Share

Bab 23. Poison

Penulis: IyoniAe
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Sandiwara?” tanya Fjola mengernyit. Setelah memutuskan untuk ke celah rahasia, gadis itu duduk di punggung Sifhty bersama Arnor. Seberti biasa, ia duduk di belakang peri itu.

Matahari sudah tergelincir dari singgasananya. Awan mendung yang mungkin membawa jutaan butir salju tampak menggantung. Meski begitu, mereka belum mau berhenti. Langkah kuda itu juga pelan karena jalan yang dilewatinya tidak semulus biasanya. Jalan yang dilaluinya kini tertutup salju setinggi lima belas centi meter. Tapalnya sampai terbenam karenanya.

“Iya. Sandiwara. Kita harus bersandiwara.” Arnor memandang ke depan dengan mata perinya. Jauh di depan tampak gunung yang sangat besar. Di kaki gunung itu terlihat beberapa buah batu raksasa yang mulai bergerak-gerak.

“Tapi, kenapa kita harus bersandiwara?” tanya gadis itu penasaran.

Arnor mengehentikan kudanya. “Itu … nanti saja aku menjawabnya. Sekarang lebih baik kita mendirikan kemah di sini. Lagi pula, salju akan turun.” Ia lantas turun.

Fjola mengikuti peri
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pesona Sang Peri   Bab 24. Bahaya Lain

    Seperti yang sudah bisa diperkirakan, hujan salju datang menjelang malam. Awalnya, Fjola menolak untuk masuk ke tenda kecil itu bersama Arnor. Ia tak dapat membayangkan bagaimana sesaknya di dalam sana nanti. Tak bakal ada ruang yang cukup di antara mereka. Sementara, Fjola tak mau dekat-dekat dengan peri itu semalam penuh. “Ya sudah, silakan mati kedinginan di luar. Aku akan senang hati menyerahkan tubuhmu kepada para pemburu nanti sebagai tanda perdamaian,” kata Arnor masuk ke dalam tendanya.Fjola memutar bola matanya. Mau tak mau, ia mengikuti peri itu ke dalam tenda. Ia takjub ketika kakinya melangkah, melewati pintu tenda yang tersibak. Matanya terbelalak menatap isi tenda yang ternyata cukup luas. Bahkan, ketika masuk, dia merasa oleh menjadi kecil. Atap tenda yang tadinya sejajar dengan kepalanya kini tampak jauh di atas. Lebar pintu tempatnya masuk yang tadi dia kira hanya sepanjang bahu terasa lebih lapang. Bahkan, Fjola dapat merentangkan tangannya, dan ujung jarinya tida

  • Pesona Sang Peri   Bab 25. Fannar

    FannarSudah seminggu Fannar bergabung denga kelompok pemberontak namun ia belum pernah keluar dari tempat persembunyian mereka. Setiap tiga hari sekali seseorang memasok kebutuhan pokok untuk mereka. Dari Luke, ia tahu bahwa Garda memiliki anggota yang besar. Mereka terbagi dalam beberapa kelompok. Kelompok-kelompok itu pasti memiliki satu pemimpin, dan pemimpin itulah yang menghubungkan informasi kelompok satu dengan yang lain. Jadi, anggota kelompok satu tidak mengenal anggota kelompok yang lain. Hal itu dilakukan supaya apabila salah seorang tertangkap, yang lain akan selamat.Untuk misi pun demikian. Semua kelompok memiliki tugas masing-masing. Seperti kemarin, kelompok Luke bertugas menyusup ke rumah bangsawan yang sudah ditentukan dan mencuri emas. Namun, kelompok lain yang memindahkannya ke para pemimpin kemudian membaginya.Setelah diterima menjadi anggota Garda, Fannar diharuskan mengubah namanya. Rupanya, Luke, Zoe, dan Rowan bukan nama asli mereka.“Luke itu nama tokoh dal

