Home / Urban / Lelaki Dua Wajah / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Lelaki Dua Wajah: Chapter 141 - Chapter 150

259 Chapters

Bab 141

"Dave, aku sudah memutuskan!""Oh ya? Kuharap keputusanmu tidak mengecewakanku, Little Bro!"Karel menghela napas panjang, lalu berkata, "Kau benar, Dave! Aku tidak bisa menunda lagi.""Apa itu artinya kau siap bertemu dengannya?""Ya. Kirim lokasinya! Aku akan memulainya malam ini!"Dave terkekeh. "Bagus! Sampai jumpa, Little Bro!"Tut!Panggilan telepon terputus.Karel mengerutkan kening seraya bergumam sendiri, "Sampai jumpa? Apa dia juga akan berguru?"Terserahlah! Kalaupun Dave ikut berlatih bersamanya, bukankah itu bagus? Setidaknya dia bisa menghadapi lawan hidup secara langsung.Cuaca di pengujung musim semi terasa lebih hangat. Matahari pagi bersinar lebih terang. Selepas menelepon Dave, Karel bergegas meninggalkan kamarnya menuju lorong rahasia. Berniat menyambangi toko Allen karena kemarin rencananya tertunda gara-gara kemunculan kaki tangan Tuan De Groot."Selamat pagi, Pak!" sapa Karel, mengejutkan Allen yang sedang menggantung kantong rajut berisi buah leci."Halo, Nak!
last updateLast Updated : 2022-12-09
Read more

Bab 142

Karel meraih keranjang kosong, mulai mengitari rak untuk memilih sayuran dan buah yang ia butuhkan.Allen mengiringi langkah Karel."Aku tidak benar-benar pergi, Pak!" ujar Karel, memilih sebongkah kubis ungu berukuran sedang. "Aku hanya tidak bisa datang secara rutin ke sini pada akhir pekan. Entah sampai kapan.""Aku mengerti. Apa pun yang kau lakukan, aku berdoa yang terbaik untukmu.""Terima kasih, Pak." Karel melanjutkan berbelanja tanpa didampingi Allen karena pengunjung mulai ramai.Setelah Karel membayar belanjaannya dan pergi, Elina keluar. Membawa secangkir kopi yang mulai dingin."Kau mendengarnya, bukan?" tanya Allen, tak mengalihkan pandangan dari sosok Karel yang memutar sepedanya. "Lupakan dia!"Elina mengembuskan napas kencang. Hatinya justru semakin penasaran dan tertantang untuk menjadikan Karel miliknya."Tidak semudah itu membunuh perasaan, Ayah.""Aku tahu, tapi ... ekspektasi yang terlalu tinggi hanya akan mengempaskanmu pada rasa kecewa. Sesuatu yang tidak ditak
last updateLast Updated : 2022-12-09
Read more

Bab 143

Karel mengamati perubahan raut wajah Sir Collin yang tak meneruskan kata-katanya.Sir Collin memijat pelipisnya. Kepalanya mendadak pusing.Saat berkunjung ke panti, Nyonya Nilam memakai masker. Tatapannya juga tertuju pada Almira, bukan pada wanita itu."Saya tahu ini tidak mudah bagi Anda, Sir," hibur Karel. "Saya menyerahkan hasil tes itu tidak bermaksud untuk menambah beban pikiran Anda, tapi ... semata-mata karena rasa penasaran untuk membuktikan sebuah kebenaran. Selain itu, hati saya terketuk setelah menyimak kisah hidup Nyonya Nilam dan Almira dari Bibi Merry."Saat melihat mereka, saya berpikir ... jika mereka keluarga Anda, bukankah tidak adil mereka hidup dalam penderitaan sementara Anda ... maaf, justru menikmati hidup dalam kondisi sebaliknya?"Sir Collin merasa tertohok mendengar pendapat Karel."Saya ... ah, ini membingungkan." keluh Sir Collin. "Brianna, istriku bernama Brianna. Tidak mungkin ada dua Brianna yang sama persis, bukan? Lagi pula, bukankah ibu kandung Almi
last updateLast Updated : 2022-12-10
Read more

