Beranda / Urban / Istri Seksi Tetangga Sebelah / 99. Curhat dong, Bang!

Share

99. Curhat dong, Bang!

Penulis: Diganti Mawaddah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Syamil menceritakan pada Didin semuanya. Pernyataan perasaan Zahra sampai dengan perkataan Zahra tadi yang begitu menyinggung harga dirinya sebagai suami. Jika ingin hanya tidur dengan wanita, ia bisa saja menikah siri dengan wanita manapun, tanpa perlu membuat malu keluarganya. Jika sudah begini, seluruh pesantren pasti menanggung malu, terutama nama abahnya.

Namun, ia bisa apa jika Zahra benar tidak bisa menerimanya sebagai suami. Jika ia terus paksakan, maka Zahra semakin menumpuk dosa padanya.

"Hhmm... lebih rumit ini dari pada harus bayaran cicilan rumah, tetapi tiba-tiba suami di PHK." Didin menatap Syamil dengan seksama.

"Begitu, Bang, jadi saya minta tolong ya. Mbak Hani sedang didekati Mas Raka. Jangan sampai saya kalah langkah dari Mas Raka. Ummi pasti gak akan protes saya menikahi janda, karena saya juga sudah duda. Pokoknya gimana caranya Mbak Hani biar gak dekat sama Mas Raka. Bisa kan, Bang?" Syamil memohon dengan wajah memelasnya.

"Bayarannya apa?" tanya Didin menan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (13)
goodnovel comment avatar
Mochamad Ridwan
up LG dong ko hari ini g up
goodnovel comment avatar
Fikadyrov
Up lgi minn ihh
goodnovel comment avatar
Roszilah Talib
Yeah..yeah..semangat ya syamil
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   100. Keadaan Bu Tia

    "Maaf nih, Sya, kalau untuk itu saya gak bisa bantu karena saya otewe jadi istri Raka. Jadi, status saya setengah janda." Jawaban Hani sama sekali tidak membuatnya merasa kecil hati, karena ia sangat tahu Hani, lain di bibir lain di hati. "Memangnya udah dilamar?" tanya Syamil kepo."Belum, baru dalam perencanaan." Hani semakin tidak nyaman karena saat ini Syamil menatapnya begitu intens, meskipun sesekali ia menunduk."Berarti saya lamar ajalah ya. Ayo, kita ke toko emas!" Hani bangun dari duduknya karena merasa kesal dengan Syamil. "Tunggu, mau ke mana?" tanya Syamil terkejut karena Hani tiba-tiba berdiri. Pemuda itu menarik ujung kerudung Hani untuk menahan langkah wanita itu. "Kalau masih bicara omong kosong, saya lebih baik pulang!""Saya gak bicara omong kosong, saya serius." Syamil menyadari Hani tidak nyaman dengan ucapannya, tetapi ia tiba-tiba mendapat ide brilian untuk mendapatkan Hani dengan cara lain. Ada yang tahu? "Baik Mbak Hani, maafin saya kalau perkataan saya bu

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   101. Takdir

    "Halo, assalamu'alaikum.""Wa'alaykumussalam. Saya Raka, apa Syamil ada?""Syamil keluar sejak pagi ke rumah mertuanya.""Ya, tadi pagi Syamil memang dari rumah Zahra, tetapi sudah pergi dan saat ini mama saya..."Suara Raka tertahan. "Ada apa, Mas?""Mama saya meninggal karena serangan jantung.""A-apa? M-mamanya Zahra meninggal?""Iya, tolong sampaikan pada Syamil dan keluarganya. Saat ini masih di rumah sakit dan akan dibawa pulang ke rumah.""Innalillahi wa innaa ilaihi rooji'un. B-baik, Mas, terima kasih atas informasinya. Kami turut berduka cita. Semoga almarhumah husnul khotimah. Yang sabar dan ikhlas ya, Mas.""Baik, terima kasih. Assalamu'alaikum.""Wa'alaykumussalam." Nela menutup panggilan dari Raka. Kakinya melangkah cepat menghampiri Bu Umi yang sedang ada di teras depan, sedang menemani Syam bermain di kolam ikan koi. "Mi, eh ... Syamil, saya kirain kamu belum pulang. Ini gawat, Sya." Bu Umi dan Syamil melihat serentak ke arah Nela. "Ada apa, Mbak?" tanya Syamil bingu

