"Nilam ... Andai kami tahu, sejak aku sadar semuanya lalu bertemu dengan Mas Aksan, dia sudah menalak aku. Dan sekarang aku mau kamu menerima permintaan rujuk yang ia harapkan, demi mama Nilam maukah kamu rujuk dengan Mas Aksan?" tanya Qonita.Seketika Nilam terperangah mendengar ucapan Qonita, ia segera melepas tangannya dari genggaman tangan Nilam. Baru akan menata hati tiba-tiba ia mendengar kabar itu. Nilam menepis semua rasa apapun yang bisa mengganggu keteguhan hatinya. Ia menarik napas panjang dan menghembuskannya."Qonita ... Semua sudah menjadi keputusanku, mama mungkin merasa kehilangan tapi seiring berjalannya waktu apalagi ada kamu di dekatnya perlahan ia akan lupa padaku. Lagi pula, mungkin ini cara Tuhan menyatukan Mas Aksan dengan cinta pertamanya yaitu kamu. Tolong jangan melakukan apapun untuk membuatku mau menerima Mas Aksan kembali pantang bagiku menelan ludah sendiri. Sampaikan permintaan maafku pada mama, permisi." Tanpa menunggu respon dari Qonita, Nilam bangk
"Nilam ... Mau kah kamu menjadi pendampingku?" Seketika pertanyaan itu membuat Nilam tak bisa berkata-kata, mendadak tubuhnya seakan kena sengatan listrik, kaku dan terperangah merasa terkejut tak percaya. Nilam menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan, ia menatap serius pada Malik yang sudah ia kenal sejak lama tapi baru dekat beberapa bulan terakhir. Nilam dapat merasakan perhatian dan kebaikan Malik tapi baginya kini yang sudah pernah gagal dalam berumah tangga baik dan perhatian bukan menjadi tolak ukur lagi untuk menerima kehadiran orang tersebut. Rasanya perlu banyak hal yang lebih dipertimbangkan.Malik berada dalam hati yang tak karuan, ia yakin bisa diterima tapi mendadak melihat ekspresi wajah Nilam setelah ia menyatakan maksudnya keyakinan itu meluntur. "Mas, untuk saat ini aku belum bisa. Maaf!" ujar Nilam hati-hati.Malik tanpa sadar menutup kotak perhiasan itu, tangannya mendadak lemas dan entahlah ada yang terasa sangat sakit dan patah di sana. Tapi Malik ta
Dikepal tangannya, menahan emosi melihat pemandangan itu. Malik tak bisa memungkiri hatinya memanas melihat Nilam dan Zaki saling berpandangan sangat dekat. Selain Malik, ada sepasang mata lain yang melihat hal itu dan membuat dia mengigit bibirnya."Lain kali hati-hati," ucap Zaki membantu Nilam berdiri.Nilam yang untuk kesekian kalinya selalu terjatuh di dekat Zaki semakin membuat hatinya berdekup kencang, kali ini ia salah tingkah. "Maaf Mas, tadi buru-buru. Kok mas bisa di sini?" "Lho, kenapa? Sesil rekan bisnis saya, wajar rasanya sayang datang, iya kan?" Nilam terdiam, ia merasa bodoh dengan bertanya hal itu. Iyalah Zaki pasti datang, perusahaan tempat Sesil bekerja kan berkerjasama dengan resto milik Zaki. "Oh ya, ya sudah permisi mas." "Silahkan, oh ya jika bisa sehabis acara ini kita ngobrolin kerjasama kita."Nilam mengernyitkan dahi, ada tanya dalam hatinya, soal kerjasama itu bukan kah sudah sepakat hanya dibahas di hari kerja sedangkan sekarang weekend."Kenapa? Say
