Home / Rumah Tangga / TUKAR RANJANG / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of TUKAR RANJANG: Chapter 31 - Chapter 40

55 Chapters

Bab. 31

Prok! Prok! Prok! Suara tepuk tangan gemuruh terdengar setelah pintu terbuka. Nana mematung di tempat, begitu pun Adam yang berdiri di belakang dengan raut terkejut yang begitu kentara ketika menatap para crew beserta Danu sudah menunggu di luar ruangan. “Mabulous, mabulous! Ternyata lu bener, Bro, akting Nana nggak bisa diraguin lagi. Teriakannya tadi bahkan kedenger sampe ke ruang seberang. Apalagi, ekspresi wajah dan air mata buayanya! Ulala, ruaaarrr binasyah. Fix, untuk peran pelakor di sinetron ‘Air Mata Pelakor’ kita ambil dia, nggak perlu casting-casting lagi!” sahut Danu mantap. Adam seolah kehabisan kata-kata, dia hanya bisa mengurut kening. Sementara Nana, tertunduk dan berlalu setelah menerobos kerumunan. Danu mengerjapkan mata, dia terdiam sejenak, lalu mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. “Ng ... sorry, Bro! Apa akting harus sampe rusak properti juga?” cetus lelaki itu kebingungan menatap kanan dan kirinya. Adam mengacak rambutnya, setelah itu meraih do
last updateLast Updated : 2022-10-17
Read more

Bab. 33

Karin berjalan gontai keluar rumah Mbok Nah. Dia benar- benar terkejut dengan apa yang terjadi. Bagaimana mungkin hanya dalam kurun waktu tiga minggu keadaan berubah kacau. Perempuan itu merogoh tas, meraih ponsel untuk menghubungi ibunya. Namun, gerakannya terhenti saat melihat seseorang di depan pagar rumah Mbok Nah. “Om Baim!” seru Tiara hendak berlari ke arah lelaki itu. Namun, refleks Karin menahannya dan menuntun tangan bocah tersebut untuk bergegas jalan melewati Baim. “Karin, tunggu!” Baim mencekal tangan perempuan itu dan menariknya mendekat.“Maaf, Mas.” Bergegas Karin menepisnya. “Kita udah nggak ada urusan.” “Demi Tuhan, aku nggak bisa lupain kamu, Rin. Lagi pula sebentar lagi aku mau cerai. Kita bisa mulai lag—” “Aku denger perceraian kalian diundur? Udah saatnya kamu bersikap dewasa, Mas. Lupain masa lalu kita. Sejak hari itu, kita udah bukan lagi pasangan yang merencanakan masa depan bersama. Kita sudah sama-sama memutuskan untuk menjadi orang asing dan saling me
last updateLast Updated : 2022-10-17
Read more

Bab. 34

Mereka sampai di rumah sebelum Maghrib. Adam turun lebih dulu kemudian memangku Tiara yang ketiduran di bangku belakang. Sementara Karin, meraih beberapa bingkisan berisi makanan siap saji yang dibeli dari restoran sebelah Pizza Hot dalam perjalanan pulang. “Kita sholat Maghrib dulu baru makan malem. Iga sama sop buntutnya suruh Bi Narti angetin,” sahut Adam sebelum berjalan lebih dulu untuk menidurkan Tiara di kamarnya. Karin mengangguk paham, kemudian mengekori suaminya berjalan ke arah yang berlawanan. “Bi, tolong diangetin, ya! Buat makan malem,” ucap Karinpada Bi Narti yang kebetulan tengah memanaskan sesuatu dalam microwave. “Baik, Bu. Makannya mau udah Isya? Biar bibi langsung siapin.” Wanita setengah baya itu mengambil alih bingkisan di tangan Karin, lalu meletakkannya ke atas meja. “Iya, Bi. Kita sholat terus mandi dulu baru makan, soalnya tadi habis makan pizza,” jelas Karin setelahnya naik menuju kamar di lantai tiga. Melewati kamar Tiara, tiba-tiba langkahnya terhen
last updateLast Updated : 2022-10-18
Read more