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   102. Kemarahan Zahra

    "Semua ini gara-gara kamu, Syamil! Kamu yang bikin mama aku serangan jantung! Kamu pembunuh Syamil. Aku benci kamu! Aku benci kalian semua! Kenapa kalian datang ke sini? Pergi! Jangan pernah balik lagi ke rumah ini atau menemui saya. Kamu dan keluargamu gak punya hati! Kalian penjahat!" Zahra menunjuk Syamil dan keluarganya yang baru saja masuk ke dalam rumah. Wanita itu bahkan hendak mencakar dan memukul Syamil karena amarah sudah menguasai hatinya. Untunglah ada banyak saudara dan juga papanya yang berdiri di dekat gadis itu, sehingga bisa menahan tangan dan juga tubuhnya dari amukan. "Zahra, istighfar, Nak! Sudah!" Pak Rahmat menarik Zahra masuk ke kamar karena putrinya berteriak histeris saat tahu Syamil dan keluarganya tiba di rumah duka. Awalnya susah, tetapi ia berhasil juga dimasukkan ke dalam kamar. Suara tangisnya masih pecah, terdengar sampai keluar kamar. "Kamu penjahat, Syamil! kamu pembunuh mamaku. Mama, Mama!" suara Zahra terdengar begitu pilu dan membuat siapa saja

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   103. Jumpa

    "Sya, kamu tetap di sini'kan?" tanya abah saat mereka hendak pulang. Acara tahlilan sudah selesai dan rumah duka juga sudah sedikit dibersihkan. Hanya tenda dan kursi yang masih terpasang. "Nggak, Bah, Syamil pulang saja. Syamil sudah mengucapkan talak pada Zahra dan Syamil rasa, Zahra juga perlu waktu sendiri. Zahra masih berteriak gak jelas tadi di kamar. Abah dengar suaranyakan?" abah hanya bisa mengangguk pelan. Apa yang dilakukan oleh Syamil menurutnya sangat fatal, tetapi ia juga tahu karakter putranya. Jika tidak darurat dan sebab yang kuat, pasti tidak akan mungkin Syamil menempuh jalan yang paling dibenci oleh Allah. "Pulang aja deh. Lagian lihat saja tadi, semua saudara Bu Tia dan Pak Rahmat melihat kita begitu banget. Kayak kita pembunuh. Padahal umur mah rahasia Allah," komentar Bu Umi. Abah Haji kembali menghela napas. Memang lebih baik saat ini mereka menjauh dulu sampai suasana hati Zahra dan keluarganya tenang. "Udah, Abah gak usah bingung, nanti kita tetap pesanan

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   104. Apa yang Terjadi?

    "Ternyata kamu beneran Hani adiknya Hadi. Apa kabar?" tanya Nela dengan suara lembut. Hani benar-benar tercengang dengan sosok wanita malam yang pernah datang meminta pertanggung jawaban pada abangnya, tetapi akhirnya diusir(bisa kalian baca di lapak pizzzoh gratis dengan judul "Sepuluh Juta Satu Minggu) Nela benar-benar berubah dan ia hampir tidak mengenali wanita di depannya ini. "Hani," panggil Nela lagi. Hani pun tersentak dari lamunannya. "Eh, iya, Mbak. Mbak sedang apa di sini? M-maksud saya, apa Mbak tinggal dekat sini?" tanya Hani gugup. "Saya tinggal di pesantren. Istri kedua abah haji." Hani kembali mendelik. "A-pa, istri kedua? Bagaimana bisa? Terus anak yang ada dalam kandungan Mbak Nela? S-saya tidak pernah melihatnya. Apa baik-baik saja? Secara tidak langsung anak yang dikandung Mbak Nela waktu itu adalah.... ""Saya keguguran, Hani. Bayi kembar saya tidak bisa diselamatkan.""MasyaAllah kembar?" Hani lagi-lagi memekik karena terkejut dengan kejadian pagi hari yang

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   105. Ke mana Zahra?