  • Pesona Sang Peri   Bab 26. Serangan Troll

    FjolaRaungan itu begitu keras, disertai dengan guncangan yang hebat dan untungnya singkat. Fjola tersentak bangun. Tubuhnya bakal jatuh dari ranjang seandainya lengan Arnor tidak merangkulnya erat. Mata peri itu masih terpejam, namun Fjola dapat melihat bola matanya yang tertutup kelopak bergerak-gerak. Gadis itu mengembuskan napas panjang. "Jangan pura-pura tidur, Arnor. Lepaskan aku.""Hm?" Peri itu pura-pura menguap. Ia meregangkan tubuhnya dengan kikuk. "Apa kau tidur dengan nyenyak?"Belum sempat menjawab, guncangan kembali terasa. Kali ini tubuh Fjola benar-benar terguling. "Apa ada gempa?" tanyanya sembari meringis.Punggungnya membentur lantai dengan keras. Rambutnya yang panjang tampak awut-awutan. Setelah guncangan itu reda, ia bangkit. Arnor sudah berderap ke pintu tenda, menengok sekilas keluar kemudian kembali dengan panik. Ia memasang kembali sabuk senjatanya, memakai jubah, dan menyandang busur. Sembari mengikat sepatu botnya, ia berkata, "Tak ada waktu. Cepat bersiap-

  • Pesona Sang Peri   Bab 27. Rahasia

    Trol itu besar. Tingginya sekitar tiga sampai empat meter. Mereka tak memiliki rambut. Namun, jika diperhatikan lebih jelas, ada beberapa yang memiliki bulu. Bulu-bulu itu malah lebih mirip lumut, berwarna hijau kehitam-hitaman. Kulitnya kasar dan keras. Fjola tahu karena ketika berlari menghindari mereka, sebuah tangan raksasa—atau jari, ia tak tahu pasti—menjenggit tudung jaketnya dan mengangkatnya ke atas, seolah dia adalah kecoa yang nakal. Raungan keras menghantam wajahnya hingga bau busuk membuat Fjola hampir muntah. “Lepasan aku!” seru gadis itu. Ia mengambil belati dan menyerang tangan yang mengangkatnya. Namun, saking keras kulit trol itu, Fjola bahkan dapat mendengar belatinya menjerit protes. Tak mau menyerah, gadis itu memukulkan kepalan tangannya. Tetapi, dia malah melukai dirinya sendiri. Tubuh trol itu seolah terbuat dari batu.Geraman terlontar dari trol satunya. Tingginya hampir sama. Badannya lebih besar dari trol yang mendapatkan Fjola. Matanya yang sekelam obsidia

  • Pesona Sang Peri   Bab 28. Kesalahan

    “Apa itu?” Arnor mengernyit. Matanya memandang kelingking Fjola yang teracung.Gadis di depannya itu memutar bola mata. “Ini namanya janji kelingking. Tautkan jari kelingkingmu ke kelingkingku. Dengan begitu, aku tak akan mengingkari janji yang telah kubuat.”“Apa kau akan mati kalau mengingkari janji itu?” tanya Arnor penasaran.“Ya, tidak seekstrem itu juga.”“Kalau begitu, apa gunanya?” Arnor tak mengidahkannya. Ia tampak skeptis.Fjola merengut. Ia lantas menarik tangan peri itu dan menautkan kelingkingnya ke kelingking sang peri. Sejenak, Arnor terkejut. Ia lantas berjengit. “Ih!” dan menarik kembali jemarinya. “Kau bohong tentang janji kelingking itu kan? Kau hanya mencari alasan untuk menyentuhku, kan? Kalau memang begitu, kenapa tidak bicara langsung saja?”Gadis itu mendesah panjang. “Terserah apa katamulah. Sekarang, tunjukkan.”Mata Arnor membulat. “Tunjukkan apa, nih?”“Tunjukkan bagaimana cara kau menjegal trol itu. Kau kan tadi bilang ingin menunjukkannya padaku. Memangn

