Home / Urban / Di Balik Topeng si Pria Miskin / Chapter 251 - Chapter 260

All Chapters of Di Balik Topeng si Pria Miskin : Chapter 251 - Chapter 260

605 Chapters

Bab 252

Karen menggigit bibir bawahnya, menatap Nicholas sesaat, lalu merasakan hidungnya seakan bengkak. Air mata deras menuruni pipinya.Apa yang sedang Nicholas lakukan?Mengapa dia terus memberontak demi dirinya?"Tunggu aku di sini!" ucap Nicholas, lalu berbalik dan pergi.Karen menatap kosong punggung Nicholas. Seketika teringat dengan ucapan Gloria beberapa waktu lalu. Ragu, dia pun mengeluarkan ponselnya, membuka obrolannya dengan Samantha Tansil. Untuk waktu yang lama, Karen terdiam. Jemarinya bergeming di tempat. Mulutnya terkunci rapat.Sementara itu, tak lama setelah Nicholas pergi, ponselnya berdering. Dia mengangkat panggilan itu. Matanya memicing tajam melihat nama di layar.Joan Winata!Panggilan video tersambung. Suara bising lagu bercampur hiruk-pikuk obrolan manusia terdengar menggema. Si penelepon kemungkinan sedang di tempat pesta dansa.Nicholas memaksakan senyum. Padahal di dalam hatinya dia menyimpan sedikit kebencian terhadap perempuan itu."Nicholas? Aku dengar kamu d
Read more

Bab 253

Nicholas ternganga. Dalam sekejap mata, kepalan tangan si pria tua berada di depan matanya.Ekspresi kaget Nicholas membuat si pria tua mengernyitkan dahi, lalu menghela napas pelan. "Reaksimu terlalu lambat ...."Nicholas menarik napas panjang, bersandar di dinding di belakangnya. Keringat dingin membasahi wajahnya. Dia sangat yakin pria tua ini tidak punya niat buruk terhadap dirinya. Karena jika iya, dia sudah mati atau terluka sekarang."Yona, bocah itu yang memanggilmu." Pria tua itu menggeleng, menaruh kedua tangannya di punggung, lalu berbalik dan melangkah pergi.Nicholas bergeming di tempat dengan rasa takut menyelimuti. Susah payah dia menuruni anak tangga. Dia mendapati Yona Bramasta tengah berdiri memunggunginya di dalam sebuah ruangan. Si pria tua yang mengantarnya menatapnya dengan tatap kecewa."Paman Yona ...."Yona memutar kepalanya. Tawa kecil menyusul. Sorot matanya tampak penuh pertimbangan."Satu dari dua pembunuh internasional itu sudah tertangkap. Polisi sedang m
Read more

Bab 254

Nicholas mengetuk pintu terbuka. Dia melihat Gloria berdiri di dalam. Raut wajahnya tampak suram.Wajah Samantha memerah. Lehernya dikelilingi alat bantu. Suasana hatinya buruk.Kedatangan Nicholas membuat Gloria mendengus dingin. Dia bergegas melangkah keluar dari ruangan. Tak lupa memberikan tatapan dingin ke arah Nicholas.Nicholas tersenyum kaku. Dia menyingkir memberikan jalan, lalu berjalan ke samping Samantha, duduk di kursi kosong tepat di sebelah ranjang.Bulu mata panjang Samantha menari naik turun mengikuti kedipan matanya. Parasnya begitu cantik. Semenjak kecil, dia jarang sekali berduaan dengan laki-laki di sebuah ruangan. Apalagi laki-laki itu terus-menerus menatapnya. Tersipu, pipinya pun berangsur memerah."Terima kasih!" Nicholas tersenyum, berdiri, lalu menepuk lembut kepala Samantha.Samantha membeku sesaat. Waktu seolah berputar kembali ke masa kecilnya. Dulu Nicholas sering menyentuh kepalanya seperti ini. Namun Nicholas yang dulu selalu menjadi pelindungnya, sekar
Read more

