Home / Romansa / Terjerat Hutang Mr. Arogant / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Terjerat Hutang Mr. Arogant: Chapter 1 - Chapter 10

116 Chapters

Bab 1. Keriuhan Pagi

Di sebuah kamar kos bulanan dengan harga rata-rata di sekitaran ibu kota. Seorang gadis masih meringkuk bergelung selimut diantara terik matahari yang menyemburat melalui ventilasi kecil kamarnya. Tidurnya sangat nyenyak sebab kelelahan melandanya hingga larut malam kemarin. Dering telefon yang sangat nyaring membuatnya terhenyak, mengerjap lalu bangkit menyambar ponselnya dengan cepat bahkan tak sempat melihat siapa si penelfon. “Kamu dimana?” seru seseorang di telefon. Dari nada bicaranya terdengar sangat tidak sabaran. Dia tersentak dan reflek menjauhkan ponselnya dari telinga. Melirik di layar untuk mengetahui si penelfon lalu kembali mendekatkannya di telinga dengan terburu karena tersadar akan sesuatu. “aku masih di kos, sebentar. Aku kesiangan..” “aneh-aneh aja, udah tau janjian sama dospem yang super pelit malah telat. Cepetan!!” tukasnya lagi yang langsung menutup sambungan telefonnya. Laila bergegas menyamber kunci motornya lalu dengan cepat melajukan motornya ke arah
Read more

Bab 2. Pelik

Laila menaiki tangga dengan tergesa, dari kejauhan Raisa sudah memasang wajah muram serta tatapan membunuh pada Laila. Laila sudah siap lahir batin menerima semprotan dari sahabatnya itu. Dia yang memohon untuk diaturkan janji dengan sang dosen tapi dia juga yang mengingkarinya. “apa-apaan kamu! Kamu tau nggak aku dicecar habis-habisan sama Pak Eko. Beliau bilang aku membuang-buang waktunya. Ya ampun La! Bukan sekali ya kamu kaya gini, aku nggak mau lagi mengaturkan janji untukmu. Ngeri aku!” omel Raisa. Laila masih terengah-engah saat Raisa sudah mencecarnya panjang kali lebar. Sesekali meringis menahan sakit di lututnya yang dia gunakan paksa untuk berlari menaiki tangga. “maaf Sa, ada kejadian tak terduga di jalan tadi. Maaf sekali lagi kamu harus jadi tamengku menghadapi Pak Eko.” Kata Laila dengan nafas tersengal. “kejadian apa? itu kenapa sampai sobek begitu?” tanya Raisa cemas saat melihat robekan di celana bagian lutut Laila. “aku tadi jatuh dari motor, karena ngindarin k
Read more

Bab 3. Perkara Hutang

Tunggu. Berarti Saka kenal dengan gadis yang aku mintai ganti rugi 50 Juta ini? Saka mengamati Malik dan Laila dari balik meja barista. Lebih tepatnya ia mengamati mimik Laila. Sejak pertemuan pertama mereka, jujur ada sesuatu yang menarik dari diri Laila yang membuatnya terpikat. Entah apa itu. “kamu kenal Saka?” tanya Malik kemudian. “dia yang membantu saya waktu kecelakaan.” Jawab Laila datar. Ia masih belum berani bersitatap dengan Malik yang sedang menatapnya tajam. Malik merapatkan bibirnya seraya manggut-manggut. “baru aja kenal?” tanya Malik lagi. “maaf pak, saya kesini bukan membahas mas Saka.” Jawab Laila singkat. Dia mendengus samar karena Malik justru fokus pada hal lain. Oh, haruskah ia senang? “mas?” bisik Malik lalu melengos dan berdecih. Dia memanggilku ‘Pak’ tapi manggil Saka ‘Mas’. Malik lalu menarik matanya mengamati Laila. Pakaiannya terlalu biasa, usianya mungkin 20an atau lebih. Gadis muda yang polos. “tentang ganti rugi itu kalau bisa saya akan mencicil
Read more