  • Pesona Sang Peri   Bab 29. Sesuatu yang Tumbuh

    Fjola yang berhasil mengembalikan napasnya dapat menghirup tubuh Arnor yang seperti bau musim semi itu. Perlahan namun pasti kesadarannya pulih. Nyeri yang dirasakannya pelan-pelan hilang. “Apa itu tadi?” tanyanya masih bersuara parau.Tubuh Arnor gemetar. Bibirnya terkatup rapat. Dalam benak, ia bertarung dengan kekuatannya sendiri hingga sulur yang membelit dirinya kembali terkendali. Mereka kembali ke tanah. Setelah yakin berhasil mengendalikan kekuatan itu, Arnor melepas pelukannya. Tenaganya seolah terkuras. Meski udara dingin, keringat mengucur dari dahinya. “Maafkan aku, Fjola. Sungguh, maafkan aku,” katanya dengan susah payah. Napasnya tersengal karena lelah.Air mata Arnor membuat hati gadis itu terenyuh. Dari pangkuan, ia melihat wajah pucat sang peri. Tangan Fjola perlahan terangkat. Ia mengusap pipi Arnor yang basah. Kemudian, saat sadar dengan apa yang dilakukannya, ia merona. Jantungnya berdentum-dentum aneh. Bukan dentum keras seperti sepuluh detik yang lalu ketika ia

  • Pesona Sang Peri   Bab 30. Fannar

    FannarJantung pemuda belia berdebar kencang ketika melihat ketua Garda membuka pintu. Langkahnya yang timpang meninggalkan jejak basah saat masuk. Jenggotnya yang panjang terkena tetesan salju yang tercurah dari langit. Mantel panjangnya ia tanggalkan dan dengan gesit, Fannar menerimanya, kemudian menggantungkannya ke cantolan jas di belakang pintu. Derap langkahnya menggema waktu berjalan ke dalam ruang tengah. Kursi berdecit ketika pantatnya mengempas, seolah protes dengan beban yang ditanggungnya tiba-tiba.“Panggil Zoe dan Rowan!” perintahnya.Fannar dan Luke degera ke kamar mereka berdua. Mereka berpencar. Karena Fannar berada lebih dekat dengan tangga, maka dia yang memanggil Zoe supaya turun. Ia menaiki tangga dengan langkah dua-dua sekaligus. Setelah sampai di depan kamar Zoe, ia mengetuk. Ia menunggu beberapa waktu sebelum berkata, “Ketua sudah datang. Kita diharapkan ke ruang tengah.”Tanpa menunggu jawaban, ia berbalik dan kembali menuruni tangga. Saat di tengah tangga, ia

  • Pesona Sang Peri   Bab 31. Orang Asing

    Keringat muncul di dahi Fannar ketika anjing yang dibawa prajurit kembali mengendusnya. Ia gugup saat anjing itu melolong. Untungnya, si prajurit menarik tali yang mengikat anjing itu. Sejenak, pemuda belia itu mampu bernapas dengan lega. Mendadak, peluit terdengar dari arah jalanan. Para prajurit yang menginterogasi Fannar segera beranjak pergi. Mereka bahkan tidak mengucap apa-apa ketika meninggalkan pemuda itu.Setelah punggung para prajurit itu tak terlihat, Fannar lekas membersihkan jejak darah yang sempat mengotori pintu. Kemudian, ia menutup pintu dan menguncinya. Ia juga menutup jendela. Ia berniat menyusul Rowan ke ruang rahasia di mana ia membawa lelaki asing tadi. Namun, belum sempat melaangkah lebih jauh ke dalam rumah, Zoe menyabar lengannya.“Kau ikut denganku. Kita ke pasar. Ada tanaman herbal yang musti kita beli,” jelasnya.“Tapi—“ Fannar ingin menolak, tetapi Zoe segera memotongnya,“Ketua yang memerintahkan.”Mau tak mau, Fannar menurutinya. Ia menyahut mantel yan

