“Rhea! Rhe, kau baik-baik saja, Rhe!” Wanita tersebut segera membantu Rhea bangun kemudian mendudukkannya di tepi ranjang. “Ya, Tuhan, Rhe, kenapa jadi seperti ini?” Diusapnya air mata Rhea di mana air matanya pun terlihat mulai menggenang di kedua matanya. Lucy namanya, wanita yang saat ini duduk di samping Rhea dan meratapi keadaannya sekarang. Lucy adalah teman, sahabat, sekaligus asisten Rhea. Hanya dia yang tahu keberadaan Rhea saat ini, dan hanya dia yang memiliki akses mudah mengunjungi Rhea sejak hari itu. “Rhe, kumohon, jangan siksa dirimu seperti ini. Semuanya belum berakhir, Rhe,” ucap Lucy seraya kembali mengusap air mata Rhea. Diperhatikannya Rhea dengan seksama dan air mata tak kuasa tak menetes melihat tubuh Rhea yang kurus. Kedua pipi Rhea tampak tirus dengan cekungan mata yang dalam dan menghitam. Sementara tangannya terasa layu bak mayat. Tak kuasa melihat keadaan sahabatnya, ia segera membawa Rhea dalam pelukan. Padahal sudah satu minggu berlalu dan ia kira Rhea
Baca selengkapnya