Home / Fiksi Remaja / PAMANKU SUAMIKU / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of PAMANKU SUAMIKU: Chapter 31 - Chapter 40

145 Chapters

Kedekatan Aruna dan Ardan

Kedekatan Aruna dan ArdanArdan segera menghampiri Nenek Halimah begitu dia keluar dari kamar, di sepanjang kakinya melangkah menuju ke tempat di mana Nenek Halimah berada, dia bisa merasakan beberapa tatapan yang sangat membuatnya tidak nyaman. Tapi, dia bersikap acuh, menghiraukannya dan bersikap seolah dia tidak tahu apa pun.''Cing, Dan pergi dulu ya... Titip bocah ama si Aruna, tangannya masih sakit, belom boleh banyak gerak,'' ujar Ardan saat menghampirinya.''Elu mau kemana Dan?'' tanya Nenek Halimah, dari wajahnya terlihat kalau Nenek Halimah sangat tidak ingin Ardan pergi.''Ada urusan Cing,'' jawab Ardan lembut.''Urusan apa lagi sih Dan?... Pan, semua sekarang udah ada di rumah, si Runa juga udah pulang, emang mau ngurus apa lagi?'' tanya Nenek Halimah masih berusaha memegang tangan Ardan, menahannya dari pergi.''Ini, urusan Dan sendiri, Cing...'' jawab Ardan, dan belum selesai dia bicara, Karsih sudah menyahut memotong ucapannya.''Kok, lu keliatannya sibuk banget sih Dan?
Read more

032 Perasaan Karsih bag 1

Perasaan Karsih bag 1Ardan yang sudah biasa memantau situasi, memperhatikan gestur Karsih dalam diam. Ardan tahu, Karsih merasa tidak nyaman dengannya. Ardan tidak tahu apa yang di pikirkan Karsih, yang tidak di sadari oleh Ardan adalah, dia lupa kalau pernikahannya dengan Aruna belum diketahui oleh keluarga yang lain. Karena satu dan lain hal mereka yang hadir saat Ardan menikahi Aruna pun tidak sempat untuk mengatakannya.Ardan mengetahui kegusaran Karsih, tapi dia malas untuk memulai perdebatan dengannya, karena di rumah juga sedang ramai. Dia tidak mau memulai masalah yang seharusnya bisa di hindari, begitu pikir Ardan.Lain hal dengan Ardan, Karsih jengah melihat dua pemuda dan pemudi yang menurutnya belum muhrim. Sebagai seorang yang sudah dewasa, seburuk apa pun perangainya, Karsih juga manusia yang tahu menghormati almarhum dan almahumah. Karsih diam dan segera keluar membawa dua bayi sekaligus karena dia malas kembali lagi jika hanya untuk melihat sesuatu yang akan menaikkan
Read more

033 Perasaan Karsih bag 2

Perasaan Karsih bag 2''Lu kenapa Sih?'' tanya Darman suami Karsih.Dia bingung melihat istrinya jadi sangat diam, seperti bukan Karsih yang biasanya bicara tentang banyak hal. Karena semua persiapan sudah beres sebelum maghrib tadi, Karsih pulang dulu, sebelum kembali datang saat acara tahlil tujuh hari Pak Arga dan Ibu Aisyah di mulai nanti selepas Isya.''Kagak bang... Abang mau makan enggak? Karsih enggak masak, tapi ini ada lelauk dari si Gavin, emak yang misahin tadi.''Karsih menjawab dengan nada malas, dia masih ingin menyimpan perasaan resah dan galau di dalam hatinya.''Iya, entar Abang makan... Abang tahu, lu mesti lagi ada masalah nih... Kenapa lu diem cembetut aja, cakepan ikan asin dari elu jadinya kalo kek gini. Kagak demen ah, abang lebih suka bini abang yang seger enak di liat, manis kalo dimakan, kek semangka...''Darman menyahut dengan kalimat yang terkesan meledek, tapi jadi indah di dengar, karena terselip rayuan yang tersembunyi di balik kata-katanya. Tentu saja s
Read more

