Semua Bab Kukembalikan anakmu, bu!: Bab 41 - Bab 50

60 Bab

Bertahan hidup

Srook... Srook!Ranting pohon kudengar patah terhantam badan mobil ini. Kami masih meluncur turun semakin kebawah.BRAAK!Hantaman keras. Membuatku terbanting juga di atas kursi. Untungnya sabuk pengaman masih terpasang dengan baik. Andai tidak, aku sudah terlempar kedepan menubruk kaca yang mulai retak.Saat kusadari kini mobil berhenti. Kami jauh di dalam jurang. Mobil ini miring 45 derajat. Aku terdiam menatap keatas dari kaca depan. Tak terlihat apapun. Entah berapa meter jarak kami dari tepian tebing, tempat kami terjatuh tadi.Kuatur nafas beberapa kali. Saat ini aku takut mobil akan kembali meluncur kebawah."Jen, Jeni!" Kuguncang tubuhnya pelan. Dia tak bereaksi. Aku periksa nadinya. Dia masih hidup! Syukurlah."Bangun Jen? Jeni..."Ini anak pingsan atau tidur sih? Heran aku!Aku periksa tubuhku sendiri. Memastikan tak ada luka patah atau terkilir setelah beberapa kali terbentur dan meluncur ke punggung lembah.Aman, semua terlihat baik dan aku tak merasakan sakit.Perlahan k
Baca selengkapnya

pov Jeni

Pov JeniAku terbangun, terdampar di tepian sungai. Tanganku begitu sakit, aku mencoba menggenali tempatku terduduk, namun aku tak mengingat apapun yang terjadi.Kuangkat tangan kananku. Berat, seperti ada yang menariknya. Saat kulihat lebih dekat, ada tangan mengantung dengan tali tas ditanganku."Bu Wita!" Aku dekati wanita yang sudah seperti kakak bagiku. "Bu, bangun bu!"Tubuhnya dingin, dan dia tak merespon saat berkali-kali kuguncangkan tubuhnya. Kini aku merasa khawatir, bagaimana jika terjadi sesuatu padanya. Kulepas jaket kulit yang kukenakan, dingin menjalar menembus tulang.Aku duduk sebentar. Mengingat bagaimana kami berada disini sekarang. Saat terakhir aku masih sadar, bu Wita masih mengemudikan mobilnya bersamaku.Apakah kami mengalami kecelakaan?Ah, kupukul berkali-kali kepalaku. Namun tak juga menemukan potongan cerita kami yang hilang dari alurnya.Bodohnya kamu Jen!Keadaan terlalu gelap saat aku mencoba melihat kesekitar. Aku tak menemukan apapun sebagai penerang
Baca selengkapnya

Pov Jeni ( Wita Kritis)

Assalamualaikum. Jangan lupa berikan bintang dan subbscribe ya teman-teman. Maaf off dua hari, semoga kedepannya bisa up cerita setiap hari. Selamat membaca.*** Aku keluar rumah. Setelah membantu gadis itu membersihkan piring bekas makanan kami. Terlalu tak tau diri jika sudah di kenyangkan, namun tak bisa meringankan sedikir saja kerjanya.Melangkah dari dalam rumah, terbentang punggung bukit yang kehijauan. Bila saja terjadi longsor, rumah ini pastilah terhantam lebih dulu.Astaqfirullah. Apa yang aku fikirkan!Aku turuni anak tangga dari bebatuan. Berjalan kepelataran. Ternyata hanya rumah ini yang berada dibawah. Selebihnya ada beberapa rumah dipunggung bukit." kita jadi kepuskesmas mbak?" Mega, gadis yang kutaksir berusia sekitar empat belas tahun itu bertanya."Jadi. Ayo, kemana arah puskesmasnya?""Kesana mbak"Mataku membulat, di menunjuk bukit didepan kami. Mendadak kakiku terasa berat. Bagaimana kami akan kesana? Panjat tebing?"Ada jalan setapak kecil mbk, ayo ikut say
Baca selengkapnya

Pov Lia (Merasa Berkuasa)

