Home / Romansa / Terjerat Hutang Mr. Arogant / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Terjerat Hutang Mr. Arogant: Chapter 31 - Chapter 40

116 Chapters

Bab 31 Melunak

Laila terbangun saat mendengar suara tirai pembatas ruang di IGD itu tersibak. Perawat masuk dengan peralatan medis dan satu map catatan medisnya. “selamat pagi Ibu Laila. saya periksa dulu ya.” Perawat itu memasangkan alat tensi di lengan kirinya. “normal. Masih merasakan pusing Bu?” tanya perawat itu sambil melepas tensimeter dari lengannya. “masih sedikit.” Ucap Laila tercekat. Kerongkongannya terasa sangat kering. Dan dia sadar sejak kemarin siang ia belum minum setetes pun. “Suaminya sangat kelelahan sepertinya.” Kata perawat itu saat melirik Malik yang tidur sambil duduk. Perawat itu masih mengatur laju cairan infusnya yang tersisa sedikit lagi sambil tersenyum-senyum. Laila baru menyadarinya dan ikut melirik ke arah Malik. Pantas saja tangannya terasa berat, ternyata tergenggam Malik dan sangat erat. “Ibu sudah boleh pulang setelah cairan infus ini habis ya.. Saya permisi dulu.” Pesan Perawat itu sambil tersenyum menangguk. Laila mengangguk dan melempar senyum pada perawat
Read more

Bab 32 Pemandangan Tak Biasa

Semalaman tidur dengan posisi duduk membungkuk membuat badannya pegal luar biasa. Malik meringis beberapa kali saat memapah Laila yang sebenarnya tak terlalu berat. Tapi badannya yang pegal-pegal membuat nafasnya terengah-engah bak orang selepas berlari memutari lapangan sepak bola. Berat badan Laila tidak lebih dari 50 kilo, tapi Malik merasakan nafasnya semakin terhimpit. Tentu saja tidak mungkin hal itu ia tunjukkan pada Laila. Malik tetap mencoba tetap tegak dan normal seperti biasanya, dia tidak mau dianggap lemah oleh Laila. Dia yang rajin nge-gym tiap 3 hari sekali harusnya tak terlalu bermasalah kalau hanya memapah Laila. Atau karena dia terlalu dimanjakan dengan kasur empuknya tiap hari? Setelah mendudukkan Laila, Malik akan bergegas turun memanggil Bi Mina dan Mbak Yani, tapi niatnya dicegah oleh Laila yang mengutarakan ketakutannya. Perempuan itu takut ada orang lain yang mengetahui kondisi pernikahannya yang sesungguhnya. Atau lebih tepatnya Laila takut jika hal itu sampa
Read more

Bab 33 Semakin Pelik

Terdengar ketukan keras diiringi panggilan pada Malik di pintu selama mereka berdua menyantap sarapan plus makan siangnya. Laila dan Malik saling pandang sebentar, lalu Malik berjalan cepat menuju pintu tanpa mengatakan apapun pada Laila. mereka sama-sama tahu apa yang terjadi selanjutnya dan apa maksud kedatangan Mamanya ke kamar itu. Mamanya sudah menatapnya sinis begitu Malik membuka pintu. “Ngapain aja sih? Gladis udah nunggu dari tadi. Cepat turun!” Sergah Bu Lina. “Malik nggak bisa Ma.. kenapa juga harus Malik yang antar? Malik bukan siapa-siapanya.” Tolak Malik. “dia minta tolong Malik, mama nggak mau tau kamu harus temani dia.” Bu Lina sengaja mengeraskan suaranya agar terdengar laila. “Malik lelah, Malik baru pulang, dan mama tahu kan kalau istri Malik sedang terluka. Malik nggak bisa. Maaf.” Malik hampir berbalik menutup pintu tapi ia urungkan. “kenapa bukan mama yang menemani? Dia tamu mama kan? Malik harap mama mengerti. Malik sudah menikah, Ma.. Malik punya istri yang
Read more

