Dikepal tangannya, menahan emosi melihat pemandangan itu. Malik tak bisa memungkiri hatinya memanas melihat Nilam dan Zaki saling berpandangan sangat dekat. Selain Malik, ada sepasang mata lain yang melihat hal itu dan membuat dia mengigit bibirnya."Lain kali hati-hati," ucap Zaki membantu Nilam berdiri.Nilam yang untuk kesekian kalinya selalu terjatuh di dekat Zaki semakin membuat hatinya berdekup kencang, kali ini ia salah tingkah. "Maaf Mas, tadi buru-buru. Kok mas bisa di sini?" "Lho, kenapa? Sesil rekan bisnis saya, wajar rasanya sayang datang, iya kan?" Nilam terdiam, ia merasa bodoh dengan bertanya hal itu. Iyalah Zaki pasti datang, perusahaan tempat Sesil bekerja kan berkerjasama dengan resto milik Zaki. "Oh ya, ya sudah permisi mas." "Silahkan, oh ya jika bisa sehabis acara ini kita ngobrolin kerjasama kita."Nilam mengernyitkan dahi, ada tanya dalam hatinya, soal kerjasama itu bukan kah sudah sepakat hanya dibahas di hari kerja sedangkan sekarang weekend."Kenapa? Say
Baca selengkapnya