Steve penasaran, kenapa Jenny tercengang seperti itu? Akhirnya Steve pun maju dan ikut memeriksa lutut Nicholas."Ini ... ini nggak mungkin!" Jenny kembali meremas lutut Nicholas. "Tuan Nicholas, kok darah di lututmu sudah mengalir normal? Siapa yang mengobatimu?""Aku sudah lembur semalaman untuk memikirkan cara mengobatimu. Aku sampai sempat berpikir untuk melakukan operasi ...." Jenny tampak membelalak.Sesaat melihat ekspresi Jenny yang tercengang, Nicholas pun merasa lebih lega. Berarti pengobatan yang dilakukan Master Howard memang manjur."Ini pengobatan tradisional, aku nggak tahu gimana menjelaskannya. Aku rasa kalian juga nggak akan ngerti," jawab Nicholas sambil merapikan celananya."Pengobatan tradisional?" Jenny penasaran."Em." Nicholas mengangguk.Jenny menarik tangan Nicholas, raut wajahnya terlihat dipenuhi penyesalan. "Aku menyesal, maafkan kesombonganku kemarin. Aku nggak nyangka, ternyata pengobatan tradisional sehebat ini."Jenny mengangkat kepalanya dan berkata, "
Nicholas mengempaskan tangan Bella, lalu menunjuknya sambil marah-marah, "Jaga sikapmu! Aku muak melihat tampangmu yang sok polos itu."Bella terkejut melihat sikap Nicholas yang galak. Seketika kedua mata Bella pun berka-kaca.Namun di sisi lain, Bella senang mendapatkan perlakuan kasar seperti ini. Dia makin merasa tertantang dan puas.Cit! Bella menghentikan mobilnya, lalu menatap Nicholas dengan mata berkaca-kaca. "Nic, mungkin kamu mengira aku cewek matre, tapi aku tulus menyukaimu. Aku nggak bisa ngelupain kamu ...."Setelah berbicara, Bella melepaskan sabuk pengaman dan langsung memeluk Nicholas.Nicholas terkejut sampai meringkuk. Dia mengangkat tangannya sambil mendorong tubuh Bella. "Kamu sudah gila, ya?""Nic, aku benar-benar ...." Bella mencengkeram erat kedua bahu Nicholas.Nicholas semakin jijik melihat wanita ini. "Minggir, minggir!"Kebencian memancar dari mata Nicholas."Nic, pukul aku! Aku tahu kamu jijik sama aku, pukul aku ...." Bella memegang kedua tangan Nicholas
"Memangnya bisa berhasil? Kamu nggak tahu Karen percaya banget sama Nicholas? Dia nggak akan percaya ...." Bella tak tahan melihat kebodohan Julia.Sebenarnya Julia ingin menciptakan gosip untuk memecah hubungan Nicholas dan Karen, tetapi begitu mendengar ucapan Bella, Julia pun terdiam.Bella benar, Karen sangat memercayai Nicholas. Tampaknya rencana awal Julia tidak akan berhasil.Tiba-tiba Julia menyeringai dingin, sebuah ide kotor terbesit di kepalanya. "Kayaknya cuma tersisa 1 cara.""Cara apa?" tanya Bella."Kasih obat bius," jawab Julia."Kasih obat bius?" Bella tercengang, tetapi ide Julia terdengar meyakinkan."Benar, kasih obat bius. Jebak dia agar mau berhubungan badan dengan kamu, lalu rekam dan kasih Karen lihat," Julia menjelaskan secara detail.Bella terlihat ragu-ragu, dia tidak bisa memutuskan sekarang. Akhirnya Bella menutup ponselnya dan merenung. Ide Julia memang terdengar bagus ....Jika cara ini berhasil, Nicholas tidak akan bisa lari