Home / Romansa / Istri Kedua Sang Billionaire / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Istri Kedua Sang Billionaire : Chapter 1 - Chapter 10

134 Chapters

BAB : 1

Hana merasa kepalanya begitu pusing. Pandangannya buram dan dunia seakan sedang mengalami gempa besar. Blur, itulah penglihatannya kini. Masa iya angka satu terlihat jadi angka sebelas. Berjalan sempoyongan melewati orang-orang yang kadang bertabrakan dengannya."Sialan banget mereka, ini pasti masukin sesuatu ke dalam gelas minuman gue!" Ia terus mengumpat saat berjalan sambil berpegangan pada dinding dan beberapa pintu kamar. "Ck, ini kamar gue yang mana, nih? Elahh ..." Menatap angka-angka yang terpampang di depan pintu kamar, tapi tak terlihat begitu jelas. Gaswat juga, kan, kalau ia salah kamar. Saat tangannya menyentuh salah satu pintu, tiba-tiba malah terbuka begitu saja. Ia tersenyum. "Sepertinya kali ini gue nggak salah kamar," ujarnya segera melangkah masuk. Hels yang dikenakannya ia tanggalkan, berlanjut dengan gaun hingga hanya meninggalkan sebuah tanktop dan short pant tipis. Badannya seakan remuk dan istirahat adalah hal terindah yang akan ia lakukan. "Good night,"
Read more

BAB : 2

Seorang wanita berjalan cepat menghampiri Hana yang masih berada dalam pangkuan cowok bernama Justin itu. Ya, tentu dengan wajah penuh emosi."Apa yang kamu lakukan dengan gadis ini?! Kamu keterlaluan, Justin!" Ia benar-benar kesal dan emosi saat mendapati hal yang tak terduga di depan matanya. Bahkan saat wanita itu berkoar-koar dengan penuh emosi di depannya, tak terbesit rasa takut atau rasa bersalah di wajah Justin. Toh, ia juga tak melakukan apa-apa. Oke ... mungkin hanya sekadar ciuman.Perlahan ia berjalan menuju tempat tidur, memindahkan Hana yang masih tak sadarkan diri dalam pangkuannya. Kemudian, berjalan menuju kamar mandi seolah mengabaikan wanita itu. Keluar dengan pakain casual lengkap. Oke ... dan justru kali inilah dirinya malah terlihat kaget. Karena apa? Di dalam kamarnya sudah terlihat beberapa orang berkumpul, termasuk kedua orang tuanya. Apa mereka semua tak ingat, kalau ini adalah kamarnya. Apa mereka semua lupa, kalau ia tak suka ada orang lain yang masuk rua
Read more

BAB : 3

Mata Hana melotot, mendapati siapa yang menghampirinya kini. Sontak, dengan cepat ia mendorong Justin yang masih berada di atas badannya, hingga menyingkir. Setelah itu ia segera beranjak dari tempat tidur dengan tampang cemas. "Papa," ujarnya menghampiri seorang laki-laki paruh baya."Apa yang kamu lakukan?!" tanya laki-laki paruh baya itu dengan wajah penuh emosi. Bagaimana ia tak emosi, mendapati anak gadisnya malah beradegan seperti itu di depan matanya sendiri. Mending kalau hanya dapat info dari orang lain, lah ini justru melihat langsung."Aku nggak lakuin apa-apa, Pa," jawab Hana. "Dia yang bikin masalah buatku," tambahnya menunjuk kearah Justin yang masih duduk di pinggiran tempat tidur dengan ekspressi santai, seolah tak sedang terjadi masalah apa-apa.Emil, papanya Hana menatap tajam kearah Justin. Perlahan melangkah untuk semakin mendekat. Tapi tiba-tiba dahinya berkerut saat memikirkan sesuatu ketika mendapati siapa yang sedang berhadapan dengannya kini. "Kamu Justin, k
Read more

