Hai, aku wolfy... Penulis cerita ini. Simak juga ceritaku yang lainnya... WANITA UNTUK MANUSIA BUAS (sudah tamat tapi sulit sekali mendapat kontrak dari GOODNOVEL) PAMANKU SUAMIKU MENJEMPUT ISTRIKU DUNIA MANUSIA BUAS SUAMIKU YANG BERBAHAYA KARENA KEBODOHANKU, AKU HAMPIR KEHILANGAN SUAMIKU SINGA BETINA MILIKKU (sequel lanjutan dari WANITA UNTUK MANUSIA BUAS, hanya saja kali ini wanita dari DUNIA MANUSIA BUAS yang terlempar ke DUNIA MODERN dan bertemu dengan CEO gahar.
Perasaan Karsih bag 1Ardan yang sudah biasa memantau situasi, memperhatikan gestur Karsih dalam diam. Ardan tahu, Karsih merasa tidak nyaman dengannya. Ardan tidak tahu apa yang di pikirkan Karsih, yang tidak di sadari oleh Ardan adalah, dia lupa kalau pernikahannya dengan Aruna belum diketahui oleh keluarga yang lain. Karena satu dan lain hal mereka yang hadir saat Ardan menikahi Aruna pun tidak sempat untuk mengatakannya.Ardan mengetahui kegusaran Karsih, tapi dia malas untuk memulai perdebatan dengannya, karena di rumah juga sedang ramai. Dia tidak mau memulai masalah yang seharusnya bisa di hindari, begitu pikir Ardan.Lain hal dengan Ardan, Karsih jengah melihat dua pemuda dan pemudi yang menurutnya belum muhrim. Sebagai seorang yang sudah dewasa, seburuk apa pun perangainya, Karsih juga manusia yang tahu menghormati almarhum dan almahumah. Karsih diam dan segera keluar membawa dua bayi sekaligus karena dia malas kembali lagi jika hanya untuk melihat sesuatu yang akan menaikkan
Perasaan Karsih bag 2''Lu kenapa Sih?'' tanya Darman suami Karsih.Dia bingung melihat istrinya jadi sangat diam, seperti bukan Karsih yang biasanya bicara tentang banyak hal. Karena semua persiapan sudah beres sebelum maghrib tadi, Karsih pulang dulu, sebelum kembali datang saat acara tahlil tujuh hari Pak Arga dan Ibu Aisyah di mulai nanti selepas Isya.''Kagak bang... Abang mau makan enggak? Karsih enggak masak, tapi ini ada lelauk dari si Gavin, emak yang misahin tadi.''Karsih menjawab dengan nada malas, dia masih ingin menyimpan perasaan resah dan galau di dalam hatinya.''Iya, entar Abang makan... Abang tahu, lu mesti lagi ada masalah nih... Kenapa lu diem cembetut aja, cakepan ikan asin dari elu jadinya kalo kek gini. Kagak demen ah, abang lebih suka bini abang yang seger enak di liat, manis kalo dimakan, kek semangka...''Darman menyahut dengan kalimat yang terkesan meledek, tapi jadi indah di dengar, karena terselip rayuan yang tersembunyi di balik kata-katanya. Tentu saja s
Wajah pucat Aruna membuat Ardan galau''Run!!! Maaf, tolong Anduk dong! Tadi lupa gak bawa anduk...'' seru Ardan dari dalam kamar mandi.''Iya...'' jawab Aruna kemudian segera berlari membawakan Handuk.''Ini bang!'' seru Aruna sambil meletakkan handuk di gagang pintu kamar mandi, dan segera kembali untuk menemani si kembar di kamar.''Runa, bajunya mana?'' tanya Ardan ketika keluar dari kamar mandi dan menghampirinya ke ruang tengah, tempat Aruna sedang menemani dua adiknya.''Baju?!'' seru Aruna membeo pertanyaan Ardan.''Iya, baju... Buat abang pake', masa' ke Mesjid kemben anduk doang?!'' seru Ardan menggerutu menggoda Aruna, sambil memegang Handuk yang di ikatkan sepinggang, menunjukkan eight packnya yang sexy memanjakan mata Aruna.{Di sini tidak ada adegan bingung karena seorang pria cuma melilitkan handuk di pinggangnya, bagi masyarakat pinggiran penampilan pria yang telanjang dada bukan hal aneh}''Lah, pan abang bisa ambil sendiri!'' seru Aruna dengan nada mengeluh.''Tanggun