Bab 255

Nicholas terlihat kurang senang dengan ucapan Frank. "Apa maksudmu?""Persis seperti apa yang kukatakan." Frank mengangkat bahu. "Seharusnya Anda mendengarnya dengan jelas, bukan? Walaupun saya bukan termasuk orang yang sangat rasis, tapi bisa dipastikan Jenny ini perempuan kulit putih yang terhormat. Anda mengerti maksud saya?"Ekspresi Nicholas terlihat dingin. Matanya berkedip cepat."Oke, Frank, kalau kamu terus seperti ini, sebaiknya kamu keluar dari timku!" Steve jelas-jelas terdengar tidak senang dengan provokasi muridnya.Nicholas mengalihkan pandangan dinginnya ke arah Jenny sesaat sebelum akhirnya berbalik badan dan keluar dari bandara.Steve menatap tajam Frank sesaat, lalu bergegas mengikuti Nicholas.Bella yang menonton di sisi menatap dingin Steve beserta rombongannya. Kemudian ikut melangkah keluar dari bandara.Sesampainya di mobil, Nicholas bercerita singkat mengenai kondisi cucu perempuan Kevin Shen.Steve tampak berpikir untuk beberapa waktu sambil mengangguk-angguk
Read more

Bab 256

"Ini cucu perempuanku, Sherina. Dokter-dokter sekalian, tolong bantu aku. Aku nggak akan melupakan kebaikan Anda sekalian kalau berhasil mengobati cucuku!" ucap Kevin dengan harapan tinggi.Nicholas mengamati di sisi sambil diam-diam menghela napas.Frank mengerucutkan bibirnya marah. Seolah tidak memedulikan ucapan Kevin. Berbeda dengan Steve dan Jenny yang terus menatap Sherina dengan tatapan sedikit terkejut."Jadi, bagaimana?" tanya Nicholas."Sementara ini aku nggak bisa melihat kondisi penyakitnya seperti apa. Aku perlu memeriksanya terlebih dulu dengan peralatan yang kubawa. Mungkin butuh waktu beberapa saat," jelas Steve.Nicholas mengangguk. Sesaat kemudian, Steve mengeluarkan dua alat medis mini dari koper di sampingnya. Ukuran kedua alat itu mungkin tidak seberapa, tapi tingkat kerumitannya jelas jauh di atas alat-alat medis portabel pada umumnya.Untuk waktu yang cukup lama, Nicholas melihat Frank menghubungkan kabel-kabel alat itu. Sampai akhirnya semua terhubung, lampu hi
Read more

Bab 257

"Matikan!" Jenny ikut berteriak.Saking terkejutnya, Frank pun bergeming melihat kejadian ini.Alat-alat yang mereka bawa sudah lama mereka gunakan dan sudah melewati berbagai uji klinis. Kejadian semacam ini tidak pernah muncul sebelumnya. Apa yang sedang terjadi hari ini?Di momen kritis ini, Nicholas melangkah maju. Dia merasakan lututnya seperti baru saja ditusuk jarum hingga hampir jatuh berguling di lantai. Namun, tangan dan mata Nicholas yang cekatan berhasil mematikan mesin itu tepat waktu. Suara dan getaran alat medis itu seketika berhenti.Tubuh Sherina terkulai lemas di sofa. Bocah perempuan itu kehilangan kesadarannya.Kevin dan Safira ketakutan setengah mati melihat pemandangan mengerikan persis di depan mata mereka. Segera, mereka memeluk erat Sherina. "A-apa yang terjadi?" tanyanya. Wajahnya dibasahi aliran deras air mata.Raut wajah Steve seketika berubah. Cepat, dia mengelus kening Sherina. Sorot matanya penuh keraguan."Kalian ini benar dokter?" tanya Safira tidak sen
Read more

Bab 258

Rumah pinggir danau milik Bella ukurannya lebih besar dari milik Kevin Shen. Namun, karena jarang ditinggali, rumah megah nan cantik ini terlihat sedikit terbengkalai.Nicholas melangkah masuk. Dia memandang sekeliling dan merasa cukup puas."Nicholas, kakimu terluka?" tanya Jenny setelah menaruh barang bawaannya. Dia memandang laki-laki itu dengan tatap penuh rasa bersalah. Kejadian barusan seakan menyulut empati dari perempuan asing itu."Aku kecelakaan beberapa hari lalu, tapi tenang saja, bukan masalah besar!" Nicholas tersenyum."Oh, kebetulan, aku juga ambil jurusan bedah di Amerika. Sepertinya aku bisa membantumu, tentu saja, kalau kamu nggak keberatan," ucap Jenny dengan tampang penuh percaya diri.Nicholas terdiam sesaat. Tidak menyangka perempuan asing ini begitu antusias mencarikan solusi untuk lututnya.Tampang perempuan asing ini bisa dibilang di atas rata-rata. Penampilannya cukup merefleksikan usianya yang masih delapan belasan tahun. Tidak hanya itu, mungkin karena pere
Read more

