Home / Romansa / Pesona Sang Peri / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Pesona Sang Peri: Chapter 21 - Chapter 30

100 Chapters

Bab 20. Kegagalan

“Kumohon, jangan tembak aku!” Fjola keluar dari ilalang dengan tangan terangkat ke atas. Prajurit yang melihatnya pun menyiagakan panahnya. Matanya memicing, menilai dengan saksama sosok di depannya itu. Pakaian yang dipakai sang gadis membuatnya yakin bahwa dia adalah pemburu. Ia berniat melepas anak panahnya sebelum gadis itu berkata lagi, “AKu bukan pemburu. Aku manusia.”Perlahan, Fjola mendekat. Sang prajurit pun mampu melihatnya lebih jelas. Rambut gadis itu yang acak-acakan, beserta beberapa kotoran yang menempel di sana membuatnya tidak yakin dengan pengakuan tadi. “Siapa kau?” tanyanya kemudian.Prajurit itu masih terhitung prajurit baru. Sebelumnya, ia bertugas di istana. Ketika komandan dari luar tembok meminta sejumlah prajurit lagi untuk berpatroli di sana, ia menyambar kesempatan itu sebagai berkah. Ia merupakan anak sulung. Jadi, dengan menjadi ‘pahlawan tembok’ ia mampu memberi kehidupan yang layak untuk adik-adiknya yang masih sangat muda. Baru beberapa hari dia berg
last updateLast Updated : 2022-11-08
Read more

Bab 21. Ketrampilan

Rasanya, Fjola sudah tak memiliki harapan lagi. Ia juga tak memiliki daya. Ketika prajurit tadi menyeretnya kembali ke dalam hutan, ia tak kuasa memberontak. Prajurit lain yang berjaga di sana menurunkan panahnya. Mereka tahu pilihan sang komandan yang memerintahkan untuk membunuh gadis itu di hutan tak lain supaya mereka tidak perlu menyingkirkan mayatnya. “Aku masih percaya kalau kau adalah puteri dari Negeri Haust,” bisik prajurit yang menyeretnya. “Tetapi, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Maafkan aku.” Fjola tak menanggapinya. Rasanya ia benar-benar ingin menyerah saja. Ia sudah lelah. Gerbang semakin mengecil di belakangnya. Fjola hanya mampu menatapnya. Dia tak bisa melewatinya. “Apa kau—Anda ingin melewati gerbang itu dan kembali ke negeri Anda?” tanya sang prajurit lagi. Mereka kini sudah memasuki hutan. Kepala Fjola menoleh. Ia memandang sang prajurit dengan tertarik. “Apa kau tahu caranya?” Prajurit muda itu pun menggeleng. “Tidak. Setahuku, siapa pun orang yang sudah kel
last updateLast Updated : 2022-11-08
Read more

Bab 22. Pesona Lilija

Amarah Lilija menggelegak bagai magma di dalam perut gunung berapi. Ia siap meledak ketika prajurit pembawa pesan kembali menghentikan laju keretanya. Padahal, kurang sedikit lagi mereka sampai ke tempat Barrant biasanya berada.“Maaf, Yang Mulia, Pangeran sudah kembali ke istana,” lapor prajurit itu. “Anda sudah ditunggu di ruang minum teh.”Lilija menggigit giginya kuat-kuat, tangannya terkepal untuk menahan emosi. Batinnya menyumpah. Dengan susah payah, ia berkata, “Bawa aku ke sana.”“Kau harus bersikap lebih bijak, Tuan Putri,” kata Helga, pelayannya.Lilija menoleh ke arah pelayannya. Matanya menatap Helga dengan nanar. Ia benci kepada wanita tua berwajah dingin itu. Rambutnya yang dicepol ke belakang, dagunya yang terangkat ke atas, sikapnya yang kaku membuatnya ingin mengenyahkan segera. Tetapi, ia tak bisa melakukan hal itu. Lilija benci kepadanya karena sering mengatur dan mengkangnya. Dia mengharapkan Lilija bersikap selayaknya putri yang anggun, baik hati, ramah, dan sempu
last updateLast Updated : 2022-11-08
Read more

