Home / Romansa / Tamu Di Rumah / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Tamu Di Rumah: Chapter 41 - Chapter 50

175 Chapters

Lebih Berharga

Setelah makan bersama di meja makan, kini mereka ada di halaman belakang rumah yang sangat sejuk dan asri.Reva bercerita dari awal ke kota, dan berakhir bagaimana disini.Bi Ira kaget, mendengar certa dari Reva. “Berati waktu bibi kepasar kamu datang kemari?” tanya Bi Ira, membuat Reva menganggukan kepalanya dengan ragu.“Mungkin, soalnya di rumah sangat sepi sekali. Halaman juga masih kotor waktu itu,” jawab Reva membuat Bi Ira menjadi ingat.“Pantas saja, waktu bibi Pulang dari pasar halaman sudah bersih gerbang terbuka dengan lebar. Bibi kira den Roy yang datang kemari, membersihkan halaman,” ujar Bi Ira.Roy terkekeh mendengar ucapan Bi Ira. “Yakali saya nyapu bi, lihat sapu saja saya malas mengambilnya,” sahut Roy membuat mereka tertawa.“Lalu bagaimana dengan yang menculik kamu? Apakah kalian sudah lapor polisi?” tanya Bu Ira.“Dia—““Sudah dong bi, tinggal polisi saja yang mengurus untuk mencari penculiknya.” Baru saja Reva hendak menyahut, Roy lebih dulu menjawab membuat Reva
Read more

Khawatir

Roy meminum minuman yang dia pesan, sebelum menajwab ucapan Mike. “Anggap itu bayaran jika kau tidak akan menganggu hidupku, apalagi Reva,” jawab Roy dengan sinis.Mike tersenyum miring, mendengar ucapan Roy. “Aku heran, kenapa kau begitu gampangnya memberikan uang untuk gadis yang sama sekali belum menjadi milikmu?” Tanya Mike berhasil membuat Roy menatapnya dengan sangat nyalang, seolah ingin memakannya.“Karena dia lebih berharga daripada uang, walaupun dia bukan milikku setidaknya aku pernah membebaskannya dari manusia sepertimu!” Prok! Prok! Prok!Mike bertepuk tangan, mendengar ucaoan dari Roy. Sementara Roy memutar bola matanya dengan malas.“Kau jenius.”Roy tak menanggapi lagi, dia meminum kopi yang dia pesan dan melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya. “Tidak ada yang dibicarakan lagi 'kan? Aku tidak memiliki banyak waktu untuk bertemu denganmu.” Mike memganggukan kepalanya, dia mempersilahkan Roy untuk pergi. Meliha Roy yang sudah pergi dari hadapan Mike, memb
Read more

SATU MINGGU DI RUMAH SINGGAH

Sudah satu Minggu Reva tinggal di rumah singgah Roy, dia sungguh senang berada di rumah tersebut.Dalam satu Minggu juga, dirinya tidak menghidupkan ponselnya. Karena dia sudah tahu, jika keluarganya tengah mengawatirkan dirnya.“Selamat pagi, Bi Ira,” sapa Reva, sembari berjalan menuruni tangga. Melihat Bi Ira yang tengah membersihkan rumahnya.“Selamat pagi juga, Neng Reva. Udah ceria aja pagi-pagi ini,” ujar Bi Ira, melihat raut wajah ceria Reva.Entah kenapa suasana hati Reva sangat senang sekali, apa yang membuat dirinya tidak tahu. Mood dia sedang sangat baik-baik saja.“Seneng aja Bi Ira, mau Reva bantuin gak?” tawar Reva, menatap lingkungan rumah yang sudah sangat bersih.Bi Ira menggelengkan kepalanya, sambil kembali melanjutkan menyapu. “Tidak perlu, Neng sudah diam saja. Lakukan yang neng suka, ini mah pekerjaan Bi Ira,” ujar Bi Ira. Reva mendengus kesal. “Aku sama sekali tidak pernah membantu Bi Ira selama disini.” Ya saat seminggu dia berada di rumah singgah. Namun sam
Read more