"Aku bermaksud memintamu untuk menjadi pendampingku, mau kah kamu menjadi pendampingku. Kita bekerjasama membangun rumah tangga dalam ridhoNya?" Nilam tak dapat menahan bobot tubuhnya, lututnya mendadak lemas, dadanya berdebar kencang, ibu Nilam sigap menahan tubuh anaknya. Begitu pun Zaki respek berlutut di hadapan Nilam yang terduduk. Suasana hening, semua menunggu jawaban Nilam yang masih bungkam."Nak Zaki tanya banyak hal soal kamu dan dia juga cerita banyak soal dia sama ibu. Kemudia dia mempertemukan ayah dan ibu dengan orang tuanya. Jika kamu masih mau mempertimbangkannya, ibu dan ayah mendukungmu," bisik ibu. Nilam masih terdiam, ia tak percaya Zaki sebegitunya sementara dia tak tahu siapa Zaki. Kegagalan bersama Aksan menjadi pusat perhatian karena Nilam cuek dan tak mencari tahu lebih banyak soal Aksan, hingga ia baru tahu kalau Aksan menyimpan nama wanita lain di hatinya."Betul Nilam, jika hatimu masih belum yakin padaku, kamu boleh mempertimbangkannya. Di sini ada ked
Pembawa acara pun memanggil nama Zaki dan keluarlah Zaki dengan menggenggam tangan Nilam, terbelalak mata Aksan melihat itu, Nilam melirik Aksan lalu kembali mengarahkan pandangannya ke depan. Zaki penuh percaya diri menggandeng Nilam, Aksan mengepalkan tangannya menahan emosinya melihat mantan istrinya berjalan dengan lelaki lain yang keadaannya jauh lebih baik dari dirinya. Senyum mengembang dari bibir Nilam adalah luka bagi hati Aksan yang melihatnya, inikah karma yang harus ia terima setelah hukuman yang ia hadapi? Rasanya terlalu sakit.Beberapa waktu sebelum kejadian itu terjadi, tiga hari setelah Zaki mengungkapkan perasaannya akhirnya dengan mantap Nilam menjawab iya dan meminta waktu untuk mengenal Zaki lebih banyak karena tak ingin memgalami peristiwa yang sama maka belajar dari hal itu kehati-hatian Nilam sangat ekstra dalam memilih pasangan hidup selanjutnya.Semasa masa perkenalan, banyak hal yang Nilam korek tentang Zaki dari kedua orang tuanya dan adiknya, tentu saja da
Sial, kali ini Aksan tak bisa berlaku apapun dan menuruti kata-kata Nilam. Aksan memberi akses jalan pada Nilam dan ia pun mengikuti Nilam keluar, saat mereka keluar bareng Zaki tanpa sengaja melihat itu, ia memandang perih apalagi melihat hijab Nilam yang berantakan. Pikiran liarnya menari-nari, berusaha untuk tetap tenang. Zaki mencoba menghampiri mereka tapi terhenti ketika mendengar ucapan yang keluar dari mulut Nilam."Kenapa hah? Sakit hati iya?" ucap Nilam mendongkangkan kepalanya di hadapan Aksan. Aksan mengepalkan tangannya menahan emosi yang sudah sejak tadi memenuhi kepalanya, melihat kemesraan dan kebahagiaan dari wajah Nilam membuat hatinya panas, Aksan menyesali itu bukan dia lelaki yang membuat senyum terpancar dari bibir merah Nilam. "Sengaja kamu melakukan ini iya?" gertak Aksan. "Kalau iya kenapa hah? Jangan pikir aku ini lemah, bertahun-tahun aku menunggu saat-saat seperti ini. Di mana kamu menyadari bahwa aku bisa jauh lebih baik dari siapapun. Kamu pikir aku ga
MRDRKS_S2_GNKehidupan BaruWaktu bergulir dengan cepat, merambat tanpa jeda, menggulung setiap peristiwa mengganti dengan peristiwa baru. Aksan sudah melewati masa demi masa perjalanan kehidupannya, ia pernah terjebak pada sebuah perasaan yang keliru, menikahi Nilam hanya demi sebuah balas Budi meski perlahan cinta hadir dan Aksan sangat mencintai perempuan itu. Tapi masa lalu kembali mengulang kisah cintanya yang tak pernah sampai di masa SMA, kepergian adik kembarnya membuat dirinya lupa