Semua Bab SETELAH KEMATIAN ISTRIKU : Bab 61 - Bab 70
91 Bab
POV ALWINA
Aku menyebrangi jalan raya. Dengan membawa bubur ayam special dalam wadah, kujinjing dalam kantung kresek putih di tangan. Toppingnya kupisahkan dalam plastik berbeda.Selesai membeli bubur ayam, aku kembali memasuki gedung rumah sakit. Berjalan menyusuri koridor, untuk kembali ke ruangan, dimana Dewa dirawat.Sadewa Arthayuda. Suami dari almarhum Kharisma. Perempuan yang menjadi selingkuhan suamiku, Guntur Arisandy.Takdir kematian Mas Guntur bersama Kharisma di penginapan. Membawaku bertemu dan menjalin pertemanan dengannya.Kuperkirakan, usia Dewa lebih tua di atasku. Mungkin, sekitar tujuh tahun perbedaan usia kami.Tapi, aku sering tidak habis pikir dengan jalan pikirannya itu. Dia yang seharusnya lebih dewasa dariku. Justru terlihat lebih seperti anak ABG kemarin sore. Labil. Tidak memiliki pendirian.Padahal dia seorang pebisnis handal. Bagaimana dia dalam menghadapi klien bisnisnya? Sedang pemikirannya itu terkadang gegabah, dan tidak pernah berpikir jangka panjang.Dia memang
Baca selengkapnya
Mata Itu ...
Kuakui, Kharisma memang sangat cantik. Badannya tinggi terawat. Kulitnya putih mulus. Rambutnya panjang. Aset yang dimilikinya, sangat pas.Tubuhnya sintal, tak ada asetnya yang terlihat kendur. Sepertinya, Kharisma memang sangat pandai merawat dirinya.Seragam kantor yang melekat di tubuhnya, nampak memperlihatkan bentuk tubuhnya yang aduhai itu. Membuat mata siapa saja yang melihatnya, pasti akan memuji keindahan tubuh yang dimiliki Kharisma.Kuhela napas kasar. Melupakan bayang-bayang pertemuanku dengan Kharisma dulu."Ya sudah, Om pamit ya. Nanti Tante Rum yang akan ke sini. Lekas sembuh, Wa!" tutur Om Frans, seraya menepuk-nepuk lengan atas Sadewa. Juga menatap ke arahku dan kemudian berpamitan. Lantas keluar dari ruangan ini."Wina, apa kamu sudah mau pulang?" tanya Dewa setelah kepergian Om Frans."Kenapa?" Aku justru balik bertanya."Aku minta tolong, panggilkan suster, aku ingin melihat keadaan Ibu," pintanya."Biar aku yang antar ke ruangan Ibu kamu," sahutku cepat. "Kamu tu
Baca selengkapnya
Masalalu Kelam
POV ALWINA Tiba di rumah, setelah melewati jalanan sore yang padat. Naga menyambutku yang baru keluar dari dalam mobil.Kuraih tubuh mungilnya, lalu menggendongnya yang sudah wangi bedak bayi.Aku lantas masuk ke dalam rumah dengan Naga dalam gendonganku. Dan Bu Endah—pengasuh Naga—mengekor di belakang.Bu Endah ikut masuk ke dalam kamarku. Segera aku mendudukkan Naga di atas tempat tidur king size dalam kamar. Dijaga Bu Endah, aku segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri secepatnya.Selesai mandi dan berganti pakaian. Bu Endah keluar dari kamarku. Membiarkan ku bersama putraku berdua di dalam kamar.Naga masih anteng dengan mainan di tangannya. Sedangkan aku, merebahkan diri sampingnya.Enam bulan setelah kematian Mas Guntur. Hanya Naga penyemangatku. Hanya Naga, yang membuatku kuat dan sabar menghadapi hari demi hari.Berita kematian Mas Guntur bersama selingkuhannya, sungguh menyesakkan hati ini. Apalagi, mereka meninggal dalam keadaan yang sungguh memalukan.Awal
Baca selengkapnya
Aku Gagal
