, Mi," jawab Syamil berbohong. Zahra menunduk semakin dalam. Sedikit pun ia tidak
last updateLast Updated : 2023-01-10
Read more

92. Nasihat Hani

Lelah menangis, Zahra akhirnya ketiduran di rumah Hani. Hani memandangi wajah sahabatnya itu. Zahra cantik, mulus kulit wajahnya, aroma pengantin juga masih begitu lekat saat ia masuk ke dalam rumahnya. Namun, wajah cantik Zahra seperti tengah menahan sesuatu yang tidak bisa ia tunjukan begitu saja. Apa yang sebenarnya terjadi pada sahabatnya ini? Batin Hani cemas. Wanita itu pun melanjutkan memasaknya. Menggoreng ikan dan juga memasak sayur asem. Hani sengaja menutup pintu agar suara berisik dari dapur tidak menganggu Zahra. Saat akan menjemur handuk di teras, Hani melihat mobil keluar dari pesantren. Kaca mobil memang tidak gelap sehingga ia bisa melihat siapa saja yang ada di sana. Ada Syamil, ummi-nya dan juga seorang wanita yang waktu itu sempat menegurnya. Apakah itu kakak Syamil? Hani mengangkat bahunya, lalu memilih masuk ke dalam rumah untuk melanjutkan packing. Hari pun siang, Hani membangunkan Zahra untuk makan, tetapi sahabatnya itu masih tidur dengan pulsanya. "Zahra,
last updateLast Updated : 2023-01-11
Read more

93. Bu Umi versus Bu Tia

Zahra benar-benar membuktikan ucapannya. Pukul dua siang, wanita itu memesan taksi online yang bisa membawanya pulang ke rumah mamanya. Tidak peduli ia harus bayar ongkos cukup mahal, asalkan ia bisa segera pulang ke rumah. Hani sudah menahan dan meminta Zahra mengurungkan niatnya, tetapi temannya itu tetap tidak mau mendengarkan nasihatnya. "Zahra, kamu udah bilang Syamil kalau kamu mau pulang ke rumah orang tua kamu?" tanya Hani saat Zahra sudah merapikan kembali kerudung sambil menunggu taksi online tiba. "Nggak ah, biarin aja suamiku nanti nyariin. Oh, iya, makasih ya, Hani Sayang. Makan siangnya enak banget. Udah dikasih numpang tidur juga. Aku balik dulu." Zahra mencubit gemas pipi Hani, lalu memeluk sahabatnya itu dengan erat. Hani pun hanya bisa menghela napas. Inilah sosok Zahra yang sebenarnya. Sahabatnya itu orang yang keras dan berpendirian teguh. Kalau katanya A, maka akan tetap A. Taksi pesanan Zahra pun sampai. Hani mengantar temannya itu sampai naik ke dalam mobil.
last updateLast Updated : 2023-01-11
Read more

94. Syam Penghibur

"Orang-orang mah yang dijahit itu jidat, kamu malah bibir atas. Lihat itu, dower lima cantik ke depan. Jangan dekat-dekat sama balon, nanti meletus kalau kena ujung bibir kamu," ledek Bu Umi begitu masuk ke dalam rumah. Syamil dan Laila tertawa. Keduanya memilih bungkam dari pada harus mengomentari omelan ummi-nya. Namanya juga emak-emak. Syam berdiri begitu melihat kedatangan orang-orang yang ia sayangi. Anak lelaki yang tengah bermain puzzle itu berjalan setengah jinjit menuju Syamil yang sudah duduk tidak jauh dari Bu Umi. "Mana Zahra, panggil sini!" Kata Umi memerintah Laila. "Teteh Zala kabul, Mi. Kual pagel," (Teteh Zahra kabur keluar pagar) jawaban Syam membuat Syamil berdiri dan berlari untuk melihat istrinya di kamar. Zahra tidak ada di kamar.. Syamil memeriksa baju Zahra di dalam lemari. Masih lengkap semuanya. Syamil mengambil ponsel untuk menelepon Zahra tetapi tidak diangkat. "Berarti Zahra ke rumah orang tuanya," kata Bu Umi setelah melihat Syamil turun sendirian.
last updateLast Updated : 2023-01-12
Read more

