Home / Romansa / Pelayanan Kamar Spesial / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Pelayanan Kamar Spesial: Chapter 21 - Chapter 30

63 Chapters

Kebahagiaan Semu

"Dia anakku, kan?"Gerakan David yang baru saja hendak memutar hendel pintu terhenti. "Iya."Deg!"Kalau begitu, mari kita menikah!"Tangan besar itu mengepal seketika. Tubuhnya mundur selangkah dengan rahang yang sudah mengeras dan wajah merah padam. Emosi yang baru saja teredam kembali muncul ke permukaan. Panas yang menjalari kepala sampai ke ubun-ubunnya bukan hanya karena perempuan yang dia suka baru saja dilamar kakak tirinya, tapi juga fakta bahwa anak yang dikandung Melinda adalah benih Candra."Bang! Ada apa?" Dini yang baru saja datang dibuat keheranan karena melihat David hanya berdiri mematung di depan ruangan. "Udah samperin Melinya?"Lelaki itu hanya menoleh sekilas, lalu pergi begitu saja tanpa menjawab. "Kenapa, sih tuh orang?" Dini menggerutu. Kemudian mengedikkan bahu. Memilih mengabaika David, dia mengulurkan tangan hendak membuka pintu, tapi seseorang sudah mendahului dari dalam.Bola mata perempuan itu melebar saat melihat siapa yang berdiri di hadapannya seka
Read more

Korban Sebenarnya

"Ceritain semua tentang Melinda, selain nama aslinya yang adalah Melisa."Dini mengernyitkan dahinya saat Melihat David datang tiba-tiba menemuinya yang baru saja keluar dari ruangan Melinda dan langsung menyeretnya menuju taman. "Anjir mulut lu bau naga, Bang. Habis mabok, ya? Gue yakin bukan semprit yang sekarang mah." Dini menutup hidungnya saat Cakra berbicara tepat di depan wajahnya. "Iya. Gue baru pulang dari club langsung ke sini," jawab David santai, sembari menuntun Dini untuk duduk di kursi taman bersamanya. "Edan emang lu, ye," sungut Dini kesal. "Emang iye. Dari kemarin gue dah kayak orang gila, Ndut. Sakit banget nih kepala. Gue butuh pencerahan sebelum hajar tuh orang," aku David sembari menggaruk rambutnya yang sudah semrawut. Mata Dini langsung melebar mendengarnya. "Minta pencerahan kok mau hajar orang? Sinting juga ada levelnya kali, Bang. Lu mah udah over dosis," ledek Dini sambil melet. "Dahlah. Nggak usah banyak cing-cong, Ndut. Langsung ceritain aja sama g
Read more

Keputusan

"Jadi, sekarang rencana lo gimana?" David bertanya tentang keputusan Candra setelah diskusi panjang mereka."Gue bakal tetep nikahin Melinda dan lamar dia di acara ulang tahun papi di aula apartemen akhir pekan ini," pungkasnya."Terus kalau masa lalu lo sama Danita kebongkar gimana?""Setiap tindakan selalu ada resikonya, Dave. Dan gue udah siap untuk itu. Setidaknya gue masih punya itikad baik buat tanggung jawab walaupun kehamilan Melinda bukan sepenuhnya salah gue.""Tapi pernikahan kalian terjalin bukan atas dasar cinta. Lo mau semuanya berakhir kayak papi, Bu Nina, dan mami?""Nggak semua pernikahan yang berawal tanpa cinta itu berakhir dengan perpisahan, David. Selalu ada jalan untuk orang yang mau berusaha. Sebisa mungkin gue akan berusaha mempertahankan pernikahan kita nanti. Gue yakin Cakra pun begitu. Dia cuma perlu dihajar dulu biar sadar.""Lo bisa ngomong sesantai ini seolah-olah udah bener-bener bisa lepas aja dari masa lalu. Padahal gue tahu gimana bucinnya lo sama Dan
Read more