034 Wajah pucat Aruna membuat Ardan galau

Wajah pucat Aruna membuat Ardan galau''Run!!! Maaf, tolong Anduk dong! Tadi lupa gak bawa anduk...'' seru Ardan dari dalam kamar mandi.''Iya...'' jawab Aruna kemudian segera berlari membawakan Handuk.''Ini bang!'' seru Aruna sambil meletakkan handuk di gagang pintu kamar mandi, dan segera kembali untuk menemani si kembar di kamar.''Runa, bajunya mana?'' tanya Ardan ketika keluar dari kamar mandi dan menghampirinya ke ruang tengah, tempat Aruna sedang menemani dua adiknya.''Baju?!'' seru Aruna membeo pertanyaan Ardan.''Iya, baju... Buat abang pake', masa' ke Mesjid kemben anduk doang?!'' seru Ardan menggerutu menggoda Aruna, sambil memegang Handuk yang di ikatkan sepinggang, menunjukkan eight packnya yang sexy memanjakan mata Aruna.{Di sini tidak ada adegan bingung karena seorang pria cuma melilitkan handuk di pinggangnya, bagi masyarakat pinggiran penampilan pria yang telanjang dada bukan hal aneh}''Lah, pan abang bisa ambil sendiri!'' seru Aruna dengan nada mengeluh.''Tanggun
Read more

035 Hukum pernikahan

Hukum pernikahanMereka yang melihat kejadian itu hanya bisa mengelus dada sambil geleng kepala, sejak dulu Fahri memang di kenal sebagai seorang yang amat mudah tersulut emosi. Rumah tangganya yang baru seumur jagung juga hancur karena emosi yang tidak bisa di tahan olehnya, membuat dua mantan istrinya tidak tahan dan meminta cerai."Ya Allah... Ada-ada aja... Kesambet apa tuh bocah?!'' seru Pak RT sambil geleng-geleng kepala.''Ga apa-apa pak... Mungkin emang dia lagi banyak pikiran aja,'' ujar Ardan menanggapi dengan ramah.Ardan memang tulus, dia tidak ambil pusing dengan tuduhan Fahri. Tapi, Gavin justru mulai kaku menahan emosi, untung Dewi segera datang menyeret kakaknya pulang.''Owh iya, Dan, mengenai surat nikah kamu...'' ujar Pak Amil mengalihkan isu Fahri.''Ya, gimana pak?'' tanya Ardan menanggapi Pak Amil dengan antusias.''Cie cie... Ga sabaran amat, ama SIMnya (SURAT IZIN MENIKAH)...'' ledek Pak RT membuat Pak Amil dan Gavin ikut terkekeh.''Bisa aja pak RT, jelas senen
Read more

036 Nostalgia lima sekawan bag 1

Nostalgia lima sekawan bag 1''Gua tadi denger dari si Mail, lu ribut ama si Fahri!'' tegur Rio.''Eleh... Ribut apa? Tegor sapa aja...'' sahut Ardan menanggapi.''Iya, kali... Si Mail aja, kalo cerita dilebihin...'' tukas Riki.''Sorry ya, Dan... gue baru bisa nongol sekarang, gue baru balik,'' ujar Riki dengan tulus turut berbela sungkawa atas meninggalnya Pak Arga dan Ibu Aisyah.''Iya, Maklum deh, kita lagi ada liputan di luar kota kemaren, seminggu...'' ujar Rio menambahkan.Riki dan Rio dua sahabat Ardan yang bekerja di stasiun televisi. Mereka bertugas mencari dan meliput berita. Karena pekerjaan itu juga mereka sering berada di luar kota, kadang hanya sehari atau dua hari, tapi bisa juga sampai berminggu-minggu. Tergantung dari tema berita yang sedang diliput.''Kagak apa-apa, lu pada mau nongol nyempetin diri aja, gue udah seneng banget... Gua tahu, elu-elu pada juga capek, belom pada istirahat. Lu baru aja nyampe kerumah,'' jawab Ardan sembari menepuk kedua temannya yang dudu
Read more

037 Nostalgia lima sekawan bag 2

Nostalgia lima sekawan bag 2''Lah emang iya. Cewek mana yang nembak, kagak pernah ada yang lu tolak, kecuali elu emang lagi jalan ama cewek, tapi kalo lagi kosong... Kagak peduli yang mana, elu hajar aja!'' sahut Rio.''Suek... Enggak gitu juga keles! Sialan! Gue juga punya mata, kebeneran aja yang nyamperin emang lagi ngepas...'' kilah Ardan menimpali.''Lu kira celana...'' tukas Riki menimpali disambut tawa mereka.''Diantara kita belima, paling banyak punya cewek elu, Dan...'' sahut Andi.''Iya bener, gimana enggak... cewek, ama dia paling tahan enem bulan... Rata-rata tiga bulan pada cabut sendiri!'' seru Riki menambahkan.''Bener tuh! Makanya, kok bisa... Mereka mundur secara teratur tanpa drama, itu yang gue salut dari elu Dan,'' Rio ikut melanjutkan.Teman-teman Ardan masih asyik dengan nostalgia masa lalu mereka. Ardan bukan playboy, tapi posisi pacar memang nyaris tidak pernah kosong untuk Ardan. Hanya saja dalam setahun, Ardan bisa berganti pacar lebih dari empat kali.Tidak
Read more