Hukum pernikahanMereka yang melihat kejadian itu hanya bisa mengelus dada sambil geleng kepala, sejak dulu Fahri memang di kenal sebagai seorang yang amat mudah tersulut emosi. Rumah tangganya yang baru seumur jagung juga hancur karena emosi yang tidak bisa di tahan olehnya, membuat dua mantan istrinya tidak tahan dan meminta cerai."Ya Allah... Ada-ada aja... Kesambet apa tuh bocah?!'' seru Pak RT sambil geleng-geleng kepala.''Ga apa-apa pak... Mungkin emang dia lagi banyak pikiran aja,'' ujar Ardan menanggapi dengan ramah.Ardan memang tulus, dia tidak ambil pusing dengan tuduhan Fahri. Tapi, Gavin justru mulai kaku menahan emosi, untung Dewi segera datang menyeret kakaknya pulang.''Owh iya, Dan, mengenai surat nikah kamu...'' ujar Pak Amil mengalihkan isu Fahri.''Ya, gimana pak?'' tanya Ardan menanggapi Pak Amil dengan antusias.''Cie cie... Ga sabaran amat, ama SIMnya (SURAT IZIN MENIKAH)...'' ledek Pak RT membuat Pak Amil dan Gavin ikut terkekeh.''Bisa aja pak RT, jelas senen
Nostalgia lima sekawan bag 1''Gua tadi denger dari si Mail, lu ribut ama si Fahri!'' tegur Rio.''Eleh... Ribut apa? Tegor sapa aja...'' sahut Ardan menanggapi.''Iya, kali... Si Mail aja, kalo cerita dilebihin...'' tukas Riki.''Sorry ya, Dan... gue baru bisa nongol sekarang, gue baru balik,'' ujar Riki dengan tulus turut berbela sungkawa atas meninggalnya Pak Arga dan Ibu Aisyah.''Iya, Maklum deh, kita lagi ada liputan di luar kota kemaren, seminggu...'' ujar Rio menambahkan.Riki dan Rio dua sahabat Ardan yang bekerja di stasiun televisi. Mereka bertugas mencari dan meliput berita. Karena pekerjaan itu juga mereka sering berada di luar kota, kadang hanya sehari atau dua hari, tapi bisa juga sampai berminggu-minggu. Tergantung dari tema berita yang sedang diliput.''Kagak apa-apa, lu pada mau nongol nyempetin diri aja, gue udah seneng banget... Gua tahu, elu-elu pada juga capek, belom pada istirahat. Lu baru aja nyampe kerumah,'' jawab Ardan sembari menepuk kedua temannya yang dudu
Nostalgia lima sekawan bag 2''Lah emang iya. Cewek mana yang nembak, kagak pernah ada yang lu tolak, kecuali elu emang lagi jalan ama cewek, tapi kalo lagi kosong... Kagak peduli yang mana, elu hajar aja!'' sahut Rio.''Suek... Enggak gitu juga keles! Sialan! Gue juga punya mata, kebeneran aja yang nyamperin emang lagi ngepas...'' kilah Ardan menimpali.''Lu kira celana...'' tukas Riki menimpali disambut tawa mereka.''Diantara kita belima, paling banyak punya cewek elu, Dan...'' sahut Andi.''Iya bener, gimana enggak... cewek, ama dia paling tahan enem bulan... Rata-rata tiga bulan pada cabut sendiri!'' seru Riki menambahkan.''Bener tuh! Makanya, kok bisa... Mereka mundur secara teratur tanpa drama, itu yang gue salut dari elu Dan,'' Rio ikut melanjutkan.Teman-teman Ardan masih asyik dengan nostalgia masa lalu mereka. Ardan bukan playboy, tapi posisi pacar memang nyaris tidak pernah kosong untuk Ardan. Hanya saja dalam setahun, Ardan bisa berganti pacar lebih dari empat kali.Tidak