BAB : 4

Pagi ini Justin selesai dengan setelan kantor yang sudah menutupi tubuh atletisnya. Setelah kejadian menghebohkan semalam, membuatnya tak berminat untuk melanjutkan tidur di hotel itu dan memilih kembali ke rumah."Pagi," sapa Alice dengan senyuman manisnya, menyambut Justin yang hendak sarapan. "Buang jauh-jauh senyumanmu itu," balasnya menanggapi sikap Alice yang baginya itu tak akan membuatnya luluh. Jangankan luluh, bahkan mengedarkan pandangan pada dia saja seakan membuat harinya menjadi buruk.Alice memasang wajah ketus dengan sikap Justin. "Kenapa, sih, sikapmu begitu terus padaku? Apa aku ada salah?"Justin tersenyum licik. "Masih bertanya kenapa? Perlukah aku menyebutkan satu persatu kesalahanmu?!"Alice menarik napasnya berat seolah mencoba bersabar dengan sikap buruk Justin padanya. Ini hampir satu tahun dan dirinya masih saja didinginkan oleh laki-laki ini. Bahkan laki-laki lain rela antri untuk mendapatkan dirinya, sedangkan Justin malah sebaliknya."Buka mulutmu," pinta
Read more

BAB : 5

Justin, dialah yang mereka dapati tengah berdiri dibelakang keduanya."Ini urusan keluarga saya, jadi jangan ikut campur!"Justin tak membalas perkataan Emil. Ia berjalan melewati sepasang suami istri itu dan mendekati Hana yang masih terduduk di lantai. Membantu gadis itu untuk kembali bangkit, kemudian membawa dia berdiri berhadap-hadapan dengan Emil dan Arini."Dia begini, juga karena saya. Jadi, ini juga termasuk urusan saya!"Emil marah saat Justin memegang tangan putrinya. Berniat menyingkirkan pegangan itu, tapi Justin malah menghentakkan tangannya dengan kasar."Apa yang kamu lakukan?!""Jangan menyakitinya lagi!" Emosi Justin mulai kesal dengan sikap Emil pada Hana."Dia putri saya!"Entah apa yang kini tengah dipikirkan Justin, hingga ia bisa bersikap seperti itu. Dan yang membingungkan, kenapa rasanya tak rela saja melihat perlakuan buruk Emil pada Hana. Ambisinya untuk melindungi gadis ini tiba-tiba saja meningkat. Aneh, bukan?Ia melirik kearah Hana yang memang juga berus
Read more

BAB : 6

Hana terus berontak saat empat orang wanita sedang menyerangnya. Bagaimana tidak, mereka dengan seenaknya menanggalkan pakaiannya dan memaksanya untuk mandi. Apa-apaan banget, kan. Dikira ia anak kecil yang harus dibantuin membuka pakaian."Apa harus kami bantu mandinya, Nona?""Nggak usah!" bentaknya."Baiklah, kalau begitu kami akan menunggu di sini untuk membantu mengenakan pakaian Anda," jelas salah satu dari mereka.Hana memasang wajah kesal. "Keluar sekarang!" bentaknya meminta keempat wanita itu untuk pergi."Maaf, Nona ... Tuan meminta kami untuk menyiapkan Anda."Menyiapkan katanya? Dikira dirinya sejenis makanan cepat saji yang harus disiapkan."Keluar sekarang!" Bentakan itu kembali ia ucapkan. Dan kali ini mereka setuju dan melangkah keluar dari kamar itu.Hana menutup pintu kamar dengan kasar dan menghentak-hentakkan kakinya sambil berteriak-teriak kesetanan. Jujur saja, ini sepertinya ia sudah mulai gila. Apa-apaan laki-laki mesum itu ... membawanya dengan paksa dan seka
Read more

BAB : 7

Justin mendekat kearah Hana. Tadi saat Alice berada di sana, dia hanya melonggarkan satu kancing kemejanya, tapi sekarang lihatlah, dia malah menanggalkan benda itu dari tubuhnya."Om, jangan melakukan apapun padaku!" teriak Hana mendorong Justin yang mendekat padanya. Bagaimana ia tak histeris dengan sikap Justin yang seperti itu."Han ... aku sudah memintamu untuk bersiap dari tadi tadi pagi dan kini sudah sore haripun kamu masih seperti ini. Apalagi kalau bukan menungguku yang harus turun tangan menyiapkanmu."Matilah ia kini. Itulah yang ada dalam pikiran Hana saat berhadapan dengan Justin. Demi apa jika sampai cowok ini bersikap aneh aneh padanya. Mana sampai buka baju lagi. Aduh, matanya sudah tak baik-baik saja saat ini.Justin menarik Hana menuju kamar mandi, meskipun gadis itu terus berteriak-teriak menolak."Jangan bilang kalau Om mau mandiin aku?" Hanya menebak."Tepat sekali," sahut Justin."Aku nggak mau! Aku bisa mandi sendiri, Om!" Teriak Hana."Telat! Kenapa saat aku s
Read more

