Home / Rumah Tangga / TUKAR RANJANG / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of TUKAR RANJANG: Chapter 41 - Chapter 50

55 Chapters

Bab. 42

“Hmmm ... roman-romannya ntu muka dari hari ke hari makin berseri-seri aja. Hayo jujur sama gue, lo abis dapet apaan?” seru Danu saat melihat Adam melenggang masuk ke dalam studio sembari senyum- senyum sendiri. “Kepo lo!” cetus Adam, kemudian duduk di samping Danu. “Mana anak-anak? Kita mulai sekarang syutingnya.” “Hacie ... semangat bener yang pengen cepet-cepet pulang,” goda Danu. Dia tampak memjawil-jawil dagu Adam dan tersenyum penuh arti. Tak! Adam menepis tangan lelaki itu, lalu berdecak sebal. “Eh, Pepita!” seru Danu tiba-tiba bangkit, saat melihat seseorang yang baru saja masuk ke dalam studio. “Pevita, Pe’a!” Adam menoyor kepala Danu saat menyadari siapa yang datang.“Ya mangap, keserimpet dikit,” belanya. “Nah, pemeran utamanya udah dateng. Ali Sueb bilang dia nyusul ke lokasi. Ya udah, kita duluan aja,” ucap Adam.“Maaf, ya, kalian lama nunggu. Tadi anakku nggak mau ditinggal,” ucap perempuan berdarah Jerman itu tak enak hati membuat produser dan sutradara harus me
last updateLast Updated : 2022-10-22
Read more

Bab. 43

“Kok, kamu tahu, Pev?” timpal Danu. Karin terbungkam. Sedangkan Adam, lelaki itu mematung di tempat. “Wanita hamil itu bisa kelihatan perbedaannya, Dan. Masa kamu nggak sadar. Liat, deh! Dia lebih berisi dari terakhir kali aku lihat di acara award, auranya juga cantik banget,” papar Pevita semringah.Sebelum terjun ke dunia entertainment, Pevita memang sempat kuliah kedokteran dengan bidang obgin. Namun, dia berhenti di tahun ketiga karena hamil setelah menikah dengan salah satu pengusaha batubara sebelum bercerai empat tahun lalu. Jadi, kalau hanya untuk membedakan perempuan hamil, dia bisa melihatnya dengan mata telanjang dan tanpa tindakan medis. Bu Nisa yang tak kalah terkejut itu pun bangkit dari kursi di samping suaminya dan berjalan menghampiri Karin. Dia usap perut bagian bawah Karin, lalu mengernyit. Keras. “Bener, Rin?” tanya perempuan setengah baya itu pada menantunya yang hanya bisa tertunduk diam. “Loh, emangnya nggak pada tahu? Ya ampun, maafin kelancangan saya,”
last updateLast Updated : 2022-10-23
Read more

Bab. 44

Karin hanya diam mematung. Dia tampak menatap Adam sekilas, lalu mengangguk kepala tanda kalau dia baik-baik saja. Diraihnya kedua sisi bahu Hamdan, lalu menuntunnya untuk bangkit. “Karin udah maafkan kalian, kok, Yah. Allah aja Maha Pemaaf, kenapa kita yang cuma makhluk fana harus jadi pendendam?” ucapnya sembari tersenyum. Tak mudah memang. Dia memang bukan tipe manusia munafik yang bisa memaafkan begitu saja setelah semua kemalangan yang menimpanya. Namun, dari semua itu Karin bisa belajar. Belajar bagaimana cara mengikhlaskan. Toh, bila semua ini tak terjadi, dia tak akan ada di titik ini. Berdiri di samping Adam sebagai pendamping hidupnya, menjadi menantu dari keluarga yang begitu luar biasa ini. Selalu ada pelangi setelah badai, bukan? Tuhan selalu adil membagi setiap nikmat dan musibah, lalu untuk apa menghabiskan waktu hanya untuk mengeluh dan merutuk? Dia pun tahu, bagaimana cara membahagiakan hamba yang mendekatkan diri pada-Nya. Lalu, untuk apa kita harus merasa tak
last updateLast Updated : 2022-10-23
Read more