    Raka dan papanya bingung mencari keberadaan Zahra. Lelaki itu menyusul ke makam, mengira Zahra pergi ke makam mamanya karena merasa sedih. Namun, begitu sampai di sana. Tidak ada siapapun. Ponsel Hani kembali berdering. Nama Raka muncul di sana. "Halo, assalamu'alaikum, Mas.""Wa'alaykumussalam, Hani. Apakah Zahra ada di rumah kamu?" Kening Hani mengerut dalam. "Zahra? Gak ada, Mas. Memangnya Zahra ke mana?" "Zahra pergi dari rumah dan bawa HP. Dicari ke makam mama gak ada. Apa kamu tahu kira-kira Zahra pergi ke mana?""Mas sudah telepon Syamil? Coba saja, Mas. Siapa tahu Syamil tahu keberadaan Zahra. Saya gak tahu tempat favorit Zahra, Mas. Maaf ya.""Belum, saya belum telepon Syamil. Males sebenarnya, tapi ya sudah, saya telepon deh."Sambungan itu diputus oleh Raka tanpa ucapan salam. Hani sadar bahwa Raka sedang bingung dan juga cemas, sehingga ia tidak terlalu menanggapi salam penutup yang belum diucapkan Raka ketika mereka selesai bicara. Ke mana Zahra? Ada apa dengannya?

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   106. Kantor Polisi

    "Gak boleh bawa abang Syam! Abang, masuk! Bial Syam aja yang dibawa! Di sana ada mainan tembakan kan Om Polisi? Syam mau main tembakan," ujar Syam dengan lucunya. Dua anggota polisi tertawa, tetapi tidak dengan wajah Ibnu dan Syamil yang masih sama ketatnya. "Baik, Pak, saya boleh ganti baju dulu. Tidak, maksudnya saya ganti sarung saja." Kedua polisi itu saling pandang. Lalu salah satu diantara mereka mengangguk. "Baik, terima kasih Pak." Syamil pun masuk ke dalam rumah untuk mengganti sarung dengan celana panjang berwarna hitam. Saat ia turun dari tangga, Laila dan abah keluar dari pintu kamar masing-masing. Ibnu yang memberikan pesan pada abah dan kakak Syamil agar segera keluar rumah untuk melihat Syamil dibawa polisi. "Ada apa ini, Sya?" tanya abah bingung. Ada getar pada suaranya. Antara ingin marah dan juga menangis. Syamil mendekati abahnya dan juga Laila. Pemuda itu mencium punggung tangan keduanya. Laila sudah menangis. Ia sempat diceritakan oleh abah tentang ketakutan i

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   107. Teguran dari Abah Haji

    Kring! Kring! Telepon rumah Zahra berdering. Pak Rahmat berbalik badan, masuk ke dalam rumah untuk mengangkat panggilan tersebut. Namun, tiba-tiba ia berbalik lagi. "Zahra, Raka, kita harus bicara dan selesaikan masalah ini. Kamu gak boleh masuk ke dalam kamar, Ra!" Pak Rahmat memberikan pesan dengan wajah serius. Zahra ikut masuk dan langsung duduk di kursi tamu. Disusul Raka yang duduk tidak jauh dari Zahra. Pria itu masih bungkam. Satu sisi ia keberatan dengan tindakan nekat yang Zahra lakukan. Bukankah semua bisa diselesaikan dengan cara kekeluargaa dengan mendengarkan penjelasan dari Syamil. "Halo, assalamu'alaikum.""Wa'alaykumussalam. Apa benar ini dengan Pak Rahmat?""Ya, saya Pak Rahmat. Maaf, ini siapa ya?""Saya Haji Sulaiman, abahnya Syamil.""Oh, Pak Haji, i-iya, Pak.""Sekarang anak saya berada di kantor polisi karena sebuah kesalahpahaman yang seharusnya bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Apa Zahra ada, Pak? Saya perlu bicara." Pak Rahmat langsung menoleh pada Z