diri hingga memanfaatkan keadaan dengan menikahi istri sang adik yang depresi dan menganggap Aksan suaminya. Berbohong, merangkai cerita palsu. Tapi perlahan semua terbongkar, Nilam merasa sangat disakiti, dikhianati dengan sembunyi tanpa memperdulikan hatinya. Semua seakan menyakiti hati Nilam hingga dia memilih pergi dan menggugat cerai Arkan, pergi menikmati kehidupan sendiri. Arkan awalnya tak merasa begitu berat melepas Nilam, karena ada Namira dan Qonita yang bisa ia jadikan target cintany
"Mas Aksan," lirih perempuan itu."Namira,' jawab Aksan Keduanya terdiam sejenak, hening tanpa suara, saling bertatapan tak percaya jika takdir mempertemukan mereka kembali. Segera Namira membetulkan sepeda motornya dan kembali pada posisi mengendarai, Aksan masih terdiam dan baru tersadar ketika Namira menyalakan mesin. "Tunggu," ucap Aksan menghalangi Namira pergi. "Aku gak punya banyak waktu, Mas. Tolong minggir," ucap Namira.Aksan pun menggeser tubuhnya, ia membiarkan Namira pergi tapi setelah beberapa menit, Aksan segera masuk ke dalam mobil dan mengikuti Namira.Sepanjang perjalanan, Aksan teringat pada sosok Namira yang dulu sempat membuat hatinya bergetar. Satu dari tiga perempuan yang diharapkannya bisa jadi salah satu istrinya, yang pada akhirnya Aksan harus menerima kekecewaan ketika ketiganya tak ada satu pun yang menjadi istrinya. Kilatan masa lalu terbayang dan menari-nari di pelupuk mata Aksan, menemani perjalanannya mengikuti Namira, matanya tetap fokus meski sese
Perjalanan panjang setiap manusia yang bernapas di dunia sejatinya hanyalah sementara, seberapa lama dan panjang pun perjalanan itu tentu akan memiliki akhir yang sama yaitu kematian. Setiap yang bernyawa akan mati, itu janji Tuhan dalam kitab suci. Apa yang kita lakukan selama menempuh perjalanan di dunia, akan diminta pertanggungjawaban di alam akhirat nanti. Jika baik maka akan berbuah baik, jika buruk maka itupun yang akan kita terima. Dan semua manusia akan berharap kebaikanlah yang akan mereka terima. Aksan, sudah merasakan perjalanan hidup yang beragam. Mulai dia yang tergoda mendua hingga dia sendiri yang diduakan, mulai merasakan jatuh cinta, dicintai lalu jatuh cinta lagi dan terluka lagi. Seolah semua yang dilakukannya sudah dibayar lunas oleh takdir yang menyapanya. Genap dua tahun Aksan meninggalkan Negara ini dengan segala cerita yang sudah pernah terjadi, cerita yang membuat kehidupannya beragam dan begitu kompleks. Aksan menikmati setiap kehidupan yang diamanahkan p
"Assalamualaikum, Ma.""Waalaikumsalam, ah akhirnya anak mama menelpon juga. Gimana kabar kamu, nak?" "Baik, Ma. Mama gimana?" "Alhamdulillah, baik."Percakapan antara anak lelaki dan seorang ibu yang terpisah jarak dan waktu itu selalu terjadi setiap waktu dengan waktu yang berbeda. Ya, akhirnya Aksan memutuskan untuk pergi, menyetujui dengan saran sang Mama untuk meraih kebahagiaan, melupakan semua peristiwa yang terjadi di tanah air dalam hidupnya. Aksan mengambil keputusan yang tepat setelah melakukan perenungan yang cukup panjang. Sebulan dari ucapan sang Mama, Aksan baru berani memutuskan setelah memastikan semua urusan di tempat tinggalnya selesai. Mendengar keputusan sang buah hati tentu Mama Aksan sangat bahagia kala itu, tak ada yang menjadi penghalang kebahagiaannya selain kebahagiaan anak semata wayangnya. Satu-satunya anggota keluarga yang masih dimiliki Mama Aksan. "Baik-baik kamu disana, ya nak." "Iya Bu, ibu juga. Bi, tolong kabari soal Mama apapun itu," ucap Aks