Bab. 45

"Dan, waktu bini lu hamil si kembar dia ngidam nggak?" tanya Adam tiba-tiba di tengah break syuting. Berlokasi di daerah Jakarta Utara untuk ke sekian kalinya Adam dan Danu terlibat dalam satu project yang sama dalam menggarap sebuah film bergenre roman-religi. "Sumpeh lo?" Hampir saja Danu tersedak cappuccino dingin yang disesapnya dalam cup berukuran sedang. "Ya jelas ngidamlah. Macem-macem malah. Saat ntu bini gue sampe pernah ngidam kepengen pentol isi usus ayam, pan bingung gue nyarinya.""Oh." Adam hanya bisa menggaruk rambut mendengarnya. "Kenapa emang?" Danu balik bertanya. Adam tampak menimbang-nimbang sejenak sebelum akhirnya ia mulai mengutaran kebingungannya. "Tapi, kok bini gue beda, ya?" cetus Adam."Tiap ibu hamil emang beda-beda kali ngidamnya. Biasa ntu," papar Danu. "Bukan gitu, gue heran karena dia kayak nggak pernah ngidam.""Eh, serius? Karin nggak pernah minta apa-apa emang selama ini?" Danu menegakkan tubuhnya yang semula bersandar di tangan kursi. Adam m
last updateLast Updated : 2022-10-24
Read more

Bab. 46

"Loh, Karin? Mau beli manisan juga? Si Adam mana?" "Eh, Mama!" Karin tak menyangka akan bertemu dengan Bu Nisa setelah mobil turun dari mobil yang terparkir di depan toko manisan. Tak heran memang mengingat tempat ini tak jauh dari kediaman mertuanya. "Iya, Ma. Nggak tahu kenapa tiba-tiba kepengen banget manisan. Udah muter-muter daerah Menteng tapi ketemunya di sini. Oh, iya Mas Adam ada syuting hari ini, Karin berangkat sama Mang Midun.""Iyakah? Ya ampun. Suami macam apa dia, istri ngidam, berangkat sendiri cari-cari manisan. Emang kebangetan si Sadam.""Eh, nggak apa-apa, kok, Ma. Lagian Karin juga butuh gerak dan jalan-jalan ke luar.""Nggak bisa gitu, dong. Itu namanya kurang diperhatikan. Kalau istri lagi hamil itu suami harus siap siaga dua dua puluh empat jam!"Karin tampak meringis, setelahnya perempuan itu hanya bisa menggaruk kepala yang tak gatal saat melihat Bu Nisa mulai mengeluarkan ponselnya. "Nggak apa-apa, kok, Ma. Serius. Nggak enak ganggu Mas Adam yang lagi ke
last updateLast Updated : 2022-10-24
Read more

Bab. 47

Tepat ketika panggilan telepon terputus, Karin diam tertegun lama. Berbagai pikiran buruk tiba-tiba berkecamuk membuat perasaannya mendadak tak tenang. Seolah masih lekat dalam ingatannya bagaimana Nana memberikan Tiara yang masih bayi merah tanpa rasa bersalah dan sedih sedikit pun hanya dengan sehelai selimut di tengah dinginnya Kota Lost Angeles..."Ini, Mbak ambil! Aku nggak tahan dari semalem dia nangis terus."Karin mengambil alih bayi merah di pangkuan Nana. Dia ulurkan tangan meraihnya dari pelukan sang ibu. Berusaha melupakan rasa sakit akibat caci-maki serta sumpah-serapah yang terlontar dari mulut Hamdan saat itu, setelah memutuskan untuk mengakui kesalahan yang tak pernah dia lakukan. "Sekarang, Mbak udah nggak perlu pura-pura hamil lagi. Dan aku bisa pulang ke Indonesia," ucapnya.Karin menatap perempuan muda di hadapannya ini dengan nanar. Dia benar-benar tak mengerti di mana dia tanggalkan rasa empati itu, hingga dengan mudah memberikan bayi yang sudah sembilan bul
last updateLast Updated : 2022-10-25
Read more

Bab. 48

"Hei, hei! Tenang, Sayang. Walaupun mereka orangtua kandungnya tapi kita yang merawatnya sejak bayi merah. Lagi pula Baim tak mempunyai nasab dengan Tiara karena hubungan terlarang itu. Aku janji sama kamu, saat Tiara dewasa nanti kita yang akan menjadi saksi sekaligus wali dalam pernikahannya. Dia anak kita, tak ada yang bisa menyangkal itu." Adam tarik pelan Karin dalam pelukan, lalu mendekap erat tubuhnya yang lebih berisi semenjak hamil. "Maaf, ya, Mas. Entah kenapa semenjak hamil perasaanku jadi sensitif banget. Nonton film yang nggak ada sedihnya juga malah pengen nangis. Aneh banget."Adam tersenyum kecil, lalu mengusap kepala Karin yang terlindung khimar. "Nggak apa-apa. Asal jangan pas aku lagi pengen nengokin anak kita aja kamu tiba-tiba nangis. Itu baru aneh.""Mas!" Mata Karin langsung membulat, dia beranjak dari dekapan Adam dengan bibir mengerucut. "Haha ...."***Di sebuah kamar dalam rumah sakit rehabilitasi itu Baim tampak tengah menyisir rambut Nana yang kini tak
last updateLast Updated : 2022-10-26
Read more