BAB : 8

Dalam perjalanan, Hana terus bertanya dan bertanya kemana dirinya akan dibawa. Tapi Justin seolah tak berminat untuk menjawab pertanyaannya. Jangan-jangan ini om-om mau membawanya ke tempat penjualan anak? Duh, yang benar saja kalau iya.Mobil kini berhenti di sebuah rumah yang lumayan besar. Tak jauh berbeda dengan rumah milik laki laki ini. Pikiran Hana mulai berkecamuk, karena antara rasa takut dan penasaran seolah jadi satu di dalam otaknya."Ini rumah siapa, Om?" tanya Hana saat Justin memaksanya untuk turun dan masuk ke dalam rumah. Lagi-lagi pertanyaannya tak mendapatkan jawaban. Padahal tinggal menjawab, apakah jawabannya begitu sulit?Sampai di dalam, ia langsung memasang ekspressi kaget. Ada beberapa orang di sana yang sedang mengarahkan pandangan padanya. Parahnya lagi, di antara mereka semua ada kedua orang tuanya juga."Loh, Mama sama Papa kok ada di sini?" tanyanya bingung.Ia memang senang bercampur haru, tapi tentu saja masih bingung dengan semua ini. Nggak mungkin, ka
Read more

BAB : 9

Tak ingin panik, tak ingin cemas dan berharap tak ingin menghiraukan keadaan Justin. Entah kenapa rasanya kok sulit sekali ia lakukan. Bahkan rasanya seolah tak ingin beranjak sebelum dia sadarkan diri. Setidaknya ia akan ada di sini hingga Alice datang.Duduk di kursi yang ada di samping tempat tidur Justin, kini matanya justru memandang kearah cincin yang melingkar di jari manisnya. Kemudian beralih pada cincin yang ada di jari cowok yang belum sadarkan diri itu. Berniat menyentuh tangan dia, tapi dorongan pintu dengan kasar membuatnya tersentak kaget."Justin! Kamu kenapa? Apa yang terjadi sama kamu, sih?"Hana sampai menutup kedua telinganya saat mendengar rentetan panjang dengan volume level tinggi itu. Ya, siapa lagi yang punya mulut serombeng itu kalau bukan Alice.Kini fokus Alice beralih pada Hana dan berjalan mendekat. "Kamu ... pasti semua gara-gara kamu! Benar, kan? Apa yang kamu lakukan pada Justin?! Dasar gadis penggoda! Perusak rumah tangga orang. Harusnya kamu tak data
Read more

BAB : 10

Justin melepaskan Hana dari pelukannya, memastikan keadaan gadis yang tiba-tiba saja membuatnya jatuh cinta. "Ada apa? Kenapa menangis? Katakan padaku, Han?" tanya Justin. Hana melepaskan tangan Justin yang bertengger di kedua pundaknya. "Om, jangan bersikap seperti ini terus padaku! Aku capek dengan masalah yang ku hadapi. Apa perlu aku bersujud di kaki mu, agar mau melepaskanku dari semua ini?!" "Melepaskan? Maksudmu melepaskan kamu dari tanganku. Begitukah?" Justin terkekeh. "Jangankan melepaskan kamu dari kehidupanku, membiarkanmu lepas dari genggamanku beberapa detik saja tak akan ku biarkan. Jadi, jangan berharap banyak untuk itu, Hana." Hana berniat pergi dari sana, tapi dengan cepat Justin kembali menarik lengan dan mendorongnya hingga jatuh ke sofa. Tak hanya itu, kini Justin mencengkeram kedua lengannya dan menindihnya. "Sudah ku katakan, kan ... kamu nggak akan pergi dan nggak akan bisa kemana-mana tanpa ijin dariku. Paham?!" "Lepasin, Om ... ini sakit," ringisnya saa
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status