Home / Romansa / Tamu Di Rumah / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Tamu Di Rumah: Chapter 141 - Chapter 150

175 Chapters

Reva Sadar

Malam harinya suster keluar dari ruang ICU. Bu Ningsih sedang menunggu Reva kemudian bangkit. "Maaf, apakah ada keluarga pasien?" tanyanya."Saya ibunya. Bagaimana kondisi anak saya?' Balas Bu Ningsih. "Oh, pasien sudah sadar. Hanya satu keluarga yang bisa masuk ke dalam,'' jawab Suster. Bu Ningsih segera masuk ke dalam bersama dengan suster. Ia mengenakan pakaian khusus agar Reva juga tak terkontaminasi dari luar ruangan yang sudah di set steril. Tak lupa juga Bu Ningsih memakai hand sanitizer sebelum bertemu dengan Reva."Ibu," lirih Reva."Kamu sudah sadar, Reva? Sejak tadi aku menunggu kamu sadar. Dan syukur lah kamu sudah sadar. Apa yang kamu keluhkan?" tanya Bu Ningsih "Nggak ada, Bu. Cuma terasa kram di perut saja," jawab Reva."Kamu cepat sembuh, ya? Setelah pulang dari rumah sakit aku akan bawa kamu ke kampung. Dan tak usah lagi kamu di kota. Kamu justru terlalu banyak celaka di kota. Lebih baik kamu hidup di kampung dan aku tetap bisa mengawasi kamu. Karena suamimu terlal
Read more

Puding Jagung

"Ibuku menyuruh aku untuk pulang ke kampung, Roy. Aku nggak mau," ucap Reva."Sudah, kamu jangan kepikiran apapun! Yang paling penting saat ini adalah kondisi kamu dulu saja. Sebentar lagi kamu akan dipindahkan ke ruang rawat inap biasa. Jadi bisa lebih leluasa. Apa kamu ada keluhan?" tanya Roy. Meskipun tak tanya, Roy sudah merasa kalau Reva sebenarnya merasa sakit di perutnya tentunya. Apalagi setelah operasi juga sudah habis obat bias dan menurut masa pemulihan setelah operasi kurang lebih satu bulan. Hampir sama seperti operasi caesar. Hanya ini lebih parah karena sampai organ usus. Dimana organ pencernaan juga sampai terluka. Reva harus benar-benar bedrest. Dan ia juga dipasang alat khusus karena ususnya juga belum berfungsi dengan baik. Sehingga mungkin Reva agak kesulitan bergerak karena begitu banyak alat yang terpasang pada tubuhnya.Tak lama kemudian Reva dipindahkan ke ruang rawat inap dengan fasilitas satu bed pasien, satu bed penunggu, satu sofa bed, Ruang keluarga, Over
Read more

Bubur terus

"Iya, perasaanku tak tenang kepikiran sama kamu, Reva. Jadi aku datang untuk menengok. Tapi perasaan Ibu mungkin kuat jadi tak tenang melihat kamu sakit. Selain Jagung, ibu dan ayah juga bawa pisang dan Ubi. Itu Bi Ira bawa pisang juga ke sini. Ada roti pisang juga. Bi Ira pandai sekali mengolah makanan. Karena sebentar lagi pisang itu juga akan membusuk kalau tidak segera dimakan." Bu Ningsih juga sambil menyuapi Reva.Dokter datang hendak memeriksa Reva. Wajah tampannya lengkap dengan senyum menambah kharisma ketampanan nya. "Bu Reva, apa kabar?" tanya dokter."Baik, Dok. Ini lagi makan puding jagung," jawab Reva."Iya bagus itu. Kalau memang tak mau makanan dari rumah sakit juga nggak apa-apa. Hanya saja makanannya harus halus ya. Mirip seperti bubur. Dan biar bisa cepat pulih bisa makan makanan dari bahan-bahan seperti Daging ayam dan telur, Ikan kaya asam lemak omega-3, Tahu dan tempe, Alpukat, Sayuran hijau, Wortel, Buah beri dan Roti gandum utuh. Apakah Bu Reva ada alergi terh
Read more