Bab terbaru

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   133. Asoy

    Keduanya sudah mandi dan juga solat magrib berjamaah. Syamil memimpin dengan membaca surah Ar Rahman yang isi surah tersebut adalah tentang cinta kasih. Bahkan Syamil menangis saat membacakan surah tersebut. Hani pun ikut menangis, sehingga Syamil begitu terharu melihat sang Istri. "Sudah, kan sudah selesai solat, air matanya masih turun aja! Neng terharu dengan surah itu ya?" Syamil mengusap kepala Hani dengan lembut. "Saya nangis bukan karena terharu, tapi karena kecapean berdiri. Surahnya kepanjangan. Rokaat pertama surah Ar-Rahman, rokaat kedua Surah Yasin, hiks.... " Syamil tertawa terpingkal-pingkal. Ia benar-benar keterlaluan pada istrinya. Bisa-bisa nanti Isya, Hani gak mau jama'ah lagi gara-gara kepanjangan ayat. Hu hu hu... "Neng, maaf ya. Sini, biar saya pijitin!" Syamil tidak tega dan tentu saja langsung meminta maaf. Kedua kaki istrinya ia pegang dan ia pijat dengan lembut. Hani pun membiarkan Syamil memijat kakinya karena memang rasanya sakit dan pegal. "Maaf ya, sa

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   132. Pengantin Baru

    "Apa ini, Mi?" tanya Syamil saat ummi-nya menyodorkan sebuah kartu mirip kartu ATM. "Buat kamu bulan madu. Biar gak digangguin pembaca, he he he.... ""Ya Allah, Ummi, makasih ya, Mi." Syamil memeluk ummi-nya dengan penuh rasa haru. "Ummi ini kapok, mungkin karena waktu pernikahan kamu yang pertama Ummi gak kasih hadiah nginep di hotel, makanya jadi gitu. Sekarang Ummi mau memperbaiki kesalahan Ummi. Kamu dan Hani selamat menikmati menginap di hotel selama empat hari. " Kalian bisa jalan-jalan naik speedboat, bisa ke Dufan sekalian, bisa main ke sea world. Menikmati makan malam romantis di depan pantai Ancol." Bu Umi menjelaskan dengan penuh antusias. Ia memang sudah menyiapkan semua untuk Syamil dan juga Hani. "Mi, terima kasih ya," ujar Hani akhirnya, setelah sejak tadi hanya memperhatikan Syamil dan ummi-nya berbincang. "Sama-sama Hani. Ummi lega ternyata kamu ibu kandung Syam, sehingga Ummi dan Syam tidak akan dipisahkan." Bu Umi sudah berkaca-kaca. Hani memeluk mertuanya. "

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   131. Alhamdulillah

    Salah satu orang yang paling tersedu-sedan di ruangan itu adalah Bu Restu. Dengan baju kebaya sederhana yang dipinjamkan Bu Umi, serta selendang panjang yang ia pakai di kepala, Bu Restu terus terisak. Ia begitu terharu bisa menyaksikan momen anak bungsunya menikah dengan sebenar-benarnya menikah."Mama, maafkan Hani. Mohon ... d-doa restu Mama." Kalimat itu ia ucapkan terbata-bata diantara linangan air matanya. "Pasti Mama doakan, Sayang. Semoga bahagia selalu ya, Nak. Maafkan Mama." Keduanya saling berpelukan erat. Dilanjut dengan sungkem pada Hadi."Akhirnya adik Abang menikah juga. Selamat yq, Hani. Semoga sakinah, mawaddah, wa rohmah." "Makasih, Bang. Hani minta doa dan restunya." Adik dan kakak itu pun saling berpelukan sambil menangis Syamil yang ikut sungkem pada Bu Restu."Mohon doa restunya, Ma," bisik Syamil dengan suara bergetar menahan tangis."Titip Hani ya. Mama pesan, tolong jaga Hani. Jika kamu sedang marah, tolong jangan berkata kasar pada Hani. Mama percayakan an

