Home / Fantasi / Tumbal Pengantin Iblis / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Tumbal Pengantin Iblis: Chapter 71 - Chapter 80

89 Chapters

69. Istana Ibu Ratu Terbakar

Elard menghela napas lega melihat siapa yang melangkah mendekat. Lelaki itu tersenyum, wanita tadi memindai dari atas ke bawah melihat Elard menggendong Kalina hati-hati. Sang wanita membuka mulut hendak berkata. “Kami menemui seseorang, Ibu. Aku juga bertemu dengan Anantari.” Elard menjelaskan sebelum wanita itu buka suara. Wanita itu tersenyum mendengar nama putrinya disebut. Yah, wanita itu ibu dari Elard. “Dalam waktu dekat dia akan pulang.’ Elard menyampaikan pesan sang adik. “Syukurlah,” kata sang ibu, “Ah, cepat naik ke atas dan bawa gadis itu ke kamarnya,” bisik sang ibu. Elard menjawab dengan anggukan kemudian berlalu menaiki tangga menuju lantai dua. Sang ibu mengikuti dari belakang, Elard berpikir mungkin ada sesuatu serius yang membuat sang ibu bertindak demikian. Tanpa berkomentar, wanita itu tetap memperhatikan putranya pelan meletakkan Putri Aurora di tempat tidur. Klak! Elard menutup pintu kamar. “Katakan ada apa, Ibu?” “Gavin tadi datang membawa pesan raja, kau
Read more

70. Penghangat Ranjangnya (18+)

Zemira malam itu menyusup ke Istana Nigella sebagai seorang dayang. Dia berkeliling mencari keberadaan Kalina yang merupakan Putri Aurora. Pergerakan lamban sang ayah membuat gadis itu nekat untuk menyusup lalu berniat membunuh Kalina dan mengambil permata dalam tubuh gadis tersebut dengan paksa. Dia mengikuti arahan Fazwan, lelaki itu sendiri pun mengendap-endap ke tempat terpisah. Akan tetapi, dia hendak memasuki kamar yang biasa digunakan untuk Kalina semasa tinggal di Istana. “Apa yang kau lakukan di kamar kosong itu?” Ibu Ratu Layla datang menghampiri bersamaan dengan dua orang dayang yang mengikuti. “Ah, saya lihat kamar ini kotor Yang Mulia Ratu, saya berniat membersihkannya,” ujar Zemira. Ibu Ratu Layla mengernyit, “Semalam ini? Kau bisa melakukan besok bukan.” Wanita tersebut mulai curiga. ‘Meski aku dan beliau jarang bertemu, sepertinya dia curiga ini gawat. Semoga wanita tua itu lupa padaku. Bagaimana jika ada yang datang dan mengenaliku?’ pikir Zemira. “Maaf atas kelanc
Read more

71. Takdir yang Tidak Bisa Diubah

Pagi itu suasana mendung, seolah alam pun ikut berduka atas insiden kebakaran di Istana Timur yang menewaskan beberapa pengawal juga para dayang kepercayaan Ibu Ratu. Meski Raja Arsen dan yang lain curiga insiden tersebut adalah ulah pemberontakan Klan yang dimulai. Namun, mereka tidak mungkin bertindak gegabah. “Tidak mungkin, ini tidak mungkin.” Kalina terpekik memijat kening yang mendadak terasa berdenyut nyeri. Kalina terkejut Istana Ratu benar-benar terbakar, di mana Ibu Ratu meninggal dunia. Yang membedakan Raja Arsen tidak menikahi Zemira. Kalina kebingungan, jika takdir tidak dapat diubah bisa dipastikan jika kejayaan Kerajaan Nigella benar-benar akan runtuh karena pemberontakan atas perebutan Permata Aurora. Penghalang sekarang adalah permata tersebut telah menemukan wadah yang tepat, permata itu bersemayam di tubuh Kalina. Dan itu membuat gadis tersebut frustrasi bukan main, bisa dipastikan jika nyawanya terancam dalam bahaya. Mengingat rumor beredar terkait Pengantin Auror
Read more