Bab 144

"Dokter Smith, aku—""Tolong, Dokter J!" potong Dokter Smith. "Tidak ada dokter yang dapat menangani kasus ini sebaik Anda!"Hening.Karel memikirkan kesepakatannya dengan Dave. Di sisi lain, nurani Karel tak sampai hati menolak permintaan Dokter Smith.Tugas seorang dokter adalah mengupayakan yang terbaik untuk menyelamatkan nyawa pasien."Baiklah. Aku akan segera ke sana." Akhirnya Karel mengalah.Urusan janji dengan Dave bisa dibicarakan belakangan. Yang terpenting menolong orang lain lebih dulu, sesuai dengan sumpah jabatan sebagai seorang dokter."Terima kasih, Dokter J! Terima kasih!" seru Dokter Smith, merasa lega. "Saya akan menyiapkan ruangan sebelum Anda tiba."Karel segera mengenakan seragam dokter yang selalu tersedia di mobilnya, kemudian memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit.Saat Karel keluar dari mobil, Dokter Smith bergegas menyongsong kedatangannya. Lelaki itu telah menunggu dengan gelisah di depan pintu ruang IGD.Tanpa Kata, Karel mengikuti
last updateLast Updated : 2022-12-10
Read more

Bab 145

"Huh?! Di mana maskerku?" Kening Karel berkerut.Di pelataran parkir, ia sibuk memeriksa kantongnya. Baru sadar bahwa ia lupa mengganti masker medis menjelang keluar dari rumah sakit. Sialnya, sekarang masker yang biasa dia pakai tidak ada dalam saku.Cepat-cepat Karel menghubungi Dokter Smith."Maaf, Dokter Smith ... apa Anda melihat maskerku tertinggal di ruangan Anda?" tanya Karel tembak langsung.Ia memang sempat mampir ke ruangan Dokter Smith untuk pamit, tapi dokter senior tersebut malah bersikeras untuk mengantarnya hingga ke lobi."Masker? Sebentar, saya cek dulu!"Selama beberapa waktu Karel sabar menunggu tanpa mematikan sambungan telepon."Maaf, Dokter J. Saya tidak menemukan masker Anda.""Oh, ya sudah. Tidak apa-apa. Terima kasih. Maaf telah mengganggu waktu Anda, Dokter Smith."Karel tercenung. Mengingat-ingat di mana ia menaruh masker tersebut. 'Tidak mungkin aku menjatuhkan masker itu di ruang operasi, kan?'Ah, sudahlah. Cuma sehelai masker. Di rumah dia punya banyak
last updateLast Updated : 2022-12-11
Read more

Bab 146

"Hei! Minggir! Biarkan para doktek itu lewat!"Entah siapa yang berteriak. Yang jelas, suara lantang itu berhasil menghalau segerombolan orang yang menghalangi jalan.Karel mengayun langkah panjang dan cepat, mengikuti Dave. Menyibak kerumunan yang kembali menyatu.Karel merasa miris menyaksikan pemandangan di depan mata.Jembatan itu baru saja selesai dibangun, tetapi roboh sebelum sempat diresmikan. Menurut jadwal, besok pagi jembatan baru itu akan diresmikan.Beberapa mobil terjebak di tengah patahan jembatan yang membentuk huruf V. Tim penyelamat mengulurkan tali dari kedua sisi jembatan, menjadi tangga bagi korban yang masih memiliki kekuatan untuk berjuang menyelamatkan diri setelah berhasil keluar dari mobil.Setiap gerakan dilakukan dengan sangat pelan dan hati-hati. Khawatir jembatan itu akan semakin runtuh.Tak ada bantuan dari udara, tapi beberapa kapal kecil beserta tim SAR siaga dari kedua sisi sungai. Sebagian dari mereka memanjat patahan jembatan untuk menyelamatkan kor
last updateLast Updated : 2022-12-11
Read more

Bab 147

"Untuk mengukur tingkat kewajaran suatu hal, dibutuhkan parameter tertentu. Aku tidak bisa menentukan. Salah bicara jatuhnya bisa fitnah. Kita hanya perlu mengingat satu hal, bahwa apa pun yang menimpa anak manusia, terlepas apakah itu ada unsur kesengajaan ataupun kelalaian, semua merupakan takdir dari Sang Pencipta."Bukan wewenang seorang dokter untuk menghakimi sebuah peristiwa alam, meskipun kejadian itu mungkin melibatkan kelalaian manusia.Lawan bicara Karel menunjukkan raut muka tidak senang terhadap tanggapan Karel lewat seringai sinis.Karel menyadari hal itu. "Ah, aku baru ingat ... temanku ikut menjadi korban. Aku akan mencarinya," tukas Karel, melarikan diri dari teman duduk yang dianggapnya menyebalkan. "Sekali lagi, terima kasih atas minumannya."Tanpa menunggu jawaban dari lelaki yang telah memberinya minum, Karel beranjak mencari keberadaan Hannie.Kebetulan matanya menangkap kelebat Jay masuk ke sebuah tenda berwarna putih. Bergegas Karel memutar haluan ke tenda itu.
last updateLast Updated : 2022-12-13
Read more