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   130. Akad Nikah

    "Beneran kamu gak mau ikut melamar wanita yang akan menjadi kakak ipar kamu?" tanya Pak Rahmat pada Zahra. Dirinya dan Raka sudah bersiap berangkat karena taksi online sudah menunggu di depan pagar rumah. "Nggak, Pa, semoga acaranya lancar." Zahra tidak berani menoleh pada Raka. Ia hanya menatap papanya saja sambil tersenyum tipis. "Ya sudah kalau begitu, Papa dan Raka berangkat dulu. Besok pagi Papa InsyaAllah sudah ada di rumah." Zahra mengangguk paham. Wanita itu masih berdiri di depan pintu sampai taksi yang ditumpangi papa dan Raka meluncur pergi. Kemarahan Raka kemarin, sangat membuatnya syok dan sadar, bahwa selama bertahun-tahun hanya dirinya yang memendam perasaan itu, sedangkan Raka tetap menganggapnya sebagai adik. Zahra merapikan semua baju untuk ia masukkan ke dalam tas. Tekadnya sudah bulat untuk kembali bekerja dan tinggal di kosan saja. Jika ia tetap di rumah, maka kenangan almarhumah mamanya dan Raka pasti mengusiknya dan membuatnya susah sadar diri. "Mbak Zahra

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   129.Pengakuan

    Kehadiran Raka di rumah tentu saja membuat Pak Rahmat sedikit lega. Meskipun hanya satu malam saja putranya menginap, paling tidak, pria itu merasa ada teman bicara. Masalah yang menumpuk membuatnya stres memikirkan masalah anak-anaknya.Jika Pak Rahmat senang dengan kehadiran Raka, menemani Raka makan di ruang makan, tetapi tidak dengan Zahra yang masih belum keluar kamar sejak mulai Raka tiba di rumah. "Ck, ya ampun Zahra belom sembuh juga ngambeknya," gumam Raka saat nasi dalam piring hampir habis. "Ya, nanti kamu bicara saja dengan Zahra. Ada hal yang harus kamu ketahui, tetapi lebih baik Zahra sendiri yang memberitahu." "Maksud Papa? Hal penting apa, Pa? Berkaitan dengan Syamil?" Pak Rahmat mengangkat bahunya. "Bisa jadi." Jawaban ambigu Pak Rahmat membuat Raka menghela napas. Pasti ada ha besar yang ditutupi papa dan adiknya. Pak Rahmat memang sudah menimbang untuk tidak membicarakan masalah perasaan putrinya pada Raka. Ia tidak mau ikut campur terlalu dalam, apalagi soal

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   128. Penjelasan Raka

    "Wah, calon pengantin jangan suudzon dulu!" Raka mengulurkan tangan ingin berjabat dengan Syamil. Pemuda itu pun membalas jabat tangan Raka tanpa senyuman. Wajahnya masih masam karena merasa cemburu dengan Raka. "Mas Raka udah tahu status kita, Sya. Mas Raka ke sini hanya mau anter oleh-oleh dan meluruskan masalah dengan saya. Semua udah selesai kok." Hani menambahkan dengan bijak. Syamil tidak menyahut. Ia duduk memutuskan duduk di samping Raka dengan muka yang masih ditekuk. "Ya sudah, menurut saya masalah diantara kita sudah selesai. Doakan masalah saya juga selesai ya, Hani." Raka berdiri dari duduknya. "Mas, habiskan dulu tehnya!" Hani mengangkat cangkir teh yang masih ada setengah cangkir lagi. Raka pun duduk untuk menghabiskan tehnya. Hani dan Syamil saling pandang. Hani mendelik karena wajah Syamil masih saja masam, padahal Raka sudah menjelaskan. "Saya pamit deh, naik taksi online-nya dari depan saja. Oh, iya, Sya, jangan lupa undang saya saat kalian menikah ya. Selagi se