Tak ada yang lebih membahagiakan dari pada hari ini, berita kematian Saswita membuat hidupku jauh lebih sempurna. Wanita yang selalu jadi penghalang segala rencanaku, kini benar-benar lenyap dari kehidupanku.Andi yang kupercaya menyelesaikan segala urusanku dengan wanita angkuh itu, dia yang melempar wanita sok suci itu lenyap kedasar jurang.Rasakan ! Kau belum tau sedang berurusan dengan siapa, Wita !Sekarang aku hanya tinggal menunggu berita pencarianmu selesa dan seluruh harta mas Erlan akan jatuh dalam genggamanku !"Kau mau kemana?" Ibu bertanya, ah wanita tua satu ini masih saja mengurusi hidupku."Pergi, kenapa? Ini bukan urusanmu juga!" Aku menjawab ketus. Tak ada urusan lagi bersikap manis padanya."Jangan lancang kamu Lia! Bagaimana dengan Erlan, apa kau sudah mengurusnya?" Dia menarik rambutku dengan kencang.Kurang ajar !" Lepaskan!" Aku hempaskan tangannya dengan kasar.Wanita tua itu terkejut, jika saja tak ada kursi di belakangnya, dia pasti suda terjengkang."Janga
Baca selengkapnya

pov Lia dan Erlan

Pov Erlan.Ibu menangis masuk kedalam kamar. Terduduk dalam posisi bersimpuh di tepian ranjang. Meletakkan kepalanya pada telapak tanganku. Matanya kian membesar, basah karena bulir bening tak juga berhenti keluar.Apa yang terjadi padamu bu?Ingin rasa hatiku bertanya. Namun berkali-kali kucoba, suaraku masih tak bisa keluar."Maafkan ibu ya lan" Nyaris tak terdengar. Suaranya bercampur tangis yang tertahan.Berkali ia mengusap telapak tanganku, seperti mengungkapkan penyesalan terbesarnya akan satu hal."B...bb... bu..." Ucapku penuh perjuangan.Hanya mengucap ujung awal sebuah kata saja, serasa urat-urat leherku menegang.Ibu melihatku diam, sepertinya dia mendengar saat aku memanggilnya. "Kamu panggil ibu lan?" Wajahnya terkejut.Aku mengangguk pelan. Kulihat ibu menutup mulutnya dengan kedua tangan. "Erlan, kau bisa bergerak?"Aku kembali memganggukkan kepala. Meski aku sudah bisa bergerak, namun lidahku masih sulit untuk merangkai kata."Erlan...!" Ibu semakin tergugu. Memelukku
Baca selengkapnya

Rencana masing-masing

Pov bu WindaMenuju hotel tempat Lia mengadakan acara. Aku tiba di lobi saat perempuan itu keluar dari dalam Lift. Diikuti banyak sorot kamera. Dia nampak berjalan cepat meninggalkan Lobi.Aku memghampirinya, tanpa bicara,menarik tangannya kearahku.Plak !Satu tamparan dengan keras mendarat di wajahnya, dia nampak terkejut. Tamparan ini bahkan tak sebanding dengan segala kejahatan yang dia lakukan.Dua orang menarikku menjauh. Aku tepis sekuat tenaga. Kudatangi mata yang terus menatapku tak suka itu."Ini belum sebanding dengan semua kejahatanmu!" Teriakku didepan wajahnya. Semua mata menatapku, kini mereka membidikan kamera pada kami berdua.Lia bergeming, tangannya mencengkeram tas dengan kencang. Namun aku belum mendengar pembelaan keluar dari mulutnya. Mungkinkah dia takut pada media?"Ibu silahkan pergi bu" Andi memintaku menjauh. Tangannya bahkan membentang kearah luar.Cuuiihh! Kuludahi jas hitamnya yang mewah. Dia pasti membelinya dari uang anakku juga. Kufikir dia bisa dip
Baca selengkapnya

Saswita kembali

Pov Author[ Mbak Jeni, para pemegang saham memajukan pertemuan mereka besok. Jika memang nyonya Saswita masih hidup, mereka ingin melihatnya besok].Jeni tak dapat tidur semalam. Sebuah pesan dari Suci membuat dirinya gelisah. Ia terus memikirkan bagaimana langkah untuk membalas perbuatan Amelia. Terlebih hingga hari berganti, Saswita tak juga membuka mata. Hatinya mulai gamang, bila saja ada sedikit celah memberi mereka peluang, tentu akan dia upayakan.Menghubungi nyonya Winda, adalah salah satu ide yang sempat terbersit dikepala. Namun Jeni masih tak lupa, Winda juga punya ambisi menguasai seluruh harta Erlansyah. Ia tak ingin salah langkah sekarang. Satu-satunya cara adalah meyakinkan mereka semua, Nyonya Erlansyah baik-baik saja.Baiklah, Nyonya Erlansyah akan hadir di sana !Sebelum matahari terbit, Jeni sudah berganti pakaian. Dia keluar dari kamar, melihat Mega masih sibuk didapur rumahnya."Mbak mau pergi?" Mega berdiri saat Jeni mendekat."Iya, pulang sebentar." Dia menatap
Baca selengkapnya