Bertepuk Sebelah Tangan

Ceklek! Cakra hampir terlonjak dari tempatnya saat melihat Dini dan Melinda tiba. Namun, Danita segera menahan pergerakan lelaki itu beberapa detik sebelum dia beranjak dari sisinya."Ah, maaf kalau aku ganggu," cetus Melinda sungkan setelah beberapa saat terdiam memperhatikan Cakra membelai perut buncit kakaknya. "Nggak apa-apa, kok, Mel. Duduk sini!" sahut Danita dengan senyum lebar seperti biasanya. Melinda dan Dini pun duduk di sofa tepat di tengah-tengah Arka yang sedang asik menonton kartun dalam gadgetnya. Sesekali mereka mengelus dan mencubit pipi gembil bocah tampan itu."Gimana keadaan kamu? Maaf kalau a--saya nggak sempat nengok. Soalnya dari kemarin repot. Mungkin nanti kita akan mempertimbangkan untuk mengambil jasa baby sitter untuk membantu merawat Arka." Cakra memulai percakapan setelah beberapa saat berusaha menata hatinya ketika melihat kehadiran Melinda yang tiba-tiba. "Udah baikan, kok, Mas. Lagian aku cuma demam biasa. Minum antibiotik dan dirawat semalam juga
Read more

Berusaha Merelakan

"Kasih informasi apa Dini sama kamu?" tanya Melinda sepeninggal sahabatnya sembari memencet password pada unit apartemennya."Biasa. Info tentang cewek-cewek seksi di unit ini," jawab David dengan kerlingan.Melinda memutar bola mata, lalu mempersilakan David masuk. "Tumben kamu mau dateng ke sini sampe bela-belain nunggu. Biasa juga nelepon seenak jidatnya buat nyamperin ke sana," cibir perempuan itu sembari merobohkan diri atas sofa. "Mana bisa aku biarin bumil cantik capek-capek jalan ke lantai sepuluh," dalihnya sembari duduk di samping Melinda dan merangkulnya. "Bukannya kata Dini kamu shock karena aku hamil makanya dari kemarin menghindar, hem?""Kata siapa?" David membulatkan matanya. "I am happy for you, Honey.""Nggak usah turut bahagia. Kehamilan ini bukan sesuatu yang patut dibanggakan." "Loh, kenapa? Emang nggak ada bapaknya? Mau aku wakilin?"Melinda mencebik. Kemudian menepis tangan David yang mulai menyelus-elus bahunya. "Nggak usah. Makasih. Ada bapaknya, kok. Dan
Read more

Kencan

Di sebuah kedai jajanan tradisional yang khas dengan wangi kencur itu terlihat David dan Dini tengah duduk di salah satu kursi. Menikmati seblak dalam mangkuk yang sama-sama penuh. Tak lupa es jeruk dalam sebuah mug besar sebagai penghilang dahaga, walaupun jelas komposisi keduanya sangat tak baik untuk kesehatan tenggorokan. Namun, beberapa orang masih saja memesan menu yang sama, mengingat makanan pedas dicampur minuman dingin adalah kombinasi yang sangat nikmat. Begitu pula yang dirasakan oleh dua orang tersebut. "Ternyata gini rasanya ditolak, sebelum nembak." David membuka percakapan setelah lama keduanya hanyut dalam keheningan. Pandangan lelaki tampan itu masih belum beralih dari mangkuk berisi seblak yang dia aduk-aduk di hadapan. "Gue kira laki kalau lagi galau loncatnya cari cewek lain, atau seneng-seneng di luar. Taunya sama-sama lari ke seblak juga." Dini yang sejak tadi memperhatikan gelagat aneh David menanggapi. Dia terlihat heran saat lelaki itu tiba-tiba mengajaknya
Read more

Awal Semuanya

Melisa tersenyum tipis. Dia menarik napas sejenak saat sosok lelaki dari masa lalu tiba-tiba mengusik pikirannya. Lelaki ini jelas sangat berbeda dengan Cakra meskipun keduanya memiliki paras yang identik. Sikapnya tegas, to the point, dan sedikit menuntut. Berbeda dengan Cakra yang lembut, berputar-putar dalam komunikasi,dan pengertian.Mengingat itu membuat Melisa merutuki diri. Lagi pula untuk apa membandingkan mereka? Sudah jelas Candra dan Cakra adalah dua orang yang berbeda."Oke. Tunggu sebentar, saya siap-siap dulu.""Boleh aku nunggu di dalam?" pinta Candra yang membuat Melisa terdiam cukup lama. Perempuan itu terlihat ragu, sebelum mengangguk pelan."Masuk, Mas!" Melisa melangkah lebih dulu, lalu mempersilakan Candra yang terlihat berjalan pelan sembari mengedarkan pandangan ke sekeliling unit Melisa yang baru pertama kali disinggahinya. Mereka memang biasa bertemu di unit Candra, dia yang memanggilnya. "Silakan duduk, biar saya siapkan mi--"Candra menarik tangan Mel
Read more