Bab. 35

“Hati-hati di jalan, ya, Mas.” Adam tertegun saat Karin tiba-tiba meraih punggung tangan, lalu menciumnya. Padahal sebelumnya tak pernah seperti ini. Mengantar sampai depan rumah pun sangat jarang. Pada akhirnya, lelaki itu tersenyum kemudian mengusap kepala Karin. Dia tampak mengangguk sebelum masuk tergesa ke dalam mobil. Buru-buru Adam menutup pintu, lalu bersandar di jok. Lelaki itu memegangi dadanya yang tiba-tiba berdebar keras. “Jantung kampret! Hampir aja ketahuan.” Setelah berhasil mengontrol debaran jantungnya yang tiba-tiba menggila, Adam melirik Karin di balik spion. Perempuan itu masih terjaga di sana. Menunggunya. “Ya Allah, manis banget si Karin,” gumamnya sebelum memutar setir dan berlalu. “Jadi males kerja kalau kayak gini.” Segera Adam menggelengkan kepala. “Oke, lo bisa, Dam. Berangkat!” gumamnya meyakinkan diri sendiri. Sepeninggal Adam, Karin baru saja hendak masuk ke dalam saat sebuah mobil asing berwarna kombinasi pink dan hitam tiba-tiba memasuki pelat
last updateLast Updated : 2022-10-18
Read more

Bab. 36

Di depan pelataran luas itu, Hamdan mengumpulkan banyak orang berseragam hitam untuk mencari Nana. Segerombolan orang tersebut diketahui sebagai jaringan intel rahasia yang biasa digunakan jasanya oleh para pejabat dan pengusaha kaya yang ingin segera menyelesaikan kasusnya tanpa melibatkan polisi. “Cari anak kurang ajar itu sampai ketemu. Selama dia masih hidup, bagaimana pun kondisinya ... bawa ke hadapan saya!” seru Hamdan. Serentak pasukan berseragam yang terdiri dari lima belas orang tersebut balik kanan dan berpencar. Dua minggu sudah berlalu sejak kepergian Nana. Kondisi keluarganya seolah kacau-balau dan tak terurus. Kabar tak mengenakan mulai terdengar publik. Beberapa isu dari artikel yang dimuat koran mulai merusak citra keluarga dan perusahaannya. Harga saham merosot, banyak investor yang menarik kerja samanya juga permintaan pasar pun turun drastis. Hamdan Adiguna melangkah masuk ke dalam rumah, menatap istrinya yang duduk di kursi roda sekilas. “Jangan pernah hubun
last updateLast Updated : 2022-10-19
Read more

Bab. 37

Seketika tangis Karin tumpah tak terbendung mendengar ketulusan itu terpancar dari mata Adam. Dari mata lelaki yang bahkan tak pernah dia pandang istimewa mulanya. Lelaki yang sering kali dia abaikan, sering kali tak dia anggap keberadaannya. Seorang suami yang ternyata begitu peduli padanya, hingga rela melibatkan diri dalam konflik pelik keluarganya. Dia benar-benar tak menyangka. Di balik sikap keras Adam, justru tersembunyi hati sebesar dan selapang ini. Jadi, inilah sosok Adam sebenarnya. Seketika hatinya terasa sesak, di satu sisi juga menghangat. Tiba-tiba Pak Wahyu bangkit. Dia berdiri di hadapan putranya, lalu menepuk bahu Adam. “Papa bangga sama kamu, Dam.” Seketika Adam sudah ada dalam pelukan Pak Wahyu. “Selama ini kami salah menilaimu, Nak. Ternyata ilmu yang Papa ajarkan masih melekat dalam hatimu, iman itu masih kuat tertanam di sini. Dari semua lelaki selain Nabi, yang Allah muliakan tak lain adalah dia yang bertanggung jawab atas setiap wanita di keluarganya. Ka
last updateLast Updated : 2022-10-19
Read more

Bab. 38

Perempuan itu meletakkan ponsel sesaat setelah sambungan telepon terputus, kemudian dia menatap selembar foto di mana potret dirinya berseragam SMA tengah berdampingan dengan lelaki berpenampilan sedikit berantakan. Rambutnya gondrong terikat dengan celana sobek-sobek. “Jadi begini akhirnya, Mas?” Dia meraih pemantik di sisi tubuh, lalu menyalakannya untuk membakar foto tersebut, setelahnya dia buang ke tempat sampah. Tak ada satu pun yang berpihak padanya kini. Hidup pun serasa tak ada artinya. Dia memang selalu mendapat perhatian penuh, tapi tak pernah merasa benar-benar dicintai. Orang selalu menganggapnya sakit, padahal dia tak merasa demikian. Inilah yang membuatnya selalu merasa iri pada Karin. Perempuan itu memang tidak ada apa-apanya dibandingkan dirinya, tapi entah kenapa dia mudah sekali bergaul, dicintai, dan aktif dalam segala hal. Namun, Nana? Jangankan untuk berkumpul, berkomunikasi atau hang out dengan orang banyak dan berada di tengah-tengah keramaian pun dia mera
last updateLast Updated : 2022-10-20
Read more