Miss Kunti di belakang rumahTidak terasa dua minggu telah berlalu sejak kematian Pak Arga dan Ibu Aisyah. Kembali malam ini di gelar acara tahlil lima belas hari sebagaimana biasa adat di kampung jika ada yang meninggal.Setelah Ardan puas berbincang ria dengan teman-temannya, dia menutup pintu dan ketika dia memasuki dapur untuk meletakkan beberapa perabot bekas makanan dan minuman tadi saat dia mengobrol bersama teman-temannya. Ardan sedikit terkejut karena merasa mendengar sesuatu yang aneh.HIK HIK HIKSayup-sayup terdengar suara isak tangis dari arah belakang rumah.''Astaghfirullah, apaan tuh?'' tanya Ardan, dia bergumam dengan tampang serius memikirkan sesuatu, ''Masa' sih?!'' pekiknya dalam keadaan berbisik.''Kalau iya Miss Kunti, gua pantek paku di palanya bisa enggak ya?...'' tanya Ardan, dia bergurau menghibur dirinya sendiri, ''Apa jin cewek? Siapin botol, kalo kek gitu mah...'' tambahnya lagi dengan santai.Perlahan dia berjalan menghampiri pintu belakang yang tertutup,
Menangis sendirianDegup jantung Aruna berdetak menjadi semakin cepat, diiringi deru nafasnya yang memburu. Dari jari Ardan yang kulitnya bersentuhan langsung dengan kulit Aruna. Dia bisa dengan jelas merasakan ketegangan istri kecilnya.''Dah...'' ujar Ardan saat kain peniti hijab Aruna terbuka, ''Kan, kalau begini enak, jadi nyaman. Di rumah, masih aja rapet nutup aurat,'' lanjut Ardan menambahkan.''Kan, tadi masih rame orang...'' jawab Aruna.''Iya... Abang ngerti, tapi sekarang kan wayahnya istirahat,'' sahut Ardan, ''Tuh liat!'' seru Ardan sembari menunjuk ke arah jam dinding di tembok kamar Ardan, ''Jam setengah dua Run...'' tambah Ardan memperjelas arah jarum jam menunjuk.''Ya... Udah atuh, Aruna ke kamar...'' jawab Aruna sembari mengangkat tubuhnya, tapi segera di tarik lagi oleh Ardan.''Kamar mana?'' tanya Ardan segera menyahut, menyela Aruna.''Kamar Runa...'' jawab Runa polos.''Emang, kenapa kalo di sini?'' tanya Ardan menyelidik.''Ini pan kamar abang,'' jawab Aruna.''
Dion dan Rafli bertindak mengikuti improvisasi dari situasi yang mereka ciptakan setelah terdesak.Desakan para preman yang meminta mereka untuk menyerahkan kunci mobil membuat mereka kesulitan mengulur-ulur waktu. Tapi, kreativitas dengan modal nyali nekat sekaligus bukti bahwa diklat yang mereka jalani menunjukkan kepiawaian mereka dalam melaksanakan tugas.''Lah, mana ya?!'' sahut Dion sambil kasak-kusuk berlagak mencari kunci di saku pakaiannya, ''Fli, mana kunci?''''Lah, bukannya ama elu?!'' jawab Rafli mengikuti skenario dadakan di lapangan.''Pe'a, kagak ada di gua... ama lu, kan...''''Kagak, kagak ada... tuh, liat!'' seru Rafli sambil menarik kantong pakaiannya keluar.''Ngelawak lu bedua!'' pekik preman yang menunggu kunci mobil mereka untuk di serahkan dengan mata melotot.''Ka-kagak bang, beneran dah... cek aja... kagak ada i
''Di mana ini?!" pekik Aruna ketika tali yang mengikat mulutnya dibuka saat sudah berada di sebuah ruangan, ''Mau apa kalian?!''Mereka yang ada di ruangan itu tersenyum sinis menanggapi kegelisahan Aruna dan Amira yang terkejut ketika tudung hoodie yang menutupi separuh wajah mereka dibuka, memperlihatkan suasana di sekeliling dengan lebih jelas sekarang.Salah seorang dari beberapa pria yang baru di lihat oleh Aruna dan Amira datang menghampiri.Pria itu mengangkat dagu Aruna dan Amira, memiringkannya ke kanan dan ke kiri, melihat mereka dengan seksama, menilai penampilan fisik mereka berdua.''Lumayan, biarpun enggak bisa laku mahal, tapi masih cukup ngejual,'' ujar Parta, pria paruh baya tapi punya aura mendominasi yang membuat Aruna dan Amira merasa sangat tidak nyaman, ''Enggak banyak duit yang bisa kamu dapet dari mereka berdua...'' tambah Parta seraya melirik kepada Karissa.