Bab 23. Poison

“Sandiwara?” tanya Fjola mengernyit. Setelah memutuskan untuk ke celah rahasia, gadis itu duduk di punggung Sifhty bersama Arnor. Seberti biasa, ia duduk di belakang peri itu. Matahari sudah tergelincir dari singgasananya. Awan mendung yang mungkin membawa jutaan butir salju tampak menggantung. Meski begitu, mereka belum mau berhenti. Langkah kuda itu juga pelan karena jalan yang dilewatinya tidak semulus biasanya. Jalan yang dilaluinya kini tertutup salju setinggi lima belas centi meter. Tapalnya sampai terbenam karenanya.“Iya. Sandiwara. Kita harus bersandiwara.” Arnor memandang ke depan dengan mata perinya. Jauh di depan tampak gunung yang sangat besar. Di kaki gunung itu terlihat beberapa buah batu raksasa yang mulai bergerak-gerak.“Tapi, kenapa kita harus bersandiwara?” tanya gadis itu penasaran.Arnor mengehentikan kudanya. “Itu … nanti saja aku menjawabnya. Sekarang lebih baik kita mendirikan kemah di sini. Lagi pula, salju akan turun.” Ia lantas turun.Fjola mengikuti peri
last updateLast Updated : 2022-11-08
Read more

Bab 24. Bahaya Lain

Seperti yang sudah bisa diperkirakan, hujan salju datang menjelang malam. Awalnya, Fjola menolak untuk masuk ke tenda kecil itu bersama Arnor. Ia tak dapat membayangkan bagaimana sesaknya di dalam sana nanti. Tak bakal ada ruang yang cukup di antara mereka. Sementara, Fjola tak mau dekat-dekat dengan peri itu semalam penuh. “Ya sudah, silakan mati kedinginan di luar. Aku akan senang hati menyerahkan tubuhmu kepada para pemburu nanti sebagai tanda perdamaian,” kata Arnor masuk ke dalam tendanya.Fjola memutar bola matanya. Mau tak mau, ia mengikuti peri itu ke dalam tenda. Ia takjub ketika kakinya melangkah, melewati pintu tenda yang tersibak. Matanya terbelalak menatap isi tenda yang ternyata cukup luas. Bahkan, ketika masuk, dia merasa oleh menjadi kecil. Atap tenda yang tadinya sejajar dengan kepalanya kini tampak jauh di atas. Lebar pintu tempatnya masuk yang tadi dia kira hanya sepanjang bahu terasa lebih lapang. Bahkan, Fjola dapat merentangkan tangannya, dan ujung jarinya tida
last updateLast Updated : 2022-11-08
Read more

Bab 25. Fannar

FannarSudah seminggu Fannar bergabung denga kelompok pemberontak namun ia belum pernah keluar dari tempat persembunyian mereka. Setiap tiga hari sekali seseorang memasok kebutuhan pokok untuk mereka. Dari Luke, ia tahu bahwa Garda memiliki anggota yang besar. Mereka terbagi dalam beberapa kelompok. Kelompok-kelompok itu pasti memiliki satu pemimpin, dan pemimpin itulah yang menghubungkan informasi kelompok satu dengan yang lain. Jadi, anggota kelompok satu tidak mengenal anggota kelompok yang lain. Hal itu dilakukan supaya apabila salah seorang tertangkap, yang lain akan selamat.Untuk misi pun demikian. Semua kelompok memiliki tugas masing-masing. Seperti kemarin, kelompok Luke bertugas menyusup ke rumah bangsawan yang sudah ditentukan dan mencuri emas. Namun, kelompok lain yang memindahkannya ke para pemimpin kemudian membaginya.Setelah diterima menjadi anggota Garda, Fannar diharuskan mengubah namanya. Rupanya, Luke, Zoe, dan Rowan bukan nama asli mereka.“Luke itu nama tokoh dal
last updateLast Updated : 2022-11-08
Read more

Bab 26. Serangan Troll

FjolaRaungan itu begitu keras, disertai dengan guncangan yang hebat dan untungnya singkat. Fjola tersentak bangun. Tubuhnya bakal jatuh dari ranjang seandainya lengan Arnor tidak merangkulnya erat. Mata peri itu masih terpejam, namun Fjola dapat melihat bola matanya yang tertutup kelopak bergerak-gerak. Gadis itu mengembuskan napas panjang. "Jangan pura-pura tidur, Arnor. Lepaskan aku.""Hm?" Peri itu pura-pura menguap. Ia meregangkan tubuhnya dengan kikuk. "Apa kau tidur dengan nyenyak?"Belum sempat menjawab, guncangan kembali terasa. Kali ini tubuh Fjola benar-benar terguling. "Apa ada gempa?" tanyanya sembari meringis.Punggungnya membentur lantai dengan keras. Rambutnya yang panjang tampak awut-awutan. Setelah guncangan itu reda, ia bangkit. Arnor sudah berderap ke pintu tenda, menengok sekilas keluar kemudian kembali dengan panik. Ia memasang kembali sabuk senjatanya, memakai jubah, dan menyandang busur. Sembari mengikat sepatu botnya, ia berkata, "Tak ada waktu. Cepat bersiap-
last updateLast Updated : 2022-11-08
Read more

