Semua Bab ISTRI TANPA NAFKAH BATIN : Bab 31 - Bab 40

62 Bab

Bab 31

Malam itu kami bicara dari hati ke hati. Mas Hendra juga jujur jika dia dipecat dari kantor karena sibuk mencariku seminggu ini. Ada sedikit sesal dihati, tapi aku yakin soal rejeki Allah pasti akan mencukupi untuk kami.***Pagi ini kami bersiap hendak kerumah Ustadz yang di rekomendasikan oleh Mbak Widya. Baru saja hendak mengunci pintu, ponsel Mas Hendra berbunyi. "Siapa, Mas?""Rasti."dia menatapku dengan tatapan heran."Tumben dia nelpon, Mas." desisnya.Lelaki itu mengangkat panggilan dari Rasti, Namun dia mengaktifkan speakernya."Hendra ... kamu bisa kesini, ga? aku butuh kamu banget, Ndra. Mas Yogi mengancam akan membun*hku, Ndra." suara isakan Rasti terdengar jelas olehku. Mas Hendra menatapku. Tapi, wajahnya biasa saja, tidak menunjukkan ke khawatiran pada mantan rekan kerjanya itu."Memang kamu ada masalah apalagi sama Yogi?""Dia menuduh, anak yang aku kandung kemarin itu bukan anaknya. Dia menyangka itu anak kamu, Ndra! makanya dia marah besar."Wajah Mas Hendra berubah
Baca selengkapnya

Bab 32

"Kamu kenal?" bisik Mas Hendra, saat laki-laki berkopiah itu berlalu dengan senyum malu."Ya, engga lah, Mas. Itu dia sudah pergi." jawabku, mataku masih mengikuti langkah pria itu."Kok dia kenal Mbak Nada, ya? Tapi, emang kamu mirip banget dengan dengan Mbak Nada, kayak Kakak Adek. Mas aja waktu itu sampai salah nebak."Aku mengalihkan pandangan pada Mas Hendra."Emang Mas pernah ketemu sebelumnya dengan Mbak Nada?""Pernah! saat Mas masih nyari-nyari kamu, Dek." sahutnya malu-malu."Ketemu dimana?""Di daerah sekitar kampus kamu dulu, rumahnya." Aku memicingkan mata, mengingat selama di Depok ayah katanya tinggal dirumah saudara, tapi saudara yang mana, apa jangan-jangan tinggal dirumah Mbak Nada itu. "Kamu mikirin apa?" Mas Hendra mengangetkan lamunanku."Aku penasaran, Mbak Nada itu saudara Ayah yang mana. Selama ini yang kutahu, saudara Ayah dan Ibu Rahimahullah ada dikampung, tak ada yang disini. Dan rata-rata sudah pada tua. Apa Mbak Nada itu salah satu dari anak mereka, ali
Baca selengkapnya

Bab 33

"Saya ingin sembuh, Ustadz." rintihnya."Bertaubatlah, minta pengampunan kepada Allah. Taubat dengan sebenar-benarnya taubat dan berjanji tak akan mengulangi lagi.""Tapi, setiap saya menahan. Kepala saya terasa hendak pecah, Ustadz."Ustadz memperhatikan Mas Hendra."Maaf sebelumnya, sudah berapa lama Bapak menikah?""Sudah setahun, Ustadz.""Apa selama kurun waktu itu, Pak Hendra sudah menyentuh istrinya?" Mas Hendra tertunduk dalam lalu menggeleng, lemah.Ustadz itu kembali berucap istighfar sangat pelan, tapi masih bisa kudengar."Begini, saja. Kita coba untuk diruqyah, kadang kala ada campur tangan bangsa jin, guna menggelincirkan hambanya yang beriman. Cuma untuk hari ini, saya tidak bisa membantu, karena ada urusan yang sangat penting, jadi saya harus ke Jakarta setelah ini." Ada binar di wajah Mas Hendra."Jadi kapan, Ustadz ada waktu?" tanya Mas Hendra memburu."Datanglah lusa. InsyaAllah saya tunggu."Aku bernapas lega. Tak perlu lama-lama. Dan besok aku ada kesempatan unt
Baca selengkapnya