038 Miss Kunti di belakang rumah

Miss Kunti di belakang rumahTidak terasa dua minggu telah berlalu sejak kematian Pak Arga dan Ibu Aisyah. Kembali malam ini di gelar acara tahlil lima belas hari sebagaimana biasa adat di kampung jika ada yang meninggal.Setelah Ardan puas berbincang ria dengan teman-temannya, dia menutup pintu dan ketika dia memasuki dapur untuk meletakkan beberapa perabot bekas makanan dan minuman tadi saat dia mengobrol bersama teman-temannya. Ardan sedikit terkejut karena merasa mendengar sesuatu yang aneh.HIK HIK HIKSayup-sayup terdengar suara isak tangis dari arah belakang rumah.''Astaghfirullah, apaan tuh?'' tanya Ardan, dia bergumam dengan tampang serius memikirkan sesuatu, ''Masa' sih?!'' pekiknya dalam keadaan berbisik.''Kalau iya Miss Kunti, gua pantek paku di palanya bisa enggak ya?...'' tanya Ardan, dia bergurau menghibur dirinya sendiri, ''Apa jin cewek? Siapin botol, kalo kek gitu mah...'' tambahnya lagi dengan santai.Perlahan dia berjalan menghampiri pintu belakang yang tertutup,
Read more

039 Menangis sendirian

Menangis sendirianDegup jantung Aruna berdetak menjadi semakin cepat, diiringi deru nafasnya yang memburu. Dari jari Ardan yang kulitnya bersentuhan langsung dengan kulit Aruna. Dia bisa dengan jelas merasakan ketegangan istri kecilnya.''Dah...'' ujar Ardan saat kain peniti hijab Aruna terbuka, ''Kan, kalau begini enak, jadi nyaman. Di rumah, masih aja rapet nutup aurat,'' lanjut Ardan menambahkan.''Kan, tadi masih rame orang...'' jawab Aruna.''Iya... Abang ngerti, tapi sekarang kan wayahnya istirahat,'' sahut Ardan, ''Tuh liat!'' seru Ardan sembari menunjuk ke arah jam dinding di tembok kamar Ardan, ''Jam setengah dua Run...'' tambah Ardan memperjelas arah jarum jam menunjuk.''Ya... Udah atuh, Aruna ke kamar...'' jawab Aruna sembari mengangkat tubuhnya, tapi segera di tarik lagi oleh Ardan.''Kamar mana?'' tanya Ardan segera menyahut, menyela Aruna.''Kamar Runa...'' jawab Runa polos.''Emang, kenapa kalo di sini?'' tanya Ardan menyelidik.''Ini pan kamar abang,'' jawab Aruna.''
Read more

040 Ikan Asin bag 1

Ikan Asin bag 1Ardan mengerti, hal yang tak terlihat. Aruna tampak biasa saja, tapi psikisnya sebetulnya sedang dalam tekanan berat. Meringkuk sendirian di belakang rumah tengah malam, adalah bagian dari nalurinya yang mencari tempat aman, dia sedang butuh pelampiasan untuk mengeluarkan air matanya.Aruna juga menceritakan bagaimana Aruna merasa seperti sedang di awasi sejak dia pulang dari rumah sakit. Dia juga sering sekali mendengar beberapa orang berbisik dan meliriknya. Kadang-kadang ada yang dengan lantang mencibirnya. Tapi, baru beberapa hari ini dia dengan jelas menyadari kalau cibiran-cibiran itu mengarah padanya.Tadi, setelah mereka semua selesai dengan urusan acara tahlil lima belas hari. Nenek Sundari, Kartiah dan beberapa yang lain sempat menghardik Aruna dengan kata-kata yang Aruna tidak mengerti maksudnya. Aruna sangat ingin memperjelas sesuatu pada mereka tapi Aruna urung melakukannya, karena Ardan juga masih asyik berbincang dengan teman-temannya di teras depan. Meli
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status