Bab 259

Di dalam ruangan ada dua ranjang. Keduanya berjajar berdekatan. Nicholas sengaja memindahkan ranjang lainnya ke dekat ranjang Karen agar dapat selalu menemani perempuan itu dari dekat. Namun, siapa sangka, dua ranjang itu ternyata sudah ada yang menempati.Satu Karen, satu lagi Samantha, yang tampak tersipu malu melihat kedatangan Nicholas. Mereka kompak melongo. Sesaat berikutnya, Samantha menutupi kepalanya dengan tangan. Pipi dan telinganya merah membara."Ini ...." Karen berbisik pelan. Terdengar kurang yakin menyebutkan kalimat selanjutnya. "Kamu pergi ke ruangan Samantha saja sana!"Nicholas terdiam sesaat. Setelah memberikan tatapan kesal pada Karen, dia pun berbalik melangkah menuju ruangan di mana Samantha seharusnya dirawat. Dua perempuan itu baru saja mengusirnya keluar? Nicholas tidak habis pikir.Di dalam ruangan, Karen berbaring menghadap langit-langit tanpa bergerak sedikit pun. Sementara Samantha bersusah payah menengok ke bawah, ke arah Karen, selagi lehernya dibalut d
Read more

Bab 260

"Ok!" Samantha memandang Karen sambil menahan tangis.Karen memaksakan sebuah senyuman. Sama-sama menahan air mata yang menggenang. Perlahan, dia menutup matanya.Persetujuan antara keduanya terlihat seperti sebuah gurauan dua sahabat, tapi tidak satu pun menganggapnya lelucon. Karen merasa dia egois karena ingin menemani Nicholas selama satu tahun ke depan. Sementara Samantha ingin tinggal setahun lebih lama lagi sebelum meninggalkan kenangan indah masa kecilnya tanpa penyesalan. Setahun kemudian, dia akan pergi meninggalkan Kota Mano.Keduanya sama-sama berniat meninggalkan lelaki di dalam hati mereka untuk satu sama lain.Nicholas tidak tahu apa yang dua perempuan ini pikirkan. Saat kembali ke ruangan Samantha, dia mendapati seseorang berpostur bungkuk berdiri di samping jendela. Pria tua bernama Howard itu menatapnya tajam dan tidak bersahabat."Aku bertanggung jawab melindungi Tuan Dean." Howard berpikir sesaat. Kemudian melanjutkan kalimatnya, "Beberapa hari lalu, Tuan Dean menyu
Read more

Bab 261

Rasa sakit yang luar biasa membuat Nicholas kesulitan bernapas."Sedikit lagi, kok. Ditahan sebentar, ya!" Master Howard tersenyum, lalu mengambil jarum perak dan menusukkannya.Nicholas merasakan sebuah energi yang mengalir dari jarum perak. Seiring energi yang dirasakan, lututnya pun terasa hangat.Nicholas merasa lebih nyaman, berbeda jauh dengan sakit yang dirasakannya barusan.Sesaat kemudian Master Howard menarik jarum yang menusuk kulit Nicholas, lalu menganggukkan kepala sambil berkata, "Nggak ada tulang yang patah, cuma bergeser sedikit. Tapi masalah ini nggak boleh disepelekan, nanti darah yang mengalir di kakimu tersumbat.""Terima kasih, Pak Howard," kata Nicholas.Master Howard hanya tersenyum dan beranjak keluar dari kamar. Setelah Master Howard pergi, Nicholas mengeluarkan ponselnya dan menghubungi sebuah nomor misterius."Tut, tut, tut." Nicholas menunggu panggilannya dijawab.Tak berapa lama Nicholas pun mendengar suara di ujung telepon, "Halo?""Gimana penyelidikannya
Read more
PREV
1
...
2425262728
...
61
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status