72. Dua Orang Berbeda

Tuan Abraham terkejut, belum pernah ada gadis yang berani menyentuhnya. Meski Sekar dan Kalina memiliki wajah mirip, Abraham juga sama tidak mampu mengulik dan melihat keduanya dengan benar, seolah ada kabut tebal menyelimuti. Sama, tetapi mereka dua orang berbeda. Sekar terasa hangat, sedangkan Kalina, hanya dengan menyentuh lelaki itu akan merasa tenang, seperti sebuah kedamaian tiba-tiba muncul. Netra Sekar dan Abraham saling bertemu pandang, tetap lelaki itu tidak bisa membaca isi pikiran Sekar. Sedangkan dalam sekejap Sekar mampu melihat cuplikan kejadian semalam. Sekar melepas tangannya, Abraham masih melebarkan mata terkejut. “Kebakaran semalam, itu bukan ulah Anda, bukan? Saat itu Anda sedang berada di kediaman lalu Anda juga terkejut ketika mendapat kabar Istana Timur terbakar. Anda menemui Tuan Alex.” Sekar mengambil napas lalu tersenyum, “Terima kasih berkat Anda saya tahu siapa yang membakar Istana Timur. Saran saya, Anda perlu berhati-hati pada orang-orang di sekitar te
Read more

73. Para sesepuh Bertindak

Kejadian tidak masuk akal yang terjadi, membuat Abraham yakin jika apa yang dikatakan gadis mirip pengantin aurora itu benar. Abraham menyugar rambut dengan tangan kanan, lelaki itu tanpa berkomentar lagi menuju kamar. Dia yakin para sesepuh Kerajaan Nigella pasti akan bergerak secepatnya. “Sebelum hal merepotkan terjadi, aku harus segera bertindak.’ Tuan Abraham mengambil napas panjang dan dalam, dia tidak ingin terpancing emosi seperti semalam yang hampir berakhir mati sia-sia. ‘Sekarang aku hanya sendirian, sial sekali. Mengapa aku baru menyadari mereka mengkhianati diriku,’ pikir Abraham. Brak! Pintu kamar tertutup, suara gebrakan sampai ke lantai bawah. Zemira juga Alex saling pandang lalu mengulas senyum. Tentu apa yang mereka lakukan semalam akan dilimpahkan segalanya pada Abraham. Fazwan sudah menyiapkan sebelumnya. Malam itu, lelaki tersebut meninggalkan pin bros hiasan jubah khas dari keluarga Abraham. Tentu Zemira yang mendapatkan, dan lelaki itu berhasil melemparkan ke p
Read more

74. Tuan Abraham, Tamu tak Diundang

Sapuan angin menerbangkan rambut panjang Kalina, sekali lagi Elard terpana, Kalina membuat Elard frustrasi bahkan jika sehari dia tidak bertemu, rasanya membuat gusar dan hampir gila. Tidak jauh berbeda dengan gadis itu, di mana dia merasa hampir frustrasi, gelayar aneh menjalar di tubuhnya, perut terasa ada kupu-kupu terbang, rasa tidak mampu dideskripsikan menggunakan kata, jantung semakin bertalu-talu ketika berdekatan dengan Elard. ‘Kenapa aku jadi secanggung ini dengannya?’ keluh Kalina. ‘Tidak, sadarlah Kalina, ada hal penting yang harus kau sampaikan.’ Gadis itu menepuk kedua pipinya menggunakan tangan. “Kau baik-baik saja, Kalina.” Oh, apa itu mendengar suara Elard saja membuat darah berdesir, “Aku hanya sedikit mengantuk.” Dia beralasan. “Kalina!” panggilan suara membuat Kalina urung mengatakan maksud tujuannya. “Ah, Gavin, kapan kau datang?” Kalina tersenyum, entah mengapa ada perasaan aneh ketika dia menengok ke arah Elard. Seperti tidak rela ketika harus ada pengganggu
Read more

75. Memastikan dengan Ciuman

“Katakan, Kalina!” pinta Gavin memecah keheningan beberapa sejak beberapa saat lalu. “Di mana kita bisa mengetahui seluk beluk atau masa lalu Kerajaan Nigella?” “Perpustakaan Istana, di sana banyak buku-buku penting,” jawab Elard, “hanya saja—” “Tempat itu tidak bisa dimasuki sembarangan orang, hanya keluarga Raja dan juga para sesepuh yang mendapatkan izin.” Gavin menimpali. Kalina memijat kening, dia paham benar di tempat dia berada sekarang, buku dan sejenisnya adalah barang langka yang hanya dimiliki para bangsawan. Beberapa kali dia sempat mengunjungi perpustakaan di kediaman Elard, tetapi tidak ada hal penting selain buku kebijakan, ekonomi juga pasal pembukuan negara yang membuat kepala pusing. “Bisakah aku ke sana?” desah Kalina. “Bisa saja, jika meminta bantuan Raja Arsen. Terlebih para sesepuh itu menganggap kau calon Ratu masa depan Kerajaan Nigella,” ungkap Gavin. “Kalian tahu, keadaan ini membebaniku, aku tidak ingin menjadi istri raja atau pun ratu. Aku hanya ingin
Read more