Bab 27. Rahasia

Trol itu besar. Tingginya sekitar tiga sampai empat meter. Mereka tak memiliki rambut. Namun, jika diperhatikan lebih jelas, ada beberapa yang memiliki bulu. Bulu-bulu itu malah lebih mirip lumut, berwarna hijau kehitam-hitaman. Kulitnya kasar dan keras. Fjola tahu karena ketika berlari menghindari mereka, sebuah tangan raksasa—atau jari, ia tak tahu pasti—menjenggit tudung jaketnya dan mengangkatnya ke atas, seolah dia adalah kecoa yang nakal. Raungan keras menghantam wajahnya hingga bau busuk membuat Fjola hampir muntah. “Lepasan aku!” seru gadis itu. Ia mengambil belati dan menyerang tangan yang mengangkatnya. Namun, saking keras kulit trol itu, Fjola bahkan dapat mendengar belatinya menjerit protes. Tak mau menyerah, gadis itu memukulkan kepalan tangannya. Tetapi, dia malah melukai dirinya sendiri. Tubuh trol itu seolah terbuat dari batu.Geraman terlontar dari trol satunya. Tingginya hampir sama. Badannya lebih besar dari trol yang mendapatkan Fjola. Matanya yang sekelam obsidia
last updateLast Updated : 2022-11-10
Read more

Bab 28. Kesalahan

“Apa itu?” Arnor mengernyit. Matanya memandang kelingking Fjola yang teracung.Gadis di depannya itu memutar bola mata. “Ini namanya janji kelingking. Tautkan jari kelingkingmu ke kelingkingku. Dengan begitu, aku tak akan mengingkari janji yang telah kubuat.”“Apa kau akan mati kalau mengingkari janji itu?” tanya Arnor penasaran.“Ya, tidak seekstrem itu juga.”“Kalau begitu, apa gunanya?” Arnor tak mengidahkannya. Ia tampak skeptis.Fjola merengut. Ia lantas menarik tangan peri itu dan menautkan kelingkingnya ke kelingking sang peri. Sejenak, Arnor terkejut. Ia lantas berjengit. “Ih!” dan menarik kembali jemarinya. “Kau bohong tentang janji kelingking itu kan? Kau hanya mencari alasan untuk menyentuhku, kan? Kalau memang begitu, kenapa tidak bicara langsung saja?”Gadis itu mendesah panjang. “Terserah apa katamulah. Sekarang, tunjukkan.”Mata Arnor membulat. “Tunjukkan apa, nih?”“Tunjukkan bagaimana cara kau menjegal trol itu. Kau kan tadi bilang ingin menunjukkannya padaku. Memangn
last updateLast Updated : 2022-11-10
Read more

Bab 29. Sesuatu yang Tumbuh

Fjola yang berhasil mengembalikan napasnya dapat menghirup tubuh Arnor yang seperti bau musim semi itu. Perlahan namun pasti kesadarannya pulih. Nyeri yang dirasakannya pelan-pelan hilang. “Apa itu tadi?” tanyanya masih bersuara parau.Tubuh Arnor gemetar. Bibirnya terkatup rapat. Dalam benak, ia bertarung dengan kekuatannya sendiri hingga sulur yang membelit dirinya kembali terkendali. Mereka kembali ke tanah. Setelah yakin berhasil mengendalikan kekuatan itu, Arnor melepas pelukannya. Tenaganya seolah terkuras. Meski udara dingin, keringat mengucur dari dahinya. “Maafkan aku, Fjola. Sungguh, maafkan aku,” katanya dengan susah payah. Napasnya tersengal karena lelah.Air mata Arnor membuat hati gadis itu terenyuh. Dari pangkuan, ia melihat wajah pucat sang peri. Tangan Fjola perlahan terangkat. Ia mengusap pipi Arnor yang basah. Kemudian, saat sadar dengan apa yang dilakukannya, ia merona. Jantungnya berdentum-dentum aneh. Bukan dentum keras seperti sepuluh detik yang lalu ketika ia
last updateLast Updated : 2022-11-11
Read more
PREV
123456
...
10
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status