Bab 4. Kencan Paksa

Tenggat waktu yang diberikan oleh Malik hanya tersisa satu minggu lagi, tapi uang yang berhasil dikumpulkan Laila baru mencapai 20 juta, itupun termasuk menguras seluruh uang tabungannya yang sangat bernilai baginya meski bagi Malik mungkin hanya sekali tarik untuk uang jajannya. Ia bekerja siang malam dan sengaja meninggalkan kuliahnya sementara tapi uang yang ia kumpulkan bahkan tak mencapai setengahnya dari ganti rugi yang harus ia bayarkan. Raisa sudah beberapa kali menawarkan diri meminjami, tapi ia tak ingin merusak persahabatannya hanya perkara arta. Begitu pula Saka, pernah bertemu beberapa kali dan dia selalu menanyakan tentang masalah yang membelit Laila dengan sahabatnya, Malik. Tawaran bantuan dari Saka pun meluncur dari mulutnya, tapi mentah-mentah ditolak Laila. “Terimakasih, mas. Biar saya selesaikan masalah saya sendiri mas, sementara saya belum butuh bantuan mas Saka, nanti kalau saya butuh bantuan saya akan bilang pada mas Saka.” Ucapnya pada Saka. Lalu Saka bun
Read more

Bab 5. Bantuan Saka

Sepulang bekerja dari restoran malam itu cukup larut. Dia keluar restoran saat jam menunjukkan pukul 23.37 dengan raut gelisah. Laila tak pernah bekerja sampai selarut itu sebelumnya. Laila mengeluarkan ponselnya, membuka aplikasi hijau untuk mencari taksi online. Tangannya mencoba menggulirkan ke layar ponsel cukup lama tapi belum satu pun yang menerima orderannya. Lalu sebuah mobil SUV putih mendekat ke arahnya. Laila berusaha menyembunyikan kegugupannya. Berusaha keras menelan ludah agar tetap tenang. Laila sama sekali tidak pernah keluar malam lebih dari jam 9. Dan saat ini untuk pertama kalinya ia merasakan pengalaman ini gara-gara seseorang yang melilitkan banyak hutang padanya. Laila menyalahkan. Si pemilik mobil itu membunyikan klakson. Berhenti tepat di depan Laila lalu menurunkan jendela gelap mobilnya. Seulas senyum muncul di wajah yang sudah tak asing bagi Laila. Saka. Saka datang di waktu yang tepat. Begitu pikir Laila. Dan ia sangat bersyukur untuk itu. “ayo naik..”
Read more

Bab 6. Menyusun Ancaman

Malik adalah pria yang sudah cukup matang, 31 tahun bukankah waktu yang tepat untuk menikah? Wajahnya sangat tampan dengan perpaduan hidung mancung, bibir sedikit tebal dengan tarikan garis kanan kiri sempurna, lesung di pipi kiri, matanya sayu namun memiliki sorot mata yang tajam serta postur tubuh tinggi 184 cm adalah paket lengkap sebagai idaman para kaum hawa. Malik sama sekali belum memiliki ketertarikan pada wanita manapun, bukan berarti ia tak suka dengan perempuan. Ia hanya merasa belum ada yang pas yang bisa mengimbanginya. Perempuan kebanyakan yang mendekatinya hanya karena melihat casing luaran Malik saja. Sedangkan papanya terus mendesak Malik untuk menikah. Papa merasa harus segera beristirahat dari pekerjaannya karena ia sudah semakin tua. Kakaknya malik yang terpaut 7 tahun dengannya pun memilih tinggal di luar dan menikmati petualangannya sendiri daripada harus mengurus perusahaan sang papa. Harapan satu-satunya papa adalah pada Malik. Tapi papa menyuruh Malik seger
Read more

Bab 7. Kelonggaran

Keesokan harinya, Malik sudah bersiap dan mempersiapkan keperluannya untuk perjalanan ke desa tempat orang tua Laila. Mengenakan setelan kemeja berwarna biru tua dan celana chinos cokelat serta sneakers, Malik tampak menawan. Dia meraih kunci mobil dan berjalan menuruni tangga. “mau kemana?” sapa sang Papa yang tengah mengoles butter ke selembar roti untuk sarapannya. “mau ketemu Saka dan Denis..” Jawab Malik. Ia ikut duduk di sebelah Papanya. “mereka lagi. kalau main sama mereka terus kapan kamu ketemu ceweknya.. Kapan menikah? Kapan Papa punya mantu?” “Mama kemana, Pa?” Malik bukan tidak menghiraukan, hanya pertanyaan yang lebih seperti pernyataan itu sudah berulang-ulang disampaikan. Malik mengerti keresahan orang tuanya, dia pun sebenarnya sudah siap jika harus menikah saat itu juga. Masalahnya dengan siapa dia akan menikah itu yang masih menjadi misteri. “mama pagi-pagi sekali udah pergi ke salon. Mau ada acara arisan entah apa lagi.” terang Papa. “Mama terlalu banyak kegi
Read more