Kejujuran

“Ngapain lagi dia kemari?”Bisikan-bisikan dari para karyawan, membuat Reva mendengus dalam hati. Tatapan para karyawan juga seperti menandakan tidak suka kepada dirinya, namun genggaman tangan Roy pada tangannya membuat Reva menjadi sedikit tenang.“Jangan pedulikan perkataan mereka, anggap saja dia hanya hantu,” ujar Roy, membuat Reva sedikit tersenyum.Reva dan Roy pun masuk ke ruangan Roy, Reva pun sangat kagum melihat ruangan Roy yang semakin bagus dan indah.Semua barang di ruangan Roy, tertata debgan sangat rapi. Bahkan tidak ada debu disana.“Ruangan ini sudah sangat bagus ya, pak,” ujar Reva, masih menatap ruangan tersebut.Roy terkekeh, mendengar perkataan Reva. “Sudah jangan memanggil saya dengan sebutan, Pak. Kan kamu bukan karyawan saya, panggil saja nama saya,” ujar Roy. “silahkan duduk, kalau mau minum dikulkas sana ada banyak minuman. Kamu bisa pilih apa yang kamu mau.”Reva mendudukan bokongnya di sofa besar. “Sangat tidak sopan, jika saya memangil dengan nama,” ujar
Read more

Balkon Kamar Reva

Tak terasa hari semakin gelap, namun dua insan ini masih berada di halaman belakang rumah. Roy dan Reva terlihat sendang membicarakan hal serius.“Apakah ucapanmu tidak main-main Reva? Sekedar menjawab agar aku senang?” Roy benar memastikan sekali, tidak ingin dia terlalu senang namun ujungnya itu hanya sekedar. Namun Reva justru menganggukkan kepalanya dengan tegas.“Aku suka sama kamu, sejak awal kita bertemu. Semua perhatian, kasih sayang, yang kamu berikan kepadaku itu sangatlah membuat aku jatuh cinta semakin dalam kepadamu,” jawab Reva dengan perkataan yang sangat tulus, Roy berusaha untuk mencari kebohongan. Namun dia tidak menemukan di mata Reva.Tubuh Roy benar bergetar di dalam, dia tak kuasa menahan itu semua. Reva tersenyum manis menatap dirinya.Grep!Roy memeluk tubuh Reva, sungguh dia benar senang dan tidak bisa di utarakan lewat kata-kata.Roy melepaskan pelukannya, menangkupkan kedua pipi Reva dengan gemas.“Ini pertanyaan terakhir, Reva.” Roy kembali menatap manik
Read more

Cabggung

Roy tertawa pelan, sambil menggelengkan kepalanya. “Bibi terlalu asik, sampai saja panggil di depan tidak ada yang menyahut,” jawab Roy, dengan wajah sedikit kesal namun nyatanya tidak. Itu hanya menjadi gurauan yang disalurkan lewat ekspresi.Bu Ira tersenyum kikuk. “Wajar den, udah tua. Pendengaran bibi sudah mulai tidak berfungsi,” balasnya. Memang kan faktor U? Jika semakin tua mungkin telinga, mata bahkan seluruh anggota tubuh pasti akan mulai tidak berfungsi. Bukan tidak berfungsi, namun tidak sepenuhnya bisa melihat, mendengar dengan jelas seperti manusia yang baru lahir.Roy hanya menganggukan kepalanya, dia berjalan ke kulkas dan Mengambil sebotol minuman.“Reva mana, Bi?” Tanya Roy, sembari meminum minuman yang berada di tangannya.“Dikamar dia, hujan-hujan malas katanya keluar,” jawab Bi Ira sebelum menatap Roy dengan nyalang. “den Roy, suka ya sama Neng Reva?” Bi Ira menunjuk Roy, dengan senyum candanya. Bahkan menatao Roy yang benar terlihat seperti terciduk.Roy justru
Read more

Taman Ujung Kota

Roy menatap kedua mata Reva, yang tengah menatap wajahnya tak kalah tajam. Roy menganggukkan kepalanya dengan mantap, seusai mendengar pertanyaan dari Reva. “Aku benar mencintaimu Reva. Aku tahu, jika sikapku terasa dingin untukmu, tapi percayalah itu cara ku untuk menyembunyikan rasa cintaku di hadapanmu,” jawab Roy dengan sangat tulus, membuat Reva yang mendengarnya menjadi sedikit terharu.“Terimakasih Roy,” jawab Reva, bahkan seperti berbisik namun masih bisa di dengar jelas oleh Roy.“Sama-sama Reva. Kita lewati semua bersama-sama ya?” kata Roy, memegang kedua tangan Reva dengan erat. Bahkan Reva pun membalas tautan tangganya tak kalah dengan erat.Ekem!Mereka berdua saling mengalihkan pandanganya, dan melepaskan tautan tangan mereka. Ketika Bu Ira datang begitu saja di hadapan mereka, bahkan menatap mereka berdua dengan lucu.“Keciduk ya? Maaf bibi teh lihat pintu terbuka kira enggak ada orang,” kata Bu Ira, sedikit tidak enak. Namun dia merasa senang, melihat Roy dan Reva ter
Read more