Mega Datang menjenguk

"Uhuk, uhuk, uhuk." Bu Wendah yang sedang makan tersedak mendengar ucapan putra bungsu nya. Meskipun ia kini ada di meja makan.Roy pun mendengar kalau ibunya batuk di dalam."Kalau begitu aku pun akan membantu kamu. Ini sudah perbuatan sangat kriminal," sahut Pak Toni."Iya. Kalau begitu aku pamit dulu, Yah,'' balas Roy.Bu Wendah menghampiri suaminya. "Ada apa sih?" "Reva di tusuk sama orang yang nggak dikenal. Roy mencoba mencari tahu. Apakah ibu tahu?" balas Pak Toni.Bu Wendah menaikkan bahunya dan menggeleng tanda tak tahu. Ia beralih dari tempat nya saat ini. Ia sebenarnya sedikit khawatir. Karena yang ia tahu kalau suaminya bertindak pasti akan ketahuan juga. Masalah di masa lalu dengan mudah Pak Toni ungkap meskipun sebenarnya hal itu sulit. Apalagi cuma mencari tahu siapa yang menyuruh orang untuk menusuk Reva. Itu bahkan bisa dibilang pasti akan ketahuan.Bu Wendah tahu kalau Mila sudah dibebaskan dari penjara. Sesuai permintaan nya dan Dewi juga Mila tak mengatakan apap
Read more

Kehangatan keluarga

Roy datang ke rumah sakit. Ia membawa kabar gembira sekaligus mengejutkan untuk Reva. Ia melihat mertua dan adik iparnya sedang berada di dalam kamar rawat inap Reva."Ngapain kamu ke sini?" Sambutan Bu Ningsih sudah Roy duga. Ia tak marah kepada ibu mertuanya itu."Bu, dia kan suamiku. Jadi sudah sewajarnya dia ke sini," sahut Reva."Maaf, Bu. Saya memang mau melihat kondisi Reva. Dan sekaligus mau bicara sama Reva juga. Saya sudah mengantongi siapa yang menusuk Reva," jawab Roy.Semua mata pun tertuju pada Roy. "Yang benar kamu? Siapa?" tanya Reva."Mila," jawab Roy singkat.Mata Reva membulat sempurna. Ia tak percaya dengan apa yang baru saja suaminya katakan. "Apa? Mila?""Iya, Mila. Orangnya ayah sudah mengatakan kalau Mila yang menyuruh orang untuk menusuk kamu. Itu semua drama Mila dengan berbagai tuduhan yang mengarah pada Mila. Serta orang yang menusuk kamu juga sudah ditangkap polisi dan mengatakan kalau menyuruh dia adalah Mila," jelas Roy.Dada Reva seakan sesak. Ia tak
Read more

Makan di kantin

"Iya, hati-hati!" sahut Reva."Itu ada lalapan, tadi ayahmu beli. Makan saja! Karena aku juga nggak selera mau makan," ucap Bu Ningsih menunjuk ke arah box makan yang ada di meja.Mega akhirnya memilih untuk ke kantin saja sambil jalan-jalan. Rumah sakit bagi Mega sudah akan menjadi kebiasaan. Ia yang bercita-cita jadi dokter sudah harus mulai siap melihat orang sakit. Tetapi kalau melihat kakaknya terluka seperti itu ia masih belum bisa. Itu masih ditangani oleh dokter spesialis. Sedangkan ia masih berstatus sebagai mahasiswa sarjana strata satu kedokteran.Belum sampai ke kantin tak sengaja Mega menabrak seseorang sampai ia sendiri yang terjatuh. "Aduh," keluhnya."Maaf, kamu nggak apa-apa?" tanya orang yang ditabrak oleh Mega tadi. Mega melongok melihat siapa yang ia tabrak. "Ah, Ivan? Kamu Ivan, bukan?" tanya Mega memastikan. Ia kemudian dibantu untuk berdiri."Ya, aku Ivan. Kamu Mega? Kenapa ada di sini?" balas Ivan. Ia adalah salah teman Mega di kampus. Ivan mengenakan kaos obl
Read more

Ternyata

"Mila katakan saja apa yang ada kalau kamu memahami disuruh orang untuk menusuk Reva! Sudah kurang apa dia sama kita?" desakan Tio. Ia merasa bersalah kalau istrinya seperti itu. Ia merasa gagal menjadi suami kalau membiarkan istrinya seperti itu."Kamu ngomong apa sih? Aku nggak melakukan apapun kok,'' kilah Mila yang tak pernah berubah sejak awal meskipun orang yang telah menusuk Reva juga sudah ditangkap. Rupanya mulut Mila ini terkunci dengan rapat sehingga ia tak goyah meskipun sudah ditangkap dua kali. Dan mungkin yang kali ini ia akan benar-benar ditahan sebagai tersangka. Hanya saja otak dalam masalah ini belum disebutkan oleh Mila.Roy merasa sangat marah tetapi ia juga harus meredam emosinya. Ia tak mungkin harus menghajar Mila. Kalau menuruti nafsu tentu ia sudah melakukan itu. Karena kalau itu terjadi justru masalah baru terjadi. Ia bisa dilaporkan dalam kasus tindak penganiayaan. Tetapi baginya Mila terlalu menyebalkan. Ia memilih untuk pulang sementara waktu. Entah kenap
Read more