"Kok kamu bisa bawa Nilam?" tanya Mama saat di jalan menuju ke rumah. "Aku lagi di kafe Dani habis menemui Jelita. Jelita akan tetap bertahan dengan suaminya ma, meski aku menawarkan untuk melunasi semua hutang Budi itu.""Apa? Kamu akan mengambil dia gitu?" tanya Mama tampak terkejut. "Ma, aku sudah lelah. Aku lelah mencari wanita untuk bisa kujadikan sandaran ketika aku lelah dengan pekerjaan dengan kehidupan ini, aku sudah semakin tua Mama juga kita butuh seseorang untuk melewati masa-masa ini. Aku butuh istri, Ma." "Lalu kamu berharap Jelita bisa jadi istri yang baik untuk kamu," ucap Mama. "Setidaknya, perempuan yang terakhir aku cintai dan masih bisa aku perjuangkan hanya Jelita." "Kamu ini, sekarang repot cari istri dulu sudah punya istri baik dan cantik kamu abaikan begitu saja." "Ma," lirih Aksan. Mama tak berucap lagi, begitupun dengan Aksan yang memilih diam. Ucapan mamanya mungkin kena ke dalam hatinya. Apa yang dikatakan sang Mama betul adanya. Dulu Aksan beruntung
Jelita masih mengingat pertemuannya dengan Aksan, dia akhirnya memutuskan untuk tetap tinggal bersama Boby. Keputusannya sudah bulat, meski kini perlakuan Boby terkadang cukup membuatnya bingung tapi setidaknya kehidupannya jauh lebih aman di tangan Boby. Tetiba ingatannya meluncur saat pertemuan pertama dengan Aksan, membuat Jelita tersenyum sendiri mengingatnya. Tapi tak jarang menangis bukan karena menangisi kebersamaan mereka tapi menangisi restu orang tua yang tak kunjung hadir. Orang tua Jelita tak menyetujui kedekatan mereka itulah sebabnya Jelita tak pernah mengajak Aksan. "Dia itu duda, Jelita. Kamu ini masih gadis, pantas mendapatkan jejaka." Itu yang terlontar dari mulut sang ayah, mereka menginginkan anak gadisnya mendapat jejaka bukan duda hingga keputusan besar karena sebuah keterpaksaan pun diambil. Orang tua Jelita terlilit hutang, Boby membantunya dengan syarat Jelita mau menikah dengannya karena Boby memang sudah mengincar Jelita sejak lama. Lelaki anak juragan k
"Kamu tahu bagaimana perasaan aku sama kamu, aku menjaga kamu. Gak pernah sekalipun aku berani menyakitimu, oke mungkin aku salah karena tak begitu perhatian sama kamu. Selama ini aku selalu melihatmu baik-baik saja, aku kira semua nyata ternyata semu belaka, kamu pandai menyembunyikan semuanya dan aku terlalu percaya dengan semua itu. Harusnya kalau kamu menganggap aku ini kekasihmu bicarakan apapun tentang kamu jangan kamu sembunyikan." Aksan terus memburu Jelita, sedangkan yang diburu hanya semakin menundukan kepala, meremas jari-jarinya. Jelita mungkin tak pernah menyangka jika ia akan bertemu dengan Aksan lagi. Boby sudah membawanya jauh pergi dari kota dimana Jelita dan Aksan bertemu, tapi kini nyatanya mereka bersitatap untuk pertama kalinya setelah enam kali purnama tanpa berdua."Aku sudah lama akan menikahi mu, berkali-kali aku meminta kamu untuk membawaku pada orang tuamu tapi kamu selalu menolak, aku rasa bukan ini alasannya. Kamu memang gak pernah mencintaiku kan, jawab?