CKIITTTRem berdecit dan mobil yang dikendarai oleh para petugas yang mengikuti Karissa berhenti mendadak.''Dimana Pak Ardan?!" tanya Dion, salah satu petugas yang ditugaskan untuk mengawasi.''OTW,'' jawab Rafli yang jadi rekan bertugas Dion, ''Enggak jauh... dia pasti bentar lagi nyampe...''''Oke... keknya target udah sampe di tujuan. Gimana, kita lanjut masuk?''''Enggak tauk, tapi tempat ini sarang mafia, cuma kita bedua... ini mah nganter nyawa...''Dion dan Rafli berdiskusi tentang bagaimana langkah selanjutnya karena intruksi selanjutnya belum turun dari atasan mereka.''Terus gimana, target udah turun... iya kalo tujuan dia disini, kalo dia lanjut ke tempat laen... bakal repot...'' ujar Rafli dengan nada gemas.''Sialan!'' pekik Dion kesal, ''Gue juga bingung, kita cuma ditugasin buat ngintai... terjun langs
Ardan bergegas bergerak segera setelah mendapat laporan dari anak buahnya yang mengawasi rumah Amira.''Dua orang di seret paksa... kenapa dua?!'' tanya Ardan di dalam hatinya, ''Apa mungkin bukan Runa?!''Tidak banyak laporan yang diberikan anak buahnya selama dua hari terakhir karena sama sekali sulit untuk menemukan celah guna mengintip lebih dekat untuk melihat situasi di dalam rumah Amira supaya lebih jelas.Ardan bahkan meminta pada Ibunya Lita untuk menghubungi Amira dan menanyakan apakah ada hal lain yang dibutuhkannya supaya ada kesempatan baginya untuk bisa masuk ke dalam rumah Amira. Tapi, sayangnya, karena baru saja mendapat pasokan, Amira menolak tawaran bibinya.''Terserah deh... liat yang ini aja dulu. Enggak tauk kenapa tapi feeling gue beda tentang yang ini. Entah kenapa semangat gue naik buat ngejar yang ini... mudah-mudahan enggak salah...'' gumam Ardan d
Ardan memberikan beberapa foto Karissa dari berbagai posisi sebagai referensi agar Lita tidak salah mengenali.''Maafkan saya pak, saya tidak begitu yakin karena saya hanya melihat sekilas. Tapi pak, Ini bukan hal yang biasa di lakukan Kak Amira... Meski Kak Amira yang sekarang sangat jauh berbeda dengan Kak Amira tujuh tahun yang lalu. Tapi, tetap saja, saya merasa ada yang janggal...''Lita dengan jujur mengemukakan opininya karena dia juga tidak mau membohongi orang yang sedang kesulitan.''Saya tahu kalau ini tidak tepat,'' ujar ibu Lita menambahkan dengan wajah memelas menatap Ardan, ''Di saat bapak sedang susah saya malah merepotkan... tapi pak, bapak juga kan seorang petugas. Tolong bantu kami pak... Amira adalah anak baik yang ceria sebelumnya. Tapi, sejak tujuh tahun yang lalu tiba-tiba dia berubah... kami yakin ada sesuatu karena setelah tujuh tahun dia berdiam diri, tiba-tiba dia menghubungi kami.''&nb
Organisasi ilegal yang selama ini terselubung dengan bisnis taipan-taipan besar berjatuhan satu per satu. Pengacara-pengacara kecil mulai melejit naik menyaingi pengacara kondang yang telah penuh Schedule-nya karena banyak orang-orang berduit terciduk aparat. Semua itu bisa terjadi karena adanya efek domino dari penggerebekan-penggerebekan atas laporan dan data yang diberikan Ardan dan juga Rendra.Sudah sejak tujuh tahun terakhir satu per satu organisasi ilegal di jatuhkan Ardan secara diam-diam. Meski hanya organisasi kecil tapi sukses melemahkan pergerakan mereka sehingga mempersulit organisasi besar di atasnya untuk mengembangkan sayapnya. Karenanya, sejak Ardan menyusup tujuh tahun yang lalu, pergerakan organisasi ilegal yang meresahkan hingga merugikan negara berhasil di tekan seminimal mungkin.''Ardan, kita sudah mempersempit rute pelarian...'' ujar atasan Ardan, ''Kita akan segera menemukan istrimu, secepatnya...''