Bab terbaru

  • Pesona Sang Peri   Ban 99. Tamat

    Fjola bakal percaya kalau dirinya sudah mati apabila makhluk buas yang tadi menyerangnya menghilang. Karena bagaimanapun, ia yakin bahwa makhluk sekeji itu tak mungkin dapat masuk ke dalam dunia kekal nan nyaman serta indah. Lagi pula, saat ia menengok ke samping, Barrant masih tertelungkup tak berdaya.Yang paling membuatnya yakin ini hanya mimpi adalah keberadaan Arnor yang berdiri di depannya, menahan pedang makhluk menyeramkan yang berniat membunuhnya. Padahal, dari kilasan yang pernah dikirimkan oleh Eleanor, saudara kembar Arnor yang memiliki kekuatan pikiran, ia mendapat kabar bahwa Arnor sudah mati. Ditambah ucapan Malakora ketika menyerangnya, Fjola kian yakin bahwa peri itu telah tiada. Namun sekarang, sang peri berdiri di depannya. Tubuhnya solid dan utuh. Meski baru bisa melihat punggungnya, gadis itu yakin Arnor baik-baik saja. Ia hidup.Hati Fjola lega luar biasa. Bahkan saking lega dan bahagia, ia sampai menitikan air mata. Dalam hati, ia bersyukur dapat bertemu lagi de

  • Pesona Sang Peri   Bab 98. Kembali

    Fannar merasa sia-sia melepaskan anak panah ke makhluk yang sedang mengayunkan pedang secara membabi buta di depannya. Pasalnya, kulit makhluk itu sulit dilukai hanya dengan sebuah panah bermata besi. Meski dalam jarak yang dekat serangannya tak mampu melukai lawan. Yang ada si lawan malah bertambah murka.Makhluk itu menusukkan pedangnya yang panjang ke tubuh kecil Fannar tanpa ampun. Dengan kegesitan yang luar biasa, pemuda belia itu mampu menghindar. Tangannya yang bebas meraih benda apa pun di dekatnya untuk dilempar ke makhluk itu. Ia malah tampak seperti anak kecil yang merajuk. Hal itu membuat si makhluk semakin jengkel.Makhluk yang adalah salah satu panglima terkuat Malakora itu pun menyapukan pedangnya memutar ke sekelilingnya. Hal itu menyebabkan baju bagian dada Fannar terkena ujungnya lalu robek.Zoe yang datang setelah memastikan kuda yang membawa lari Fjola dan Pangeran Barrant sudah melaju dan tak kembali pun menghujamkan belatinya ke punggung sang makhluk ketika lenga

  • Pesona Sang Peri   Bab 97. Makhluk Itu

    Langkah makhluk itu tampak mantap saat mendaki bukit. Meski tubuhnya berat sehingga mata kakinya terbenam dalam tumpukan salju, ia berjalan dengan langkah ringan. Seringai menghiasi wajahnya yang jelek, membuatnya semakin jelek. Pedangnya yang tajam dan panjang diseret hingga bagian ujungnya membelah salju di bawah, menciptakan bekas yang mengalur di samping jejaknya. Matanya menatap lurus ke tujuan. Setelah dua hari mengikuti, akhirnya ia mampu mengejar buruannya.Meski rajanya tidak memerintahkan secara langsung untuk memburu mereka, namun dari pengalamannya, Malakora selalu membunuh anggota kerajaan dari negeri yang diserangnya. Ia ingat ketika mereka menyerang salah satu kerajaan yang mayoritas penduduknya merupakan bangsa kurcaci. Waktu itu hampir semua prajurit mereka binasakan. Namun, Malakora tak berhenti membantai.“Sudahlah! Biarkan sisannya kita pekerjakan sebagai budak. Bukankah mereka pandai membuat senjata?” katanya.Malakora yang baru saja merenggut seorang bayi dari de