Ragu

“Aku belum izin kepada orang tuaku di kampung. Aku juga tidak mau disini teralu lama, mereka pasti akan sibuk mencariku,” jawab Reva. Mengingat jika dia pergi tanpa sepengetahuan siapapun, membuat Roy hanya menghembuskan nafasnya dengan pasrah.“Baiklah, tapi jika kau membutuhkan pekerjaan jangan cari yang lain. Cukup datang kepadaku, katakan kau mau di posisi mana pasti akan aku berikan,” balas Roy dengan nada tegasnya.Reva tersenyum, mendengar ucapan Roy. “Termakasih banyak Roy.”Ucapan merka terpaksa terhentikan, ketika makakan yang mereka pesan sudah datang kepada mereka.Setelah pelayan pergi, mereka menyantap makanan dengan senang dan lahap. Bahkan Reva dan Roy yang sama-sama lapar, karena belum sempat untuk memakan nasi.Tak butuh waktu lama, mereka sudah selesai makan. Lantas Roy membayar, dan kembali ke mobil.“Kita jadi ke ujung taman kota kan?” tanya Reva, dengan cepat dibalas anggukan oleh Roy.“Iya, lagian kamu belum pernah ke sana bukan? Sekarang aku akan mengantarkanmu
Read more

Penolakan Restu

Penolakan RestuSetelah meyakinkan Reva dengan pasti, bahkan membuat dia semangat. Sekarang Reva berada di dalam mobil Roy, Roy akan mengajak Reva untuk bertemu keluarganya. Terlihat Reva yang sedikit gelisah, Roy pun paham membuat dia tak menghidupkan mobilnya dari tadi.“Reva, apa yang kamu pikirkan? Aku lihat kau sejak tadi, terlihat sangat gelisah,” tanya Roy, dengan menatap wajah Reva dengan cemas.Reva berusaha untuk menstabilkan nafasnya, lalu menggelengkan kepalanya. “Tidak ada apa, aku hanya gugup karena ingin bertemu keluargamu,” jujur Reva, membuat Roy menghembuskan namanya paham.“Kita berangkat sekarang, atau kamu ingin refresing? Agar tidak terlalu gelisah?” tawar Roy, dibalas gelengan oleh Reva.“Tidak perlu Roy, kita langsung saja biar tidak keburu siang.” Roy pun mengikuti Reva, dia menyalakan mobilnya dan pergi dari pekarangan rumah singgah. Roy sengaja membawa mobil, dengan kecepatan rendah. Agar Reva bisa mengatur gekisahnya, dan nanti akan baik-baik saja.Tak bu
Read more

Demi Kebaikan

Roy menggelengkan kepalanya dengan tegas. “Ayah, cinta Roy ada kepada Reva. Kenapa kalian tidak merestuinya?” tanya Roy tak habis fikir, dia lalu menatap Reva yang hanya diam menundukan kepalanya.“Sampai kapanpun, tidak akan!”“baik Bu.” Reva mengangkat suara, dia menatap kedua orang tua Roy dengan sopan. Masih menghargai orang tua di dihadapannya, walau mereka memperlakukan Reva tidak baik.“Saya memang tidak pantas bersanding dengan anak bapak, saya juga sadar saya hanya seorang janda,” jawab Reva.Bu Werdah tersenyum dengan senang. “Baguslah jika kau sadar diri, karena kami memang menginginkan kau untuk sadar diri,” balas Bu Werdah.Roy menatap Reva. Namun Reva dengan cepat mengalihkan pandanganya.“Saya permisi, maaf suda lancang datang kemari.” Reva langsung pergi dari hadapan mereka, Roy hendak mengejar namun Bu Werdah mencegat Roy agar tidak mengejar Reva.“Mau kemana? Mau kerjar dia? Lihat! Dia sama sekali tidak memiliki sopan santun, bahkan pulang salam saja tidak!” bentak B
Read more
PREV
1
...
34567
...
18
DMCA.com Protection Status