Bab. 49

Berbagai kecamuk pikiran menggelayut di benak Karin. Potongan-potongan ingatan masa lampau datang menyerbu secara bersamaan, ketika dia kembali dihadapkan dengan seseorang yang menjadi bayang hitam masa lalunya yang kelam.Hampir semua yang pernah dia punya direbut paksa, hingga meninggalkan luka menganga yang sulit sembuhnya.Ketakutan itu masih terus ada, meski berkian kali Karin coba menyingkirkannya. Bahkan saat pertama kali menginjakkan kaki di bangsal rumah sakit jiwa ini.Namun, saat melihat sosok yang begitu mengenaskan dengan perut buncit itu berlari dalam peluknya, semua ketakutannya perlahan sirna."Ada apa, Na?" Pada akhirnya Karin hanya bisa mengelus punggung kurus Nana yang bergetar hebat dengan sangat lembut. "Maaf, Mbak. Maaf, maaf." Kalimat itu Nana ucapkan berkali kali dengan isak tangis pilu. "Hei, udah lama Mbak maafin kamu tanpa diminta, Na!" Karin mengurai pelukan, dia dapati perempuan itu hendak berlutut, tapi segera Karin raih kedua sisi pundak ringkihnya dan
last updateLast Updated : 2022-10-27
Read more

Bab. 50

Pesta ulang tahun Nana menjadi penyambung silaturrahmi antar keluar yang hampir puluhan tahun tak bersua. Kakek dan Nenek Tiara dari dua belah keluarga Karin, Nana, Adam, serta Baim turut serta tiba memeriahkan acara. Dituntun Baim turun dari mobilnya, Nana terlihat begitu bahagia menginjakkan kaki di rumah Karin dan Adam. Mereka menyalami satu per satu anggota keluarga sebelum duduk di bangku paling depan menyaksikan bagaimana bocah lucu itu tertawa riang menyaksikan teman-teman serta semua keluarga berkumpul di satu tempat yang sama. "Aku nggak pernah liat suasana sehangat dan seramai ini bahkan saat lebaran tiba," ujar Nana masih dengan pandangan yang mengitari sekeliling ruang. "Udah puluhan tahun, Mas. Puluhan tahun sejak Tukar Ranjang pertama kali dilakukan orang tuaku dan Mbak Nana. Ini pertama kalinya kita berkumpul sebagai satu keluarga utuh tanpa ada konflik yang mengiringinya."Baim hanya bisa tersenyum sembari meremas-remas jemari istrinya. Entah kapan sejak terakhir ka
last updateLast Updated : 2022-10-27
Read more

Bab. 51

"Innalilahi wa innalilahi rojiun."Tanpa sadar ponsel Karin terlepas dari genggaman tangannya. Bagai palu godam yang baru saja menghantam, untuk seperkian detik napasnya terasa sesak, dengan dentaman jantung yang bertalu-talu ngilu. Satu jam mereka saling memaafkan. Baru satu jam setelah perempuan itu memeluknya erat bahkan hendak bersujud di kaki untuk meminta pengampunan. Belum ada dua puluh empat jam sejak ia meminta Tiara memanggil mama. Maut, memang demikian itulah adanya. Ia kerap datang di waktu-waktu tak terduga tanpa manusia sangka-sangka. Secara seketika menampar bahwa hidup memanglah sementara. Nana masih muda, usianya belum sampai dua puluh tiga. Psikolog belum memastikan kesembuhannya, tapi yang Karin lihat satu jam lalu dia sudah cukup normal meskipun keadaannya mengkhawatirkan. Perempuan itu bahkan kehilangan delapan kilogram bobot tubuhnya di tengah kandungan yang sudah mencapai tujuh bulan. Mata yang biasa menyorot bening dengan riasan sederhana, kini tampak cekun
last updateLast Updated : 2022-10-28
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status