76. Pengantin Aurora Calon Ratu Nigella

Kalina dan Gavin melangkahkan kaki menaiki anak tangga dan masuk ke dalam sebuah ruangan, tempat yang penuh warna dan ornamen emas. “Selamat datang.” Raja Arsen yang sudah duduk terlebih dahulu bersama Anantari dan Lamont menyambut. Kalina dan Gavin menundukkan kepala dengan tangan kanan menyentuh dada, “Kami memberi hormat kepada Yang Mulia.” “Astaga kenapa kalian begitu formal padaku? Lakukan saja seperti biasa, aku lebih menyukainya,” cebik Raja Arsen. “Itu akan menjadi hal tidak baik Yang Mulia, bagaimana mungkin kami melakukan hal tersebut,” ujar Kalina yang sempat belajar tata krama kerajaan di kediaman Elard. “Maaf saya terlambat.” Suara Elard membuat mereka menoleh ke belakang. “Duduklah!” titah Raja Arsen. Mereka pun kemudian duduk seraya berbincang, mulai dari pertemuan dengan Abraham, juga pergerakan para pemberontak dan para sesepuh yang semakin mendesak dan menekan setelah kematian Ibu Ratu Layla. “Saya rasa mereka sangat tidak sopan terlalu menekan anda, Rajaku.”
Read more

77. Reinkarnasi

Hampir tengah malam akhirnya mereka berkumpul di bukit belakang istana, di mana bulan bersinar terang. Untuk memastikan perasaan Kalina juga meminta bantuan Anantari untuk mengajak Sekar bertemu di bukit belakang istana Nigella. Kalina memperhatikan Gavin sepersekian detik, ada rasa yang tidak bisa dijelaskan dari semenjak dirinya ditolong Elard. Lelaki itu hampir mati menyelamatkan dirinya. Ada rasa bimbang, mengingat seringnya bertemu membuat Kalina mengingat kembali tunangan di masa depan. Untuk memastikan perasaan dan pilihan, maka Kalina harus bertindak untuk memantapkan diri sebelum kembali ke dunia asal. “Maaf kami terlambat.” Sebuah suara mengagetkan. Beberapa orang terkejut bukan main melihat seorang gadis lain berpakaian kebaya melangkah mendekat dalam guyuran cahaya bulan. “Astaga, apa aku bermimpi?” Gavin berucap. “Tidak, ini nyata, Gavin. Gadis ini bernama Sekar, sedang Kalina mungkin memang reinkarnasi dari Sekar di masa depan,” ungkap Anantari yang berjalan beriringan
Read more

78. Malam Panas di Pondok Istirahat (18+)

Menginap? Tentu saja itu tidak mungkin, Kalina lebih memilih diantarkan Elard kembali ke kediaman lelaki itu. Mereka melewati jalan rahasia yang pagi tadi ditempuh oleh Kalina dan Anantari. Sedangkan Anantari sendiri lebih memilih melewati jalan biasa untuk menghindari hal mencurigakan lain. Elard menggendong Kalina ala pengantin, lelaki itu melompat dengan cepat dan sesekali berlari menembus malam. Pemandangan sangat menakjubkan terlihat, banyak sekali kunang-kunang menghiasi sepanjang jalan yang terlewat. Baru Kalina teringat sesuatu. “Elard, apa ini tempat malam itu ketika kita pulang dari pondok Sekar?” Elard menghentikan lompatannya lalu menunduk untuk melihat wajah Kalina, pemuda siluman itu tersenyum, “Iya,” jawab Elard. “Apa aku boleh berjalan? Pagi tadi aku lewat sini dan jalan setapak sepertinya tidak terlalu licin.” Lelaki itu menimang sebentar, “Baiklah.” Dia menurunkan Kalina. “Terima kasih.” Gadis itu kemudian berlari, sepanjang jalan kunang-kunang mengelilingi mere
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status