Bab. 39

"Hoeekk ...."Karin bangkit dari ranjang dan berlari menuju wastafel untuk muntah, ketika merasakan perutnya bergejolak dan memaksa sesuatu di dalam sana untuk dikeluarkan. Selepas subuh tadi dia memutuskan untuk tidur lagi sebentar karena merasa begitu lemas. Sudah beberapa hari ini kepalanya sering sakit dan mual di pagi hari. Semua berawal saat Karin pulang dari rumah mertuanya, dan merasa mual mencium bau Sop Buntut yang mulanya begitu ia sukai. Sudah satu jam berlalu sejak Adam berangkat ke studio. Lelaki itu sempat menawarkan kepada istrinya untuk pergi ke rumah sakit karena khawatir melihat wajah Karin yang terlihat lebih pucat dari biasanya. Namun, Karin menolak karena merasa ia masih baik-baiknya. Sembari membasuh mulut, perempuan berkulit pucat itu menatap pantulan dirinya dalam cermin, lalu tertegun sejenak. "Mungkinkah?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja. Akhirnya setelah beberapa saat menimbang-nimbang. Karin beranjak, kemudian berjalan menuju ruangan kamar. Merai
last updateLast Updated : 2022-10-20
Read more

Bab. 40

Satu bulan kemudian .... Perempuan itu terlihat berdiri di depan balkon. Memperhatikan warna senja memudar digantikan pekatnya malam di balik jendela yang terbuka. Angin berembus pelan, menggerakkan dedaunan dan dahan pohon yang menjulang sampai lantai teratas bangunan setinggi tiga tingkat tersebut.Angin lembut itu seolah membawa pikirannya lari berkelana menuju masa lampau. Masa-masa di mana dia habiskan waktu merutuki takdir dalam diam, menangis dalam bungkam, hingga berteriak tanpa suara.Sampai akhirnya, dia berada di titik ini. Kondisi di mana semua beban yang ditangguhkan terangkat dari bahunya, duri yang ditancapkan terlepas dengan sendirinya, dan benteng yang membatasi pintu hatinya roboh begitu saja.Empat tahun lebih enam bulan tepatnya. Tak terasa sudah selama itu dia hidup bersama orang asing yang akhirnya bisa menarik dia dari belenggu. Seorang lelaki yang mulanya membuat dia menjalani hubungan tanpa perasaan, penuh dengan keterpaksaan, dibumbu kecemburuan, hingga b
last updateLast Updated : 2022-10-21
Read more

Bab. 41

"Gimana keadaan Nana sekarang, Im?" Suara perempuan berusia 60-an dengan wajah oriental itu terdengar bersamaan dengan langkahnya menuju ruang VIP di salah satu rumah sakit ternama di Jakarta. Baim mengalihkan pandangan dari wajah Nana yang terbaring di brankar dengan wajah pucat dan selang infus di lengan. "Kondisi kandungannya lemah, Ma. Kata dokter Nana juga kurang gizi makanya harus rawat jalan biar bisa infus. Belum lagi kondisi kejiwaannya yang semakin hari semakin buruk." Kepala Baim tertunduk saat menerangkan kondisi Nana sebulan belakangan setelah ia dapati sang istri hampir mati bunuh diri di kafe-nya sendiri. "Perceraian kalian?" "Udah Baim tarik gugatannya. Entah, Ma. Baim bener-bener ngerasa tolol aja selama ini. Empat tahun, empat kami jalani pernikahan dengan hambar. Tak ada cinta kasih atau kemesraan layaknya pengantin baru yang mengarungi biduk rumah tangga. Bahkan setelah kita melakukan hubungan, Baim memilih tidur di sofa. Mengabaikannya yang seringkali menangis
last updateLast Updated : 2022-10-21
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status