Aksan tercengang mendengar semua hasil laporan orang yang disuruhnya mencari tahu soal Jelita, semua fakta dan peristiwa sudah didapat dari orang itu. Aksan rela menggelontorkan uang banyak untuk melakukan hal ini, bukan soal cinta saja tapi rasa sayang yang sudah mendalam pada Jelita. Ya, memang Aksan kalau sudah jatuh cinta maka akan mendalam sama seperti dulu jatuh cinta pada Qonita hingga setelah menjadi janda rela menikahi diam-diam dan mengkhianati Nilam. Aksan berencana menemui Jelita tanpa sepengetahuan suaminya, ia pun pamit pada sang Mama. "Kamu serius?""Serius ma, aku merasa perlu menyelamatkan Jelita terlepas nanti dia masih mau dengan ku atau tidak. Aku sudah salah menilainya, dia terpaksa melakukan selama ini. Berarti memang Jelita adalah perempuan baik hanya saja keadaan yang membuatnya seperti itu.""Mama terserah kamu, tapi ingat jangan lakukan kesalahan lagi.""Baik ma, terima kasih. Oh, ya. Qonita gimana?" tanya Aksan. "Alhamdulillah, semua sehat kembali. Suamin
"Kenapa masih mencari dia? Bukankah sudah cukup jelas, dia sudah menikah dan membohongi kamu?" Aksan terdiam dengan pertanyaan Sesil, setelah menemui Sesil dan Sesil menerima dengan baik kedatangan Aksan. Aksan menceritakan semuanya, terlihat Sesil tak terkejut mendengar semua cerita tentang Jelita. Hingga Aksan mengira Sesil tahu semuanya. "Kamu tahu semua ini?" tanya Aksan. Sesil menghela napas, lalu membuang pandangannya. "Kamu itu sudah jadi pacarnya satu tahun tapi belum mengenal dia dengan baik, jadi selama ini ngapain aja? Cuma datang untuk berkencan saja dengan dia, cuma datang ketika kamu kesepian atau cuma berpikir dia butuh duit kamu saja?" Sesil menjeda kalimatnya, Aksan semakin terasa sesak, ya memang selama berpacaran dengan Jelita, Aksan selalu memberikan apapun yang dia mau, Aksan selalu berusaha meluangkan waktu tapi memang ia mengakui Aksan tak pernah bertanya apapun soal kehidupan Jelita. Dan jelita pun tak pernah bertanya apapun atau bercerita apapun. "Tidak
"Qonita itu dari dulu memang istri yang sangat baik, bagaimana pun kondisi suaminya ia tetap bisa menerima semua kekurangan itu. Dulu adik kamu sangat bahagia bisa menikah dengan dia, sejak bercerita saat masih sekolah dulu Mama bisa melihat kebaikan dalam diri anak itu makanya Mama setuju ketika Ikhsan ingin menikahi Qonita."Aksan terdiam, selera makannya tiba-tiba hilang entah kemana mendengar cerita Mamanya, entah kenapa harus bagian itu yang Mama ceritakan, sejak dulu Aksan selalu tak suka mendengar soal kedekatan Qonita dan adik kembarnya, karena Aksan pun memiliki perasaan yang sama pada perempuan itu bahkan dia pernah berbuat gila dan nekat bukan? "Ma, kalau Mama sayang sama Qonita seharusnya Mama biarkan dia tetap jadi menantu Mama, lagi pula kemana suaminya itu. Selalu saja gak ada," ucap Aksan ketus. Mama terlihat menghela napas, lalu ia menatap dalam pada putra yang tinggal Aksan yang dimilikinya. "Mama bisa saja melakukan itu, tapi kamu tahu setelah sembuh dari masa tr
Perempuan itu segera menunduk dan pergi begitu saja, sementara Aksan masih terpaku pada perempuan yang barusan bertabrakan dengannya, tak terlihat jelas wajahnya tapi sepertinya Aksan begitu mengenali perempuan itu. Aksan segera menyadarkan diri dan menuju ruang pendaftaran, bagaimanapun Raja adalah anak Qonita mantan adik ipar sekaligus mantan istri sirinya. Lagipula mama Aksan masih sangat menyayangi Qonita dan masih menganggapnya seperti anak, hubungan keduanya masih dekat apalagi karena Qonita tak punya keluarga lain, selain Mama dan keluarga suaminya yang jauh di luar kota sana.Selesai melakukan pendaftaran, Aksan kembali ke IGD memberikan bukti pendaftaran lalu kembali menunggu Mama yang masih menemani Qonita bersama Raja. Suster melewati Aksan dan Aksan segera menghentikan langkah suster itu. "Sus, bagaimana kondisi keponakan saya?" tanya Aksan terpaksa mengakui Raja sebagai keponakannya kalau tidak dia bisa disangka bapaknya lagi. "Sejauh ini sudah ditangani dengan baik, p