Pengakuan Roy

"Oh, maaf. Saya Ivan. Temannya Mega. Kebetulan tadi ketemu di kantin. Dan katanya kakaknya sedang dirawat di ruang VIP jadi saya mau bertemu juga," jawab Ivan. Ia membawa parcel buah berbagai jenis."Oh, iya. Ada di dalam," jawab Roy. Karena ada teman Roy akhirnya ikut masuk ke dalam.Dari raut wajah Mega, Mega terlihat terkejut dengan kedatangan temannya itu. "Ngapain sih dia pakai ke sini?" ketus Bu Ningsih melihat kedatangan menantunya. Meskipun dalam hati ia juga penasaran dengan siapa dia datang ke sini."Ivan!" seru Mega."Iya, tadi aku mencari dimana, dan ternyata kakak iparmu sedang ada di luar, sekalian saja aku masuk," sahut Ivan. Ia lalu memberikan parcel buah tadi pada Mega. Ia juga menyapa Reva. Meskipun Reva juga tak kenal pada Ivan. Reva tahu nama teman Mega tadi saat Mega memanggil Ivan. "Siapa dia?" tanya Bu Ningsih. "Saya Ivan. Temannya Mega di kampus," jawab Ivan dengan bersalaman dengan Bu Ningsih dan Pak Haris. "Oh, jadi kamu temannya Mega. Lalu kenapa kamu ad
Read more

Melepas Rindu

"Aku tahu, tapi Roy juga anaknya. Kita juga perlu menghargai perasaan nya," sahut Pak Haris."Untuk apa dihargai? Lagipula ibunya juga tak memikirkan bagaimana anak kita. Aku ibunya yang mengandung sembilan bulan, menyusui lebih dari dua tahun dengan enaknya dia menyakiti anakku. Aku nggak terima," balas Bu Ningsih tak mau kalah."Maaf, saya juga tak terima, Yah, Bu. Saya juga sayang sama istri saya. Saya rela kok kalau ibu saya dipenjara. Karena memang ibu saya salah. Jadi ini juga pelajaran untuk nya," sahut Roy. Ia tak mau ada lagi keributan. Mega hanya mendengarkan Karena memang ia juga tak mengerti apa yang terjadi. Ia hanya tak mau kalau kakaknya terluka, hanya itu saja.Reva hanya membatin kalau ibu mertuanya sangat jahat. Sudah dua kali perbuatan ibu mertuanya tak bisa ia maafkan. Apalagi ini juga masalah nyawa. Ia tak mau membalas. Ia serahkan semua pada suaminya. Ia juga tahu kalau Roy sebenarnya juga tak ingin ibunya dipenjara. Anak mana yang mau melihat ibunya di penjara.
Read more

Keputusan Hakim

Dewi dan Bu Wendah dicerca berbagai pertanyaan mengenai kebenaran dari bukti yang diberikan oleh Roy. Mereka berada di ruangan yang berbeda. Polisi juga masih terus mencerca keduanya. Tetapi Bu Wendah sungguh takut. Ia tak mau di penjara. Berbeda dengan Dewi yang berlagak tak takut. Ia justru berlagak sombong. Ia tetap bungkam dan tak mau mengaku. Ia bisa menyewa pengacara mahal untuk membebaskan nya hari ini juga. Lagipula polisi atau hakim baginya mudah saja untuk menyuruhnya membebaskan. Baginya uang bisa membeli segalanya."Bu Dewi tolong kerja samanya! Ini kan Anda sendiri yang bicara juga suara Anda, kenapa Anda masih tak mau mengakui?" tanya polisi mulai kesal."Saya kan punya hak untuk diam selagi pengacara saya datang. Kenapa Anda memaksa saya untuk bicara?" balas Dewi dengan tegas. Ia sama sekali tak terlihat takut di hadapan polisi tersebut. "Baik lah, tapi kami juga sudah mengantongi bukti kuat. Kalau masih mengelak itu juga urusan Anda. Apakah mau melanjutkan masalah ini
Read more
PREV
1
...
131415161718
DMCA.com Protection Status