  • Pesona Sang Peri   Bab 96. Pelarian

    Sementara itu, di sebuah ruangan kecil di istana Malakora, sebuah kotak seluas 2 x 3 meter yang tingginya hanya satu meter dan terbuat dari baja, dengan kaca sebagai jendela, dikunci sedemikian rupa sehingga hanya lubang sepanjang kepalan tangan yang disekat teralis menjadi satu-satunya jalan untuk udara. Seorang peri berambut cokelat kayu dipernis terikat dengan kedua tangannya terentang. Ia tergantung dengan posisi setengah berlutut. Kakinya yang lemah tertekuk ke belakang. Kepalanya menunduk. Bajunya koyak, beberapa bagian tampak bekas terbakar. Darah dan kotoran menghiasi sosoknya.Seorang peri cantik berjalan masuk ke ruangan itu bersama dua pengawalnya yang setia. Salah seorang pengawal itu menarik kursi sampai di depan kotak baja. Setelahnya, peri cantik tadi duduk di sana, menyilangkan kaki dan bersedekap. Matanya memandang kotak dengan pongah. Ia mengibaskan tangan, menyuruh pengawalnya untuk membuka pintu kotak itu.Salah satu pengawal itu tergopoh-gopoh menuju kotak baja, m

  • Pesona Sang Peri   Bab 95. Kematian

    Istal istana kosong melompong. Tak ada kuda maupun kereta yang tersisa. Semuanya lenyap. Ada satu kuda yang berbaring di kandang. Keadaannya tak lebih baik dari mereka. Kuda itu kurus dan lemas. Bahkan untuk mengangkat kepala saja sulit. Fjola tak mungkin memaksanya membawa mereka bertiga, mustahil.“Lepaskan aku,” rintih Barrant. “Aku harus membunuh peri itu.”“Diamlah, Barrant!” Fjola yang kelelahan tambah frustrasi. “Kita ke pintu belakang. Semoga saja ada kuda yang dapat kita gunakan,” tambahnya memberi aba-aba kepada Ishak yang memapah sang pangeran di sisi satunya.Untungnya, pintu belakang istana tidak terkunci, bahkan menjeblak terbuka. Fjola menyeret tubuh Barrant yang langkahnya diseret melewati pintu besi itu. Namun, saat berhasil keluar, Fjola harus kecewa karena tak ada apa pun di sana kecuali seorang prajurit telanjang yang pingsan. Ia dan Ishak berusaha menyeret tubuh Barrant yang kini pingsan menjauh dari istana.Sebuah gerobak berisi tong-tong bekas makanan teronggok

  • Pesona Sang Peri   Bab 94. Penyerangan

    Fjola tengah ditanya apakah ia bersedia menerima Barrant apa adanya, dalam susah maupun senang, dalam sehat maupun sakit, dalam kaya maupun miskin, ketika guncangan itu terjadi. Ia memakai gaun terindah yang pernah dikenakannya, terlembut yang pernah disentuh oleh kulitnya, teringan yang pernah disangganya. Rambutnya yang pendek setengah teralin ke belakang. Sepatunya yang tinggi tampak mengilap dan bersih. Bunga yang disusun indah digenggamnya dengan mantap. Matanya yang sembap karena lagi-lagi menangis, berhasil ditutupi olesan bedak oleh Ishak.Meskipun demikian, kecantikan Fjola hanya menarik decak kagum dari tamu para tamu khusus itu sebentar saja. Sebab, setelah guncangan yang membuat gedung tempat dilaksanakan upacara pernikahan itu bergoyang, orang-orang yang ada di dalamnya terpekik terkejut. Dengung bagai lebah terdengar dari mulut mereka. Tak lama berselang, guncangan itu terjadi lagi. Saking besarnya sampai-sampai tanah bergetar, atap runtuh. Seketika keadaan menjadi kacau