95. Pertemuan Ibu dan Anak

Siapkan tisu! Sad dan terharu. "Assalamu'alaikum, Bu," panggil Syam dengan suara lucunya. Syamil kembali mengetuk pintu dan tugas Syam yang mengucapkan salam. "Wa'alaykumussalam, siapa ya?" Hani buru-buru memakai kerudungnya. "Siapa hayo?" tanya balik Syam hingga membuat Syamil kembali terbahak. Hani mengerutkan kening. Anak siapa sih? Meuni aneh pisan, kita nanya, dia balik nanya. Batin Hani sambil berjalan untuk membukakan pintu bagi tamunya. CklekSyamil dan Syam tersenyum. Hani mendelik kaget, lalu ia menutup pintu dengan cepat. Blam! Wanita itu mengatur napasnya yang sesak. Ia kekurangan oksigen karena ada dua pria tampan di depan rumahnya. Hani mengibaskan tangan di depan wajahnya agar ia tidak menangis. "Emangnya kita pocong, masa udah buka pintu ditutup lagi," komentar Syam. "Makanya pakai bedak jangan cemong, jadinya dikirain anaknya Mbak Kunti. Ibu itu pasti takut sama Syam, bukan sama Abang." Syam mencebik. Anak kecil itu kembali mengetuk pintu. Hani berhasil meng
last updateLast Updated : 2023-01-12
Read more

96. Pesta Durian

Zahra lelah menunggu Raka yang tidak kunjung sampai di rumahnya. Gadis itu akhirnya masuk ke dalam rumah dan langsung memilih tidur. Ini sudah jam sembilan lebih tiga puluh malam dan ia pun mulai mengantuk. Janjinya mau bawain durian, sampai gini hari belum pulang juga. Zahra tidur aja deh. SendItulah pesan yang dikirimkan Zahra pada Raka. Lalu, di mana Raka sebenarnya? Raka ternyata singgah ke rumah Hani sebentar, membawakan durian yang sama. Pria itu tidak masuk, hanya duduk di teras saja, berbincang sebentar sembari menghabiskan teh buatan Hani. "Lain kali jangan mampir terlalu malam ya, Mas. Saya gak enak sama tetangga," ujar Hani sambil memperhatikan sekelilingnya. "Iya, maaf ya. Besok-besok saya datang subuh boleh?" Raka berkelakar. Hani akhirnya tertawa. Zahra dan kakaknya sudah terlalu baik padanya. Tidak mungkin ia menolak kedatangan Raka, apalagi pria itu hanya menumpang minum teh dan juga duduk di teras. "Assalamu'alaikum, Mas Raka." Hani dan Raka menoleh serentak pad
last updateLast Updated : 2023-01-13
Read more

97. Zahra Merajuk

Sepanjang perjalanan pulang, Raka memikirkan perkataan Syamil yang sembarangan mengenai Hani. Ia tahu adik iparnya itu bercanda, tetapi tetap saja kelewatan karena sudah jelas ia baru menikah, masa sudah mau punya bini muda. Bukan suatu hal yang bisa dijadikan bahan bercandaan. Begitu ia tiba di rumah, lampu rumah sudah padam semua. Raka menutup pagar, lalu menggemboknya. Ini sudah hampir jam dua belas malam dan sudah pasti semua orang rumah sudah tidur. Raka masuk menggunakan kunci cadangan yang selalu ia bawa. Pria itu memutuskan langsung mandi barulah ia tidur. Tidurnya juga tidak lelap karena pikirannya masih mengganjal dengan bercandanya Syamil. Keesokan paginya, Zahra mengetuk pintu kamar Raka. Gadis itu mengetuk berkali-kali hingga akhirnya memutuskan untuk masuk dan membangunkan Raka. "Mas, bangun, udah siang loh, udah setengah enam. Solat dulu!" Zahra sedikit menepuk kaki Raka hingga akhirnya membuat pria dewasa itu menggeliat. "Eh, Zahra, kenapa?" tanyanya dengan suara
last updateLast Updated : 2023-01-13
Read more