Bab 34

DESAHAN DI KAMAR PRIBADI SUAMIKU 20"Lho, kok balik, Dek?" tanya Mas Hendra."Emang Melody habis kemana, Hend?" tanya Rasti sambil menatap penuh rasa penasaran padaku."Aku mau ke pasar, Ras. Dompetku ketinggalan." sahutku cepat."Ke pasar pakaiannya rapi gitu?" tanyanya menyelidik."Ga ada peraturan juga kan, ke pasar harus pakai baju gemb*l." kataku sambil tertawa kecil.Rasti ikut tertawa walau terlihat terpaksa."Btw, tadi bahas dukun? dukun apa?" tanyaku memancing."Aku menyarankan Hendra buat berobat di Ki Candra, Mel. Ki Candra, pasiennya sudah dari mana-mana aja. Banyak yang cocok." semangat sekali Rasti menjelaskan tentang dukun itu."Maaf, Ras. Kami tak sependapat denganmu. Mas Hendra sudah punya tempat sendiri untuk terapi. Jadi, mohon maaf, kami tak bisa mengikuti saran kamu." "Kamu ini gimana, sih! di kasih tau tempat berobat yang ampuh malah sok ga mau."suara Rasti meninggi. Aku terkejut, menatap perempuan itu tajam.Rasti salah tingkah."Maaf, Mel. Maaf, aku ga sengaja
Baca selengkapnya

Bab 35

DESAHAN DI KAMAR PRIBADI SUAMIKU 21Mas Hendra terdiam, pandangannya kosong. Kenapa setelah di ruqyah Mas Hendra malah jadi pendiam begitu, apa emang efek di ruqyah seperti itu, ya? Aku menghela napas dalam-dalam. Lalu beranjak ke kamar, hendak mengambil handuk dan bersih-bersih. Ternyata bekerja itu melelahkan juga. Sebenarnya masih penasaran dengan dua botol yang disembunyikan Mas Hendra, botol apa sebenarnya? kalau memang dari Ustadz kenapa dia tak memberitahukanku? Makan malam kami lewati dalam diam, padahal baru saja membiasakan diri untuk saling berbagi cerita. Tapi, wajah Mas Hendra tak seperti biasa. Dia lebih banyak melamun, makan dengan begitu pelan. Seperti orang yang tak punya selera."Mas, kamu sakit?" dia tampak kaget, lalu menggeleng cepat.Usai makan dia kembali ke ruang tengah, melamun. Astaghfirullah, Mas Hendra kenapa sih? seharusnya setelah mendapatkan terapi walau sekali, sudah ada perubahan walau sedikit. Tapi, ini justru perubahan negatif yang terlihat."Mas, k
Baca selengkapnya

Bab 36

Pikiranku jadi tak tenang, berkali-kali melihat jam. Ingin rasanya segera pulang, tapi aku baru saja kerja. Mana mungkin minta ijin. "Kamu sepertinya gelisah, Mel? ada masalah?" tanya Mbak Hanin yang kebetulan mejanya berada tak jauh didepanku."Ga, Mbak. Gapapa." jawabku agak gugup. Mbak Hanin orang yang baru saja aku kenal. Lagi pula mana mungkin aku menceritakan aibku sendiri pada orang lain. "Oh, kirain kenapa." katanya."Eh, Mel. Kamu kan teman lamanya Mas Hamzah, bantuin aku dong, deketin dia." lanjutnya dengan suara sedikit dipelankan.Mataku membola. Ada-ada aja Mbak Hanin, aku aja sedang berusaha menjauhi dia. Bagaimana mungkin aku membuat jarak itu merekat hanya untuk mencomblangin mereka."Maaf, Mbak Hanin. Saya hanya sekedar kenal aja sama Kak Hamzah, ga pernah sampai dekat. Jadi, saya malu mau ngajak ngobrol duluan." Wajah Mbak Hanin kecewa. Tampaknya perempuan dengan rambut tergerai sebahu itu sangat mencintai Kak Hamzah. Sayang, type Kak Hamzah adalah wanita yang menu
Baca selengkapnya

Bab 37

"Ampun, ampun ... sakiiit!" teriak Mas Hendra masih memenuhi ruangan ini. Aku sudah mengabari Salwa, minta bantuannya untuk menghubungi Ustadz yang bisa membantu meruqyah Mas Hendra."Aku aja kesana, Mel?" tawar Salwa, ketika dia mendengar teriakkan Mas Hendra."Ga usah, Wa. Aku saja yang kerumahmu, kamu siap-siap, ya.""Tapi, Depok-Jakarta jauh lho, Mel. Gimana kalau aku minta tolong Kak Hamzah. Dia kan sekarang ngekost di Jakarta." Sejenak aku berpikir, aku memang sangat butuh bantuan orang lain saat ini. Tapi, aku tak tau harus minta bantuan siapa. Mbak Widya udah ke Bandung."Aku ga enak, Wa." cicitku."Udah, ga usah mikirin perasaan saat ini, yang penting suami kamu segera ditangani. Share lokasi yaa, aku akan segera ngabarin Kak Hamzah."Akhirnya akupun menerima tawaran Salwa. Darurat, mau gimana lagi."Dek, panas Dek, tolong ambilkan kain basah rendam pake air es." aku menuruti kemauan Mas Hendra, walau aku sendiri tak tau untuk apa kain itu."Ini, Mas." aku mengulurkan kain i
Baca selengkapnya