Pertemuan Saudara

"Gosah diliat, Ndut. Pura-pura nggak kenal aja!" cetus David cepat, sembari menarik tangan Dini agar berbalik membelakangi Melinda dan Candra yang baru saja tiba. Dini menggaruk rambut. "Why? Kenapa nggak disamperin aja? Kita bisa jalan sama-sama, makan bareng. Kan seru!" sahut Dini. David menggeleng cepat. "Seru dengkul lo. Nggak. Pokoknya kita jalan masing-masing," tolak David keras. "Lo kenapa, sih, Bang? Kayak lagi kepergok mantan yang jalan sama pasangan barunya. Padahal itu cuma si Meli! Your bestie!" Dini terlihat mulai kesal dengan kelakuan random David. Bagaimana bisa hanya bertemu dengan Melisa dan Candra, menjadi masalah besar baginya? "Nggak. Pokoknya nggak. Kasian ati sama perasaan gue, Ndut. Kesiksa entar," aku David memelas. Mendengar itu sontak Dini mengejapkan mata, lalu membelalak setelahnya. "Jadi cewek itu Meli--hmppt." Buru-buru David membekap mulut Dini, sebelum sempat gadis itu berteriak histeris. "Pelan-pelan, Maemunah. Lo mau kita ketauan!" bisik David
Read more

Tragedi Lift

Perempuan berlesung pipit itu terjaga dalam tidurnya. Dengan posisi menyamping dia menatap sang suami yang terlelap di balik cahaya temaram. Jemari lentiknya terulur menelusuri struktur wajah rupawan yang dipahat Tuhan sedemikian sempurna. Rahang yang kokoh, hidung bertulang tinggi, dahi tegas, bibir sedang, dan bulu mata nan lebat.Dia rela melakukan apa pun untuk mempertahankan lelaki ini tetap di sisinya. Tak ada yang tak mungkin. Seiring berjalannya waktu, batu yang keras saja bisa terkikis tetesan air. Begitu pun hati Cakra. Dia percaya lelaki ini akan melunak. Setelah kelahiran bayi mereka, setelah dia berhasil menggantikan tahta wanita dari masa lalunya. Danita yakin. Ikatan mereka lebih kuat daripada kenangan masa lalu keduanya.Sebisa mungkin Danita akan menyingkirkan segala hal yang menghalangi mereka. Termasuk orang-orang terdekatnya. Perempuan itu beranjak dari ranjang setelah mendaratkan kecupan lembut di dahi Cakra. "Aku mencintaimu, Mas. Sangat. Jadi, tolong ... lupa
Read more

Perdebatan

Ada begitu banyak kebetulan yang terjadi di dunia. Namun, bila kebetulan datang berulang-ulang dan tak terkendalikan. Peristiwa tersebut tak bisa lagi disebut kebetulan, melainkan sebagian dari ketetapan takdir kehidupan. "Tau gitu tadi kita pake lift sebelah aja, Ndut!" gumam David beberapa saat setelah Candra dan Melisa masuk ke dalam. "Lift sebelah lagi dalam perbaikan, Bang," sahut Dini. Rupanya yang mulai tak nyaman di sini bukan hanya David, melainkan Dini juga. Apalagi mereka bisa merasakan atmosfer di dalam ruangan berjalan ini tiba-tiba berubah tegang. Meskipun tak ada percakapan, tapi jelas masing-masing dari mereka saling memperhatikan, bertanya-tanya, bahkan kesal tanpa alasan. Memori yang sudah terkubur selama tiga tahun lamanya, mulai muncul ke permukaan. Bertebaran di sekeliling hingga menciptakan suasana hening yang menjengkelkan. Ingin rasanya menampik, tapi kenyataan lebih dulu menampar. Sekuat apa pun dilupakan kenangan mereka berempat tak akan pernah bisa ter
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status