kejutan dalam rapat

Pov AuthorSaswita melenggang cantik memasuki gedung tinggi itu. Kaca mata hitam membuat dia leluasa memandang mereka semua tanpa terintimidasi. Saat pintu lift di buka, Andi terkejut. Tanpa sadar dia mundur hingga terpojok di dalam lift.Satu senyum Wita tersunging, menertawakan lelaki yang merasa dirinya menang melawan Wita. "Bodoh!" Ucapnya lirih dan masuk tanpa memperdulikan Andi yang berdiri di belakangnya."Bu Wita sehat?" Lelaki yang terus mengikuti Wita sejak kedatanganya dikantor ini mulai bertanya."Tentu saja sehat pak Agung, kenapa? Pak Agung berharap mendengar kabar kematian saya?""Bukan bu, hanya saja ada kabar bu Wita mengalami kecelakaan.""Iya, ada manusia serakah yang ingin menyingkirkan saya. Sayangnya mereka semua terlalu bodoh untuk melawan seorang Saswita!"Sengaja dia bicara begitu, ekor matanya menangkap ketidak sukaan diwajah Andi.Pintu lift terbuka, Wita keluar dan berjalan diantara lorong. Tak dilihat Andi ikut keluar. mungkin dia sedang menyusun rencana
Baca selengkapnya

Aksi tuan Erlansyah

Saswita berdiri. Antara terkejut dan tak menyangka, Erlansyah duduk diatas kursi roda. Mengenakan setelan jas hitam, lelaki itu bergerak masuk dengan kursi roda otimatisnya.Rambutnya tersibak kebelakang, sedikit basah karena gel rambut yang di pakai, memperlihatkan urat keningnya yang mengeras, menandakan bahwa dia tak sedang bersikap baik saat ini.Andi berdiri, merapikan setelan jasnya dan berlari mendekat. Menyentuh ujung pegangan kursi roda. "Menyingkir dari jalanku!" Erlan berucap dingin, membuat Andi berdesir menahan amarah. Dua lelaki gagah mendorongnya menjauh, rupanya Erlan tak sendiri, dia membawa pengawal di belakangnya. Tak membiarkan siapapun mendekatinya saat ini. Para pemegang saham saling berbisik. Sepertinya menangkap hubungan tak baik antara Erlan dan Andi. Erlan naik keatas podium. Lalu mensejajarkan kursinya disamping sang ibu. Winda memberikan mic ketangan Erlansyah, dan putranya itu menerimanya dengan tangan dingin. Dia melepas kaca mata hitamnya, mulai meliha
Baca selengkapnya

Menjemput Saswita

Wita jatuh kejurang? Bagaimana bisa semua ini terjadi? Apa yang sudah aku bawa kedalam kehidupan kami.Erlansyah terus meratapi apa yang terjadi. Semangat dan alasannya untuk sembuh ternyata jatuh kedalam jurang. Apa yang bisa dia lakukan sekarang, sejak kemarin dia dan ibunya terus berusaha. Membuat suaranya bisa kembali keluar dengan baik, dan kini saat semua sudah kembali, dia justru masih kehilangan istrinya."Katakan Jeni, apakah Wita baik-baik saja?" Ibu Winda bertanya. Jeni dapat melihat ada harapan dalam pancaran mata mertua Wita."Maaf bu, saya tak bisa pastikan." Ucapnya lirih."Bagaimana kamu tak bisa pastikan Jeni, kamu asistennya, orang yang seharusnya menjaga Wita apapun yang terjadi!" Erlan meninggikan suaranya. Ibu Winda mendekat, memeluk erat putranya yang baru saja mulai bicara. Teringat bagaimana perjuangan mereka berdua kemarin. Winda memaksa suara Erlan keluar, mencoba dari pagi hingga malam, dan akhirnya suara itu benar-benar keluar."Tenanglah lan, kita akan sa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status