''Brengsek!'' pekik Arjuna menggebrak meja sambil menatap layar laptopnya dengan mata nanar, ''Ada di mana lu?!''Sudah tiga hari sejak Aruna di culik dan belum ada tanda-tanda keberadaannya sama sekali. Ardan yang hampir putus asa menghubungi Arjuna meminta bantuannya.''Kagak ada bayangan apa pun tentang keberadaan Karissa?!''''Gue udah cari, tapi enggak ketemu...''''Apa Karissa ada sebutin sesuatu selama lu kenal dia selama ini?!''''Dari kemaren otak gue jungkir balik berusaha nginget sesuatu tentang Karissa yang mungkin ketinggalan...'' jawab Arjuna dengan nada kesal, dia lalu menjeda ucapannya kemudian mendesah putus asa setelahnya dia menggelengkan kepalanya sambil menatap Ardan dengan ekspresi menyesal.Ardan membanting bokongnya di sofa ruang tamu Arjuna lalu menyandarkan punggung, wajahnya menengadah ke langit-langit ruangan memperlihatkan betapa
''Brengsek!'' pekik Arjuna menggebrak meja sambil menatap layar laptopnya dengan mata nanar, ''Ada di mana lu?!''Sudah tiga hari sejak Aruna di culik dan belum ada tanda-tanda keberadaannya sama sekali. Ardan yang hampir putus asa menghubungi Arjuna meminta bantuannya.''Kagak ada bayangan apa pun tentang keberadaan Karissa?!''''Gue udah cari, tapi enggak ketemu...''''Apa Karissa ada sebutin sesuatu selama lu kenal dia selama ini?!''''Dari kemaren otak gue jungkir balik berusaha nginget sesuatu tentang Karissa yang mungkin ketinggalan...'' jawab Arjuna dengan nada kesal, dia lalu menjeda ucapannya kemudian mendesah putus asa setelahnya dia menggelengkan kepalanya sambil menatap Ardan dengan ekspresi menyesal.Ardan membanting bokongnya di sofa ruang tamu Arjuna lalu menyandarkan punggung, wajahnya menengadah ke langit-langit ruangan memperlihatkan betapa
Alis mata Ardan nyaris menyatu dengan sorot mata tajam, giginya bergemeretak menahan emosi hingga membuat salah tingkah beberapa bawahannya ketika Ardan, Rendra dan yang lainnya tiba di TKP selang waktu 40 menit setelah mendapat laporan.Suara sirene mobil polisi dan mobil ambulans bersahutan sebelum kedatangannya ke TKP. Kehebohan terjadi dengan beberapa mahasiswa terlihat tergeletak bertebaran dengan luka-luka di tubuh.Beberapa preman tertangkap dan babak belur, nyaris sekarat karena di hajar banyaknya warga kampus yang kesal apa lagi saat beberapa orang hampir tewas karena mini van yang nekat melaju menerjang kerumunan.''Vin, elu enggak apa-apa?!''''Dimananya?!'' jawab Gavin dengan nada ketus, ''Udah jelas bonyok begini...''''Baru bonyok...'' sahut Ardan sambil menepak dahi Gavin,''Nah bini gue, ilang lagi aja...''Ardan tampak tenang menanggapi Gavin,