Bab 34 Aku Suamimu

Makan malam kali ini, untuk pertama kalinya terasa hambar dan sunyi bagi Malik. Padahal Papa dan Mamanya ada di depannya sedang menikmati makanannya masing-masing. Papa dan Mamanya berbincang seperti biasanya, tapi bagi Malik suara denting sendok yang beradu dengan piring yang memenuhi pendengarannya.Laila tentu saja sedang tidak bisa ikut bergabung. Ah, selama di rumah itu memang ia belum menikmati makan bersama dengan keluarga Malik. Mama mertuanya tentu tak menyukainnya duduk satu meja bersamanya.Malik mendesah pelan. Sejak sore tadi selepas Laila terbangun, Laila tidak merespon dengan benar setiap tanya yang dilontarkan Malik. Malik sedang mencoba melunak pada Laila, tapi respon Laila sungguh diluar dugaannya. Laila hanya menjawab dengan ‘ya’ atau ‘tidak’. Wanita itu juga selalu membuang pandangannya ke arah lain setiap kali Malik mencoba mendekatinya.“bagaimana keadaan Laila?” tanya Pak Agung memecah lamunan Malik.Tidak ada jawaban dari Malik. Malik seperti patung, tatapannya
Read more

Bab 35 Menjadi Kakiku?

Sejujurnya Laila masih ragu dengan perubahan sikap Malik. Apakah laki-laki di depannya ini berkata jujur atau hanya karena ingin menahannya lebih lama di sini sebagai tawanannya.Laila melebarkan matanya ketika tangan lebar itu berdiam di pipinya tapi tetap dalam tunduknya. Telapak tangan itu mampu menangkup seluruh wajah Laila bahkan jika ia menyekapnya. Laila kembali terperangah ketika Malik menegaskan bahwa dia suaminya dan memintanya jangan meninggalkannya. Apakah maksudnya jangan meninggalkannya? Laila terdiam sebelum memberikan jawaban. Dia merasakan jantungnya berdebar sejak tangan kekar itu menggenggamnya. Dia merasakan nyaman saat tubuh kekar itu merengkuhnya. Dan dia merasa sakit saat ia meminta laki-laki itu menceraikannya.Laila mengangguk pada akhirnya. Ia tak berani menatap Malik yang masih dirasanya asing. Ia masih merasa takut jika Malik sedang baik begini. Laila takut semuanya palsu, Laila masih takut ia tersakiti. Ini adalah pengalaman pertamanya berhubungan dengan l
Read more

Bab 36 Percakapan 2 Pria

Beberapa saat sebelumnya. Malik melangkah dengan hati ringan dan berbunga menuruni tangga menuju ke ruang kerja ayahnya. Dan tentang apa yang menimpa Laila, ia memang sedang menyelidikinya, entah kenapa Malik memiliki firasat bahwa memang ada yang sengaja merencanakan untuk mencelakai Laila. Tapi siapa itu, Malik belum tahu. Dia sudah meminta Soni -asistennya- di kantor untuk selalu mengikuti perkembangan laporannya atas kecelakaan Laila di kepolisian. Belum ada kabar apapun darisana, polisi masih melakukan penyelidikan. Minimnya saksi mata dan juga tempat kejadian tidak terpasang CCTV membuat polisi sedikit kesulitan mengungkap kasus kecelakaan itu. Hanya keterangan dari Laila yang nantinya diharapkan akan sangat membantu, tapi Malik belum mengijinkan polisi untuk mengambil keterangan dari Laila. Istrinya masih butuh istirahat dan pemulihan. Atau dia sendiri nanti yang akan menanyai Laila. Dan Malik harus membicarakan ini pada Papanya, sekaligus meminta pertolongan Pak Tua itu agar
Read more

Bab 37 Pendar Bahagia

Malik sudah berada di kamarnya dan mendapati Laila yang sepertinya sudah terlelap. Wanita itu berbaring miring ke kanan dan tidur tepat di tepi ranjang sebelah kanan, hingga membuat tangannya yang terluka terjuntai. Pasti pegal kalau semalaman tidur dengan posisi begitu.Malik mendekat ke arah Laila. Meneliti dari atas hingga ke ujung kaki istrinya, yang baru disadarinya ternyata memang sangat cantik. Meski dalam keadaan tanpa make up sekalipun. Lalu tatapannya terkunci pada luka bekas sabetan di lengan kanan istrinya itu, mengusapnya sejenak. Lalu beranjak mengambil kotak obat milik Laila.Malik menarik kursi mendekat ke arah ranjang, mendudukkan diri di sana, dan dengan perlahan mengganti perban Laila yang memang sudah waktunya diganti. Meski dilakukan perlahan, rupanya Laila tetap terganggu dengan aktivitas itu. Wanita itu mengerjap dan Malik meneruskan pekerjaannya setelah mengulas senyum hangat.“Selesai. Tidurlah”“mas juga” sahut Laila lirih. Tatapan mereka saling bertaut.Mali
Read more