Bab 148

"Sir Collin? Saya tak menyangka akan bertemu Anda di sini.""Anda mencuri kata-kata saya, Dokter J. Ini bukan rumah sakit tempat Anda bekerja. Kenapa Anda bisa berada di sini?""Saya hanya mengikuti teman-teman yang ingin membesuk mertua Anda, Sir.""Benarkah? Sungguh tidak sopan saya menahan Anda di pelataran parkir ini. Ayo!"Sir Collin mengajak Karel menuju ruangan mertuanya.Karel kembali terpaku kala menangkap siluet lelaki berbaju hitam melintas di kejauhan. Lelaki itu tampak sangat sibuk wara-wiri."Ada apa?" tegur Sir Collin, menyadari langkah Karel agak tersendat."Oh, tidak apa-apa."Karel melanjutkan langkah mengekori Sir Collin."Sayang, mengapa lama sekali?" Seorang wanita, dengan wajah yang tak asing di mata Karel, menyambut Sir Collin begitu memasuki ruangan VVIP.Tanya yang bernada manja terdengar bercampur dengan sedikit kekesalan."Kau tahu aku tak bisa meninggalkan rapat penting begitu saja," jawab Sir Collin dengan nada datar, membuat wanita itu mengernyit heran.S
last updateLast Updated : 2022-12-13
Read more

Bab 149

"Kau terlalu berani, Jay!"Mungkin tujuan Jay untuk menyembunyikan kondisinya dan memilih untuk berpura-pura tidak cedera memang baik. Dia tidak ingin Hannie mencemaskan dirinya.Namun, hal itu justru membahayakan dirinya sendiri. Bagaimana kalau ia menderita luka dalam yang parah atau mungkin benturan keras di kepala?Karel ingin memaki kebodohan Jay, tapi melihat wajah pias Jay, ia jadi tak tega."Apa kata dokter?" tanya Karel seraya menekan pelan perut Jay.Jay menggigit bibir bawahnya, meringis menahan kejut rasa sakit yang menjalar tiba-tiba akibat sentuhan Karel."A–apa masih perlu kujawab?" Jay terbata-bata menahan sakit.Karel mengawasi sekitar selama beberapa saat. Setelah yakin bahwa orang-orang di ruangan itu sibuk dengan urusan masing-masing, Karel merapatkan tirai. Menghalangi pandangan orang luar terhadap Jay.Karel mengeluarkan kotak kecil dari saku jaketnya. Kotak itu terbuat dari kayu dengan ukiran teratai mekar pada bagian atas.Begitu kotak dibuka, aroma khas ramuan
last updateLast Updated : 2022-12-14
Read more

Bab 150

Mati!Dering ponsel yang menghalangi langkah Karel tak lagi bernyanyi.'Ck! Iseng banget!' gerutu Karel dalam hati.Tubuhnya sangat lelah dan butuh kesegaran, eh, malah terganggu dengan ulah manusia tak bertanggung jawab.Ini untuk ketiga kalinya Karel bolak-balik memutar badan untuk mengangkat panggilan telepon yang putus sambung-putus sambung."Berhenti bermain-main atau aku akan mendatangimu untuk memberi pelajaran!" omel Karel begitu ia tak kalah cepat dari sang penelepon."M–maaf, Bos! Sinyalnya jelek!" sahut suara di seberang telepon dengan nada takut-takut.Amarah Karel seketika melunak setelah mengenali suara sang penelepon."Kalau tidak terlalu penting, bisakah kau menunggu sampai aku selesai mandi? Aku baru saja pulang.""B–baik, Bos!"Wangi sabun dan sampo menguar memenuhi kamar Karel. Sesekali lelaki itu menggelengkan kepala, menghalau sisa air yang masih bertengger di ujung rambutnya.Sejenak ia seakan lupa dengan sehelai handuk kecil yang masih berada dalam genggamannya.
last updateLast Updated : 2022-12-14
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
26
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status