Aku baru saja melihat keadaan mas Erlan. Entah kenapa dia menangis sesegukaan. Aku tinggalkan dia dengan derai air mata. Lalu berjalan keluar dan melihat Lia baru saja masuk keruang kerja mas Erlan. Tak ada apapun disana. Kecuali brankas berisi uang dan beberapa perhiasanku. Namun sandinya hanya aku yang tau. Ibu, yang jadi tuan rumah tempat ini saja, tak tau apa yang ada didalamnya.Aku tak perlu mengintipnya seperti itu. Aku duduk saja diruang depan dan melihat Lia dari cctv. Dia nampak membuka semua laci, dan berkas-berkas, kemudian berhenti di jam tangan Rolex milik mas Erlan. Jika dijual, sangat lumayan untuk memghindari kami beberapa saat.Lia berjalan keluar dan terkejut melihatku duduk di ruang tamunya. "Mau kemana?" Aku bertanya padanyaDia berangsut mundur, terkejut, seperti ingin berlari. "Ah, em... kedepan mbak, belanja untuk makan nanti.""Oh, ini aku kasih uang belanja." Kuambil dua lembar lima puluh ribuan dan me
Read more