POV ALWINA***Jam delapan pagi. Aku sudah siap di kursi dalam ruang kerjaku. Setelah kepergian Mas Guntur. Enam bulan ini, aku mengambil alih memimpin perusahaan propertinya.Setelah sebelumnya, aku merombak keadaan ruangan kerjanya ini. Mulai dari cat dinding yang kuganti dengan memasang wallpaper. Tata letak dalam ruangan ini, semuanya telah kuubah.Termasuk, kursi serta meja yang aku tempati sekarang, dan menjadi tempatku bekerja setiap harinya. Sudah aku ganti dengan yang baru. Karena meja serta kursi kebesaran Mas Guntur yang dulu, sudah pasti sering dipakainya bercumbu ria dengan Kharisma.Perusahaan ini, merupakan anak cabang dari perusahaan utama milik keluarga Mas Guntur. Semua anak dari almarhum Ayahnya Mas Guntur, dipercaya memegang satu anak cabang.Mas Guntur bukan anak orang biasa sepertiku. Dia anak orang berada. Kepergiannya ke Jepang, bukanlah untuk mengumpulkan pundi-pundi uang, untuk dikirim pada keluarga di kampung, sepertiku.Dia pergi ke Jepang, hanya untuk melu
Baca selengkapnya
Ingin Keluarga yang Sempurna
POV ALWINA************Sore hari. Aku mengajak Naga serta Bu Endah untuk ikut ke rumah Dewa. Setelah sebelumnya, aku menghubungi Dewa untuk menanyakan kabarnya.Dia mengatakan sudah di rumahnya. Aku berniat menjenguk di rumahnya itu, setelah dia mengirimkan share loc alamat rumahnya. Tak lupa, aku membawakan buah-buahan untuknya.Naga yang telah selesai mandi dan wangi. Duduk di pangkuan Bu Endah di samping kursi kemudi. Aku lantas melajukan mobil untuk menuju rumah Dewa.Sepanjang perjalanan ke rumah Dewa. Anakku, Naga, tak hentinya berceloteh. Dengan biskuit khusus bayi di genggamannya.Naga memang sedang lucu-lucunya. Maka dari itu, aku tidak ingin melewatkan waktuku bersamanya. Sehingga aku hanya setengah hari di kantor.Andai takdir hidup tak seperti ini, aku ingin keluarga yang sempurna. Suami yang bekerja dan aku mengurus rumah serta anakku.Tapi, jalan hidup menuntut lain. Aku diharuskan menjadi ayah sekaligus ibu untuk Naga. Belum lagi memimpin kantor.Sekitar dua puluh meni
Baca selengkapnya
Buket Mawar Putih
POV ALWINA*****Jam delapan lebih lima belas menit. Aku baru tiba di kantor. Aku terlambat lima belas menit, karena ada kendala dengan mobilku.Entahlah, mobil merahku itu akhir-akhir ini sering sekali ngadat. Mobil itu merupakan hadiah ulang tahunku dari Mas Guntur. Aku yang dulu tak bisa menyetir mobil sama sekali. Diajari Mas Guntur dengan telaten dan hati-hati.Jika sering ngadat dan merepotkan ku seperti sekarang ini. Kemungkinan, mobil itu harus kujual saja. Meski tidak aku pungkiri. Mobil itu menyimpan begitu banyak kenangan bersama Mas Guntur.Kenangan manis bersamanya. Meski kadang, jika teringat kembali. Ada rasa tercubit di hatiku. Dan itu, sangatlah manusiawi.Masuk ke dalam ruang pribadi. Netraku menangkap sesuatu tak biasa di atas meja kerjaku.Hingga keningku berlipat, dan mataku menyipit untuk memperjelas apa yang tergeletak di atas sana.Gegas aku melangkah, mendekati meja kerjaku. Semakin dekat, semakin jelas pulalah apa yang tergeletak itu.Aku berdiri di belakang
Baca selengkapnya
Rayuan Alvito
Aku keluar kantor dengan tergesa. Seluruh karyawan sudah pulang. Sekarang sudah jam lima sore. Aku pulang terlambat dari biasanya. Karena ada jadwal diskusi mendadak dengan kantor utama dan kantor cabang yang lain. Mau tidak mau, aku harus mengikutinya. Demi keberlangsungan kantor yang saat ini kupimpin.Tiba di parkiran. Aku segera masuk ke dalam sedan merahku. Lalu menyalakan mesin mobil. Tiga kali kucoba menyalakan. Tetapi, mobil tak mau menyala juga."Aghh!" Kupukul kesal setir kemudi di depanku. Lalu membuka pintu mobil dan kembali keluar. Berbarengan dengan Alvito yang datang melewati mobilku."Wina, kenapa? Ada masalah? Kamu kelihatan gelisah?" Alvito menghentikan langkahnya, saat melihatku keluar dari mobil."Mobilku nggak mau nyala, Al. Tadi pagi juga ngadat ini mobil. Eeh sekarang kambuh lagi, mana aku buru-buru," sahutku, tak dapat menyembunyikan kekesalan. Kugigit kuku-kuku tangan, gelisah."Emm, naik motorku aja!" ujarnya seketika."Kamu mau anter aku, Al?"Alvito mengang
