"Matikan!" Jenny ikut berteriak.Saking terkejutnya, Frank pun bergeming melihat kejadian ini.Alat-alat yang mereka bawa sudah lama mereka gunakan dan sudah melewati berbagai uji klinis. Kejadian semacam ini tidak pernah muncul sebelumnya. Apa yang sedang terjadi hari ini?Di momen kritis ini, Nicholas melangkah maju. Dia merasakan lututnya seperti baru saja ditusuk jarum hingga hampir jatuh berguling di lantai. Namun, tangan dan mata Nicholas yang cekatan berhasil mematikan mesin itu tepat waktu. Suara dan getaran alat medis itu seketika berhenti.Tubuh Sherina terkulai lemas di sofa. Bocah perempuan itu kehilangan kesadarannya.Kevin dan Safira ketakutan setengah mati melihat pemandangan mengerikan persis di depan mata mereka. Segera, mereka memeluk erat Sherina. "A-apa yang terjadi?" tanyanya. Wajahnya dibasahi aliran deras air mata.Raut wajah Steve seketika berubah. Cepat, dia mengelus kening Sherina. Sorot matanya penuh keraguan."Kalian ini benar dokter?" tanya Safira tidak sen
Rumah pinggir danau milik Bella ukurannya lebih besar dari milik Kevin Shen. Namun, karena jarang ditinggali, rumah megah nan cantik ini terlihat sedikit terbengkalai.Nicholas melangkah masuk. Dia memandang sekeliling dan merasa cukup puas."Nicholas, kakimu terluka?" tanya Jenny setelah menaruh barang bawaannya. Dia memandang laki-laki itu dengan tatap penuh rasa bersalah. Kejadian barusan seakan menyulut empati dari perempuan asing itu."Aku kecelakaan beberapa hari lalu, tapi tenang saja, bukan masalah besar!" Nicholas tersenyum."Oh, kebetulan, aku juga ambil jurusan bedah di Amerika. Sepertinya aku bisa membantumu, tentu saja, kalau kamu nggak keberatan," ucap Jenny dengan tampang penuh percaya diri.Nicholas terdiam sesaat. Tidak menyangka perempuan asing ini begitu antusias mencarikan solusi untuk lututnya.Tampang perempuan asing ini bisa dibilang di atas rata-rata. Penampilannya cukup merefleksikan usianya yang masih delapan belasan tahun. Tidak hanya itu, mungkin karena pere
Di dalam ruangan ada dua ranjang. Keduanya berjajar berdekatan. Nicholas sengaja memindahkan ranjang lainnya ke dekat ranjang Karen agar dapat selalu menemani perempuan itu dari dekat. Namun, siapa sangka, dua ranjang itu ternyata sudah ada yang menempati.Satu Karen, satu lagi Samantha, yang tampak tersipu malu melihat kedatangan Nicholas. Mereka kompak melongo. Sesaat berikutnya, Samantha menutupi kepalanya dengan tangan. Pipi dan telinganya merah membara."Ini ...." Karen berbisik pelan. Terdengar kurang yakin menyebutkan kalimat selanjutnya. "Kamu pergi ke ruangan Samantha saja sana!"Nicholas terdiam sesaat. Setelah memberikan tatapan kesal pada Karen, dia pun berbalik melangkah menuju ruangan di mana Samantha seharusnya dirawat. Dua perempuan itu baru saja mengusirnya keluar? Nicholas tidak habis pikir.Di dalam ruangan, Karen berbaring menghadap langit-langit tanpa bergerak sedikit pun. Sementara Samantha bersusah payah menengok ke bawah, ke arah Karen, selagi lehernya dibalut d
"Ok!" Samantha memandang Karen sambil menahan tangis.Karen memaksakan sebuah senyuman. Sama-sama menahan air mata yang menggenang. Perlahan, dia menutup matanya.Persetujuan antara keduanya terlihat seperti sebuah gurauan dua sahabat, tapi tidak satu pun menganggapnya lelucon. Karen merasa dia egois karena ingin menemani Nicholas selama satu tahun ke depan. Sementara Samantha ingin tinggal setahun lebih lama lagi sebelum meninggalkan kenangan indah masa kecilnya tanpa penyesalan. Setahun kemudian, dia akan pergi meninggalkan Kota Mano.Keduanya sama-sama berniat meninggalkan lelaki di dalam hati mereka untuk satu sama lain.Nicholas tidak tahu apa yang dua perempuan ini pikirkan. Saat kembali ke ruangan Samantha, dia mendapati seseorang berpostur bungkuk berdiri di samping jendela. Pria tua bernama Howard itu menatapnya tajam dan tidak bersahabat."Aku bertanggung jawab melindungi Tuan Dean." Howard berpikir sesaat. Kemudian melanjutkan kalimatnya, "Beberapa hari lalu, Tuan Dean menyu
