Kami sampai di rumah dua jam kemudian. Kubaringkan Dinar di atas kasur segera, begitu aku memasuki kamar. Sementara Silvi dalam gendongan Mbak Fatma."Mbak, titip anak-anak sebentar," ujarku, lalu segera beranjak ke kamar mandi.Aku merasa perutku tak nyaman, lalu tanpa bisa dicegah, mengeluarkan isinya tanpa ampun.Aku kembali ke kamar dengan badan yang lemas. Mbak Fatma yang masih menekuri ponsel, terkejut melihatku datang lalu berbaring sambil memegangi kepala."Kamu kenapa, Rin?""Pusing, Mbak, habis muntah juga. Masuk angin kayaknya," jawabku apa adanya.Mbak Fatma tak segera menjawab, justru tertawa kecil."Kenapa malah ketawa?""Bukan masuk angin itu, hamil kali!"Lalu tawanya berderai. Kulem parkan bantal yang segera ia tangkap."Sembarangan, anakku baru tiga bulan, masa hamil lagi," ujarku dengan menekuk wajah."Ya mana tau, kan. Namanya rejeki, masa ditolak? Kalau bener kan e
Baca selengkapnya