98. Usaha Syamil

"Syamil, kamu baru sampai, Nak?" semua menoleh ke arah pintu rumah, termasuk Syamil yang juga terpaksa berbalik saat mendengar suara Bu Tia. "Mau jemput Zahra ya?" tanya Bu Tia lagi sembari berjalan masuk dan memberikan tangannya pada Syamil. Syamil mencium punggung tangan mertuanya dengan khidmat. Ketegangan yang sempat terjadi mendadak sedikit mencair karena kehadiran Bu Tia. "Zahra, kamu bengong? Itu suami kamu buatkan air." Bu Tia membuat Zahra yang sejak tadi mematung, akhirnya mengangguk. Gadis itu bergegas ke dapur untuk membuat teh. Tangannya gemetar saat menuangkan gula satu sendok ke dalam cangkir. Ia terlalu takut bahwa Syamil mengatakan yang sebenarnya pada Raka dan juga mamanya. Syamil sudah duduk di ruang tamu bersama Raka saat Zahra datang membawakan teh. "Mama ke mana, Mas?" tanya Zahra saat mencari keberadaan mamanya yang tidak ada di ruang tamu. "Mama ke kamar ganti baju dulu, soalnya mama dari pasar." Raka menjawab kaku. Ia masih memikirkan ucapan Syamil yang t
last updateLast Updated : 2023-01-14
Read more

99. Curhat dong, Bang!

Syamil menceritakan pada Didin semuanya. Pernyataan perasaan Zahra sampai dengan perkataan Zahra tadi yang begitu menyinggung harga dirinya sebagai suami. Jika ingin hanya tidur dengan wanita, ia bisa saja menikah siri dengan wanita manapun, tanpa perlu membuat malu keluarganya. Jika sudah begini, seluruh pesantren pasti menanggung malu, terutama nama abahnya. Namun, ia bisa apa jika Zahra benar tidak bisa menerimanya sebagai suami. Jika ia terus paksakan, maka Zahra semakin menumpuk dosa padanya. "Hhmm... lebih rumit ini dari pada harus bayaran cicilan rumah, tetapi tiba-tiba suami di PHK." Didin menatap Syamil dengan seksama. "Begitu, Bang, jadi saya minta tolong ya. Mbak Hani sedang didekati Mas Raka. Jangan sampai saya kalah langkah dari Mas Raka. Ummi pasti gak akan protes saya menikahi janda, karena saya juga sudah duda. Pokoknya gimana caranya Mbak Hani biar gak dekat sama Mas Raka. Bisa kan, Bang?" Syamil memohon dengan wajah memelasnya. "Bayarannya apa?" tanya Didin menan
last updateLast Updated : 2023-01-14
Read more

100. Keadaan Bu Tia

"Maaf nih, Sya, kalau untuk itu saya gak bisa bantu karena saya otewe jadi istri Raka. Jadi, status saya setengah janda." Jawaban Hani sama sekali tidak membuatnya merasa kecil hati, karena ia sangat tahu Hani, lain di bibir lain di hati. "Memangnya udah dilamar?" tanya Syamil kepo."Belum, baru dalam perencanaan." Hani semakin tidak nyaman karena saat ini Syamil menatapnya begitu intens, meskipun sesekali ia menunduk."Berarti saya lamar ajalah ya. Ayo, kita ke toko emas!" Hani bangun dari duduknya karena merasa kesal dengan Syamil. "Tunggu, mau ke mana?" tanya Syamil terkejut karena Hani tiba-tiba berdiri. Pemuda itu menarik ujung kerudung Hani untuk menahan langkah wanita itu. "Kalau masih bicara omong kosong, saya lebih baik pulang!""Saya gak bicara omong kosong, saya serius." Syamil menyadari Hani tidak nyaman dengan ucapannya, tetapi ia tiba-tiba mendapat ide brilian untuk mendapatkan Hani dengan cara lain. Ada yang tahu? "Baik Mbak Hani, maafin saya kalau perkataan saya bu
last updateLast Updated : 2023-01-16
Read more
PREV
1
...
89101112
...
14
DMCA.com Protection Status