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   127. Raka Pulang

    "Zahra, kamu dari mana saja? Ini sudah malam," tanya Pak Rahmat saat membukakan pintu untuk Zahra. Putrinya dengan tampilan amat berantakan pergi sejak siang dan baru kembali pukul sebelas malam. Zahra tidak menjawab pertanyaan papanya. Ia berjalan lunglai menuju kamar. Pak Rahmat hanya bisa menggelengkan kepala. Ia mengunci kembali pintu rumah, lalu mematikan lampu. Tidak mungkin mengajak putrinya bicara dalam keadaan kacau seperti ini. Pak Rahmat memutuskan masuk ke kamar juga. Pagi harinya, tepat pukul lima pagi. Siti sudah sampai di rumah Zahra dan tengah bersih-bersih saat Pak Rahmat baru pulang dari solat subuh di masjid. "Assalamu'alaikum." "Wa'alaykumussalam." Siti tersenyum sambil mengangguk. "Zahra belom bangun, Ti?" tanya Pak Rahmat, sambil melirik kamar putrinya yang masih tertutup rapat. "Belum, Pak, mungkin sebentar lagi atau bisa juga lagi datang bulan, makanya bangunnya santai," jawab Siti. "Benar juga sih. Oh iya, mulai hari ini saya sudah kerja kembali. Jadi

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   126. Air Mata Zahra

    "Kenapa kamu tega sama aku Hani?" Zahra terisak di depan Hani yang menatapnya dengan wajah bingung."Tega apa, Ra? Coba kamu tenang dulu. Cerita sambil sesegukan gitu, mana aku bisa paham," ujar Hani sembari menyentuh pundak sahabatnya. Zahra menepis tangan Hani dengan cepat. "Kamu kenapa gak bisa menahan diri? Paling tidak sampai aku benar-benar bercerai dari Syamil. Kamu gak mau dibilang pelakor'kan, Hani?" sindiran Zahra tentu saja sama sekali tidak membuat Hani tersinggung. Ujian lebih berat dari ini pernah ia lewati dan ia tidak mau tersulut emosi untuk hal yang tidak jelas."Poligami itu bolehkan? Bukan suatu hal yang dosa. Apalagi setahu saya, istri Syamil yang meninggalkannya. Saya gak masalah jadi istri kedua." Jawaban Hani membuat Zahra semakin menangis. "Kalau bukan karena aku, kamu pasti udah jadi pelacur di luar sana, Hani! Kamu aku berikan tempat tinggal layak. Aku bantu mencarikan pekerjaan. Aku pinjamkan HP untuk kamu jualan. Lalu setelah kamu mandiri, kamu lupa." H

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   125. Abah yang Betah

    Acara lamaran berlangsung lancar dan juga penuh canda tawa. Pukul dua siang, keluarga Syamil masih betah berbincang dengan keluarga Hani. Bu Umi sudah ingin pulang, tetapi suaminya masih betah di rumah Hani. Entah apa yang mendasari itu, tetapi firasatnya sebagai istri mengatakan, bahwa ada hal lain yang membuat suaminya betah. Begitu juga dengan Nela. Ia tahu, sejak tadi, Hadi selalu mencuri pandang padanya yang sengaja duduk di pojokan. Bahkan saat menikmati makan prasmanan yang disiapkan keluarga Hadi pun, ia memilih mengambil asal saja lauk yang ada di deretan panci prasmanan. Hadi juga tidak menghampirinya, maka ia pun merasa tidak perlu juga berbincang dengan pria itu. Kisahnya dan Hadi adalah kisah masa lalu yang amat buruk, tetapi membuatnya mempunyai tabungan di akhirat. Nela pun tersenyum bila mengingat bagaimana Allah memuliakannya. Mengangkat derajatnya dari wanita malam, menjadi istri sah dari seorang ustadz. "Nela, bilangin abah tuh, ajak pulang! Kaki saya mulai saki

DMCA.com Protection Status