  • Pesona Sang Peri   Bab 93. Serangan

    “Jadi, apa yang harus kita lakukan?” tanya Zoe setelah melihat Margaret pergi dari menara.Fannar bungkam. Banyak pertanyaan yang berkelebat di kepalanya. Apakah isi tong itu racun? Kenapa membawanya ke gerbang? Dituang di mana? Apakah wanita tua itu bermaksud meracuni seluruh prajurit yang menjaga gerbang? Untuk apa? Apakah dia berniat melarikan diri ke luar tembok? Kenapa perlu meracuni prajurit? Fannar sungguh bingung.“Hei! Bagaimana? Jadi tidak membakar menara ini?” tanya Zoe lagi.Fannar memutuskan, “Kurasa kita harus ganti rencana.” Ia segera menyusul Mr. Quin. Zoe mengikutinya dengan kesal.“Kenapa tiba-tiba?” tanya gadis itu.“Wanita tadi jahat. Kurasa dia tengah merencanakan sesuatu yang berbahaya.”“Tapi, dia petinggi Garda.”Fannar menggeleng. “Kita ditipu, kau ditipu, Garda ditipu.”Mendadak, Zoe berhenti. “Apa?”“Tak ada waktu untuk menjelaskannya.” Fannar menarik tangan gadis itu bersamanya. “Kita harus menghentikan racun itu.”Mereka memelesat mengikuti sang ketua Gard

  • Pesona Sang Peri   Bab 92. Pengkhianatan

    Margaret melenggang ke menara belakang istana dengan mata berbinar-binar. Akhirnya rencananya selama ini berjalan dengan sempurna. Ia akan berkuasa. Meski beberapa kali Barrant menjegal langkahnya, ia tak menyerah. Ia sudah berkorban banyak, termasuk waktu yang lama untuk dihabiskannya dengan berpura-pura mengabdi kepada negara bobrok yang tak berguna ini. Dengan bantuan anak-anak bodoh yang ditipunya, ia mampu mengeksekusi ramuannya yang berharga. Wanita tua itu sudah mencari resep dari tempat yang bahkan berbahaya untuk dimasuki. Demi tujuannya menjadi penguasa, ia bahkan rela kehilangan hati nurani. Ia sudah muak hidup di tengah para manusia bodoh yang selalu merendahkannya. Ia ingin mereka tunduk di kakinya.Setelah hadirnya Fjola kembali ke negeri tersebut, ia tahu bahwa rencana yang telah disusunnya jauh-jauh hari gagal lagi. Ia yang semestinya menjadikan Lilija penguasa pun luput. Semua karena ulah para Garda yang bodoh itu. Seharusnya, ia tak mempercayakan tugas penting itu k

  • Pesona Sang Peri   Bab 91. Hal yang Tak Terduga

    Rencananya, Fannar akan mematik api di bangunan tempat penyimpanan anggur yang letaknya tak jauh dari dapur. Tentu, dengan begitu ia yakin istana akan hancur. Namun, dalam prosesnya ternyata tidak semudah yang dia kira. Tempat penyimpanan anggur itu terkunci. Setiap beberapa menit, ada saja pelayan yang hilir mudik mengambil tong-tong anggur itu. Jadi, dengan sedikit inprovisasi, ia mengubah targetnya menjadi menara tak terpakai di bagian belakang istana.Tanpa diketahui Fannar, menara itu merupakan menara yang sama tempat kakaknya dulu dijebak dan diculik. Zoe membantu pemuda itu mencuri alkohol untuk disiramkan ke kayu-kayu yang bertumpuk di menara. Saat ia kembali, ia melihat Fannar bersembunyi di pohon besar dekat menara itu. Melihat tingkahnya yang aneh, Zoe pun mendekatinya dengan langkah sepelan mungkin.“Ada apa? Kenapa kau bersembunyi di sini?” tanyanya berbisik.Fannar menempelkan telunjuk di bibir, kemudian menunjuk pintu menara yang terbuka. “Aku melihat Rowan dan Luke mem

DMCA.com Protection Status