Bab 8. Sebuah Kabar

Café bergaya ala jepang itu, Saka sendiri yang memilih desainnya, baik eksterior maupun interior. Saka merupakan lulusan arsitektur dari perguruan tinggi terkenal di negeri ini. Lalu melanjutkan S2 nya di negeri jepang. Dari sana Saka mengadaptasi ide untuk bisnis kecil-kecilannya selain dari perusahaan jasa arsitektur dan interior. Pagi itu pembicaraannya kepada Malik cukup membuatnya lega. Malik merespon positif soal kelonggaran yang ia ajukan untuk Laila. Meski tidak terlalu spesifik kelonggaran apa yang akan Malik berikan, tapi Saka lega. Dengan ringan hati ia akan menghubungi Laila untuk memberi kabar baik itu. Laila saat ini sedang berada di kampusnya. Merehatkan badannya sejenak dari bekerja rodi, dan mengurusi urusan kuliahnya yang belum terlihat hilalnya soal janji dengan sang DosPem. Laila hanyut di perpustakaan kampus, menghadapi laptop dan beberapa buku dan jurnal. Laila mengambil jurusan Psikologi sesuai dengan cita-citanya. Meski dari desa dan sebagai anak perempuan,
Read more

Bab 9 Menjerat Sekali Lagi

Beberapa jam sebelumnya. Malik dan Denis sedang berkendara dan saat ini dia berada di tengah-tengah jalan tol menuju arah timur.Siang itu setelah berbicara pada Saka yang berakhir dengan kata ‘kelonggaran’ yang menggantung dari Malik, Denis tiba. Malik tak lagi membahas perihal ganti ruginya. Dia pikir sudah cukup untuk melibatkan Saka. Dan Saka pikir Malik pun menyetujui masukannya.Mereka mengobrol ringan. Lalu Malik dan Denis berpamitan. Tanpa sepengetahuan Saka, saat ini Malik dan Denis sedang merencanakan sesuatu. Mobil mereka terus melaju dan menempuh perjalanan 3 jam lamanya untuk tiba di sebuah daerah. Cukup terpencil tapi jalanan di sana sudah bisa dibilang bagus. Jalan dua tapak yang bersela tengahnya. Jalan itu terbuat dari beton cor yang masing-masing lebarnya tak lebih dari dua meter.Sepanjang mata memandang hanya terdapat hamparan sawah, ada yang sedang dibajak ada pula yang sudah siap ditanami. Rumah-rumah disana memiliki jarak cukup jauh. Udara menyergap ketika Malik
Read more

Bab 10 Kenalkan Calon Istri

Angin dingin berembus melalui celah-celah ventilasi kamar kos Laila. Mengusik tidurnya yang entah sudah berapa lama. Rasa-rasanya ia baru saja memejamkan mata. Laila mengerjap, “jam berapa ini?” tangannya bergerilya menyuruk ke bawah bantal mencari ponselnya. “baru jam 5 pagi.” Gumamnya. Ia masih ingin tidur, tapi pikirannya tak mau diajak berkompromi. Tiap ia memejamkan mata, suara Malik yang mengancamnya dengan menikah terdengar nyata di telinga. Dan setiap suara itu muncul di kepalanya, ia secara reflek mengumpat. Laila hampir saja frustasi, hari ini adalah hari terakhir tenggat waktunya. Ditambah ia mendapat ancaman soal menikah. Ancaman? Sebenarnya akan mempermudahnya atau akan menyulitkannya? Laila mendesah. Lalu mengambil bantal tidurnya, membekap wajahnya sendiri dan berteriak sekencang mungkin sampai Laila kembali menangis. Sebenarnya bukan hanya itu yang membuatnya takut, tapi soal apakah Malik memberitahu orang tuanya soal hutang ganti rugi sebesar 50 juta itu. Orang tua
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status