Baca selengkapnya
POV SADEWA
Aku baru selesai makan malam. Langsung masuk ke kamar dan menghenyakan bobotku di tepian tempat tidur. Sementara ini, aku diharuskan mengurangi kebiasaanku merokok. Menggantinya dengan makan buah serta sayuran. Untuk mempercepat penyembuhan luka jahit di perutku.Kuambil benda pipih di atas nakas. Karena dilanda bosan. Aku memilih berselancar di media sosial.Kubuka aplikasi gagang telepon hijau. Untuk melihat unggahan status dari nomor yang tersimpan dalam kontak.Satu unggahan, menarik perhatianku. Yaitu unggahan dari Alwina.Tap!"Buket bunga mawar?" gumamku setelah unggahan status Alwina terbuka.Menampilkan satu buket bunga, tetapi Alwina membuat warna dari unggahannya menjadi hitam putih. Sehingga aku tidak tahu, bunga mawar itu berwarna merah ataukah putih.Namun, Alwina justru memberikan caption pada unggahannya itu berupa tiga buah tanda tanya.Apa dia tidak tahu siapa yang mengirimkan bunga itu?Apa jangan-jangan, ada pengagum rahasia yang diam-diam ingin mendekatinya juga?
Baca selengkapnya
Kepergian Ibu
Aku panik. "Bu, Ibu jangan bilang begitu. Ibu pasti sembuh. Kita akan sama-sama pulang, Bu!"Ibu tak bersuara lagi. Hanya deru napasnya yang semakin berat dengan dadanya yang semakin naik turun. Kurasakan genggamannya di tanganku mengendur.Aku mundur. Membiarkan dokter memeriksa dan menangani Ibu kembali. Kulihat napas Ibu tersendat-sendat. Kepalanya lalu terkulai pelan, seiring dengan matanya yang ikut memejam kembali.Terdengar helaan napas berat dari dokter. Disertai gelengan kepala."Bu Utari sudah meninggal, Pak," ujarnya.Aku menggeleng tak percaya. "Nggak mungkin! Nggak! Dokter pasti bohong!"Aku kembali mendekat pada samping ranjang Ibu. Suster melepas alat bantu pernapasan yang terpasang.Mata Ibu telah memejam. Aku mengguncang bahunya. "Bu? Bangun, Bu! Bangun! Jangan tinggalkan Dewa, Bu! Dewa mohon!" pintaku dengan airmata yang tak bisa kubendung.Kuraih kembali tangan Ibu. Menggenggamnya tetapi tangan itu tak membalas genggamanku seperti tadi."Ibuuuu …." Aku meletakkan ke
Baca selengkapnya
Puas, Lo?
POV AUTHOR***"Puas lo, hancurin keluarga lo sendiri?"Dewa menyeka sudut matanya. Menoleh, mencari sumber suara.Ternyata dia memang tak salah dengar. Nakula yang berdiri di belakangnya. Didampingi satu petugas kepolisian. Terhalang satu makam dari makam Ibu mereka saat ini.Dewa memalingkan wajahnya cepat-cepat, setelah melihat Nakula. Para tetangga yang ikut mengantar ke pemakaman Bu Utari, telah pergi.Tersisa hanya beberapa kerabat saja di sini."Puas lo? Udah bikin Ibu meninggal, hah?"Sadewa mendongak. Lantas menegakkan tubuhnya yang sedari tadi berjongkok. Menghadap Nakula yang sudah ada di belakang papan nisan yang tertancap."Sekarang aja lo nangisin Ibu. Seharusnya lo pikirin ini sebelum lo bertindak!" ketus Nakula pada sang Kakak.Dewa melirik sekilas pada Nakula yang menghadapnya. Wajah itu memancarkan kemarahan. Sedangkan mata Nakula begitu sembab dengan bola mata yang memerah."Semua ga akan kayak gini. Kalo lo ga khianati gue. Lo ngerti ga, hah? Yang salah disini itu,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status