Bab 38

Aku memilih meninggalkan rumah sakit, mengutamakan suamiku sendiri. Ayah sudah aku kabari. Papa ditemani Mama, sedangkan Mas Hendra kini bersama laki-laki yang seharusnya aku malu meminta bantuannya.Besok Mbak Widya akan sampai, artinya aku bisa fokus pada Mas Hendra saja. Mobilku sudah sampai pada sebuah bangunan sederhana tapi begitu asri dan sejuk. Masih di wilayah Depok tak jauh dari rumah Salwa.Aku turun dari mobil, memperhatikan tempat yang tadi di share lok oleh Kak Hamzah. Mobil laki-laki itu juga sudah terparkir di halaman rumah ini. "Mel!" Salwa melambaikan tangan. Perempuan berkerudung itu tersenyum padaku."Assalamu'alaikum, Wa. Gimana, suamiku, sudah di ruqyahkah?" tanganku memburu."Wa'alaykumussalam... Sudah agak tenang.Yuk, kita masuk saja, kamu lihat sendiri."Salwa menggandeng tanganku. Saat sampai dipintu dan mengucapkan salam, aku agak canggung. Semua mata tertuju padaku."Gapapa, yuk." Salwa menarik tanganku. Sekilas kulihat Mas Hendra sedang duduk bersila dan
Baca selengkapnya

Bab 39

Sekujur tubuhku merinding mendengar penjelasan Ustadz Yusuf. "Pasti perempuan munafik itu yang menyihir suami saya, Ustadz!" geramku. Aku yakin Rasti pelakunya, dia ingin merebut Mas Hendra dariku. Atau bisa juga Mama, sepertinya Mama sangat membenciku."Kita tak usah mencari tahu siapa pelakunya, cukup kita Ikhtiar untuk menyembuhkan Nak Hendra ini. Siapapun yang melakukan kedzoliman, pasti akan Allah balas dengan caraNya. Tak perlu kita mengotori hati dengan membalas perlakuan yang sama." tutur Ustadz Luthfi bijaksana.Aku terdiam, meresapi apa yang disampaikan oleh Ustadz Luthfi. Umi Aisyah mengenggam tanganku, lalu tersenyum sambil mengangguk, seolah membenarkan apa yang dikatakan suaminya.Ustadz pun segera membawa kantong plastik beserta isinya ke belakang rumah. "Barang ini harus kita bakar. Sementara biar Nak Hendra istirahat dulu. Nanti sehabis Maghrib kita ulang lagi ruqyahnya." ujarnya.Kak Hamzah mengikuti lelaki paruh baya itu ke belakang. Sementara aku menghampiri Mas
Baca selengkapnya

Bab 40

Suara ketukan terdengar, Aku bergegas membuka pintu kamar ini. Ternyata Umi Aisyah dan Ustadz Luthfi yang datang."Ada apa, Nak? Umi dengar teriakan dari sini?" "Umi, Ustadz, tolong suami saya, tolong." rintihku cemas.Aku menepi melebarkan pintu, sehingga Ustadz dapat melihat keadaan Mas Hendra."Astaghfirullah ..." lirih Ustadz Luthfi, lalu langsung bergegas menghampiri Mas Hendra.Tangan Ustadz berusaha melepas tangan Mas Hendra dari lehernya. Dari bibirnya terus terdengar bacaan ayat-ayat Al Qur'an.Aku menangis, melihat keadaan Mas Hendra yang terlihat memprihatinkan. "Hayu, Nak kita bantu membaca Surat Al Baqarah."Aku dan Umi Aisyah bergegas keluar ke kamar mandi untuk berwudhu karena kami sama-sama bangun tidur, lalu bergegas mengambil Al Qur'an dan membacanya pelan.Tangan Mas Hendra mulai terlepas dari lehernya. Namun, masih terus berontak. Ustadz Lutfhi masih memegang tangan suamiku sambil meruqyahnya. Hingga sejam kemudian, Mas Hendra mulai tenang dan tertidur."Alhamdul
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status