Rasa sakit yang luar biasa membuat Nicholas kesulitan bernapas."Sedikit lagi, kok. Ditahan sebentar, ya!" Master Howard tersenyum, lalu mengambil jarum perak dan menusukkannya.Nicholas merasakan sebuah energi yang mengalir dari jarum perak. Seiring energi yang dirasakan, lututnya pun terasa hangat.Nicholas merasa lebih nyaman, berbeda jauh dengan sakit yang dirasakannya barusan.Sesaat kemudian Master Howard menarik jarum yang menusuk kulit Nicholas, lalu menganggukkan kepala sambil berkata, "Nggak ada tulang yang patah, cuma bergeser sedikit. Tapi masalah ini nggak boleh disepelekan, nanti darah yang mengalir di kakimu tersumbat.""Terima kasih, Pak Howard," kata Nicholas.Master Howard hanya tersenyum dan beranjak keluar dari kamar. Setelah Master Howard pergi, Nicholas mengeluarkan ponselnya dan menghubungi sebuah nomor misterius."Tut, tut, tut." Nicholas menunggu panggilannya dijawab.Tak berapa lama Nicholas pun mendengar suara di ujung telepon, "Halo?""Gimana penyelidikannya
"Nggak mungkin!" Steve merentangkan kedua tangannya dan berkata dengan ragu-ragu, "Gejala yang dialaminya tidak seperti polio campuran. Satu hal yang aku sadari, perilaku pasien agak aneh.""Perilaku aneh?" Nicholas mengerutkan alis."Tidur sambil berjalan," jawab Steve."Tidur sambil berjalan?" Nicholas terkejut dan melirik Sherina.Sherina duduk dengan ditemani Nenek Safira. Sherina duduk sambil memandang Nicholas dan Steve, sedangkan Nyonya Safira terlihat agak jutek. Sikap Safira tidak sehangat kemarin, hari ini dia tampak lebih dingin."Benar, tidur sambil berjalan! Coba kamu bayangkan, kondisinya sudah memasuki tahap kelumpuhan, tapi masih bisa tidur sambil berjalan? Konsep macam apa ini?" Steve pun sulit memercayai penjelasannya sendiri."Berarti dia memiliki reaksi otot yang sangat kuat. Seperti yang kita tahu, kondisi tertentu menyebabkan orang lumpuh tidak bisa berjalan, tapi gadis kecil ini bisa bergerak dan bahkan berjalan waktu tidur," Steve melanjutkan penjelasannya.Nich
Steve penasaran, kenapa Jenny tercengang seperti itu? Akhirnya Steve pun maju dan ikut memeriksa lutut Nicholas."Ini ... ini nggak mungkin!" Jenny kembali meremas lutut Nicholas. "Tuan Nicholas, kok darah di lututmu sudah mengalir normal? Siapa yang mengobatimu?""Aku sudah lembur semalaman untuk memikirkan cara mengobatimu. Aku sampai sempat berpikir untuk melakukan operasi ...." Jenny tampak membelalak.Sesaat melihat ekspresi Jenny yang tercengang, Nicholas pun merasa lebih lega. Berarti pengobatan yang dilakukan Master Howard memang manjur."Ini pengobatan tradisional, aku nggak tahu gimana menjelaskannya. Aku rasa kalian juga nggak akan ngerti," jawab Nicholas sambil merapikan celananya."Pengobatan tradisional?" Jenny penasaran."Em." Nicholas mengangguk.Jenny menarik tangan Nicholas, raut wajahnya terlihat dipenuhi penyesalan. "Aku menyesal, maafkan kesombonganku kemarin. Aku nggak nyangka, ternyata pengobatan tradisional sehebat ini."Jenny mengangkat kepalanya dan berkata, "
Nicholas mengempaskan tangan Bella, lalu menunjuknya sambil marah-marah, "Jaga sikapmu! Aku muak melihat tampangmu yang sok polos itu."Bella terkejut melihat sikap Nicholas yang galak. Seketika kedua mata Bella pun berka-kaca.Namun di sisi lain, Bella senang mendapatkan perlakuan kasar seperti ini. Dia makin merasa tertantang dan puas.Cit! Bella menghentikan mobilnya, lalu menatap Nicholas dengan mata berkaca-kaca. "Nic, mungkin kamu mengira aku cewek matre, tapi aku tulus menyukaimu. Aku nggak bisa ngelupain kamu ...."Setelah berbicara, Bella melepaskan sabuk pengaman dan langsung memeluk Nicholas.Nicholas terkejut sampai meringkuk. Dia mengangkat tangannya sambil mendorong tubuh Bella. "Kamu sudah gila, ya?""Nic, aku benar-benar ...." Bella mencengkeram erat kedua bahu Nicholas.Nicholas semakin jijik melihat wanita ini. "Minggir, minggir!"Kebencian memancar dari mata Nicholas."Nic, pukul aku! Aku tahu kamu jijik sama aku, pukul aku ...." Bella memegang kedua tangan Nicholas
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,