Bab 38 Angkat Dagumu

“Ceritakan padaku bagaimana kejadiannya sampai kamu tertusuk seperti ini?” Tanya Malik akhirnya.Baru sekejap lalu ia mengatakan bahwa Laila boleh mengetahui apa yang ada di pikirannya, tapi rasanya tidak untuk saat ini. Laila belum pulih benar, dan ia sudah terlalu banyak menelan pahitnya kata-kata yang dilontarkan mamanya sejak ia memasuki rumah besar itu. Laila tidak perlu tahu bawha Mamanya memiliki niat memisahkan mereka.Malik baru saja akan membuka hatinya untuk Laila. terlalu cepat rasanya jika harus melepas wanita ini pergi dari sisinya. Tidak. Malik menggeleng samar.“a-aku enggak begitu ingat. Karena jalanan macet sore itu jadi aku ambil jalan pintas di Gang Golek deket sini. Mas tau sendiri gang itu lumayan sepi. Aku hanya ingin cepat sampai di rumah.”“Apa ada yang mengikutimu?” selidik Malik sekali lagi. dia benar-benar harus memastikan sesuatu, bahwa kecelakaan Laila memang terencana, memang disengaja dan Malik harus segera mengetahui siapa dibalik kecelakaan Laila.Lai
Read more

Bab 39 Kehilangan Kemampuan

Malik sudah berada di kantornya. Hatinya sedikit ringan meninggalkan perempuan yang kini berani ia sebut sebagai istri itu setelah ia berhasil meyakinkan Laila. Laila harus menenun lagi rasa percaya dirinya saat menghadapi sang mama, pikirnya. Dan bersama-sama dengannya membuktikan bahwa mereka pantas untuk sama lain. Bagaimanapun, mereka sudah menikah dan mamanya harus menerima itu.Dan Malik sendiri sadar benar apa yang dia lakukan, meskipun pada awalnya niatnya menikahi Laila sudah salah. Tapi dia seserius itu akan pernikahannya. Dia tidak akan pernah mempermainkan sesuatu yang sangat sakral itu. harusnya dari awal kan. seandainya Laila tahu pikirannya, pasti Laila akan mengeluarkan semua umpatannya.Ah, gadis itu terlalu mudah mengumpat. Malik kira gadis dari desa itu sangat polos dan lurus-lurus saja. Ternyata Laila beda. Istrinya beda.Soni, si asisten sudah sejak tadi berada di belakang Malik menyusul langkahnya dan siap melaporkan semua tugas-tugasnya.“ada perkembangan?” tany
Read more

Bab 40 Memberikan Keterangan

Laila kembali ke kamarnya setelah hampir setengah hari ia berada di lantai satu rumah besar itu. Menghabiskan waktu berkeliling dengan terseok menyusuri dapur, taman belakang, kolam renang dan berlama-lama duduk di sisi kolam ikan. Kata Mbak Yani, koleksi ikan itu adalah milik Pak Agung. Koleksi ikan koi dengan warna mayoritas hitam, putih dan merah. Dan pasti bukan sembarang koi murahan.Pada kesempatan itu, Laila juga banyak mencari tahu tentang ibu mertuanya. Tentang hal-hal yang disukai mertuanya itu. Seperti kata Malik, Laila harus belajar menegakkan dagunya. Percaya diri yang harus pelan-pelan dibangunnya agar tidak selalu direndahkan oleh mertuanya sendiri.Laila mengambil ponselnya yang ada di atas nakas. Mengeceknya, tidak ada satu pun pesan dari Malik.Laila menggigit bibirnya.Sebagai bentuk kepercayaan dirinya yang berusaha pelan-pelan ia bangun, Laila memutuskan mengirim pesan terlebih dahulu pada suaminya itu. Iya, Malik sudah menegaskan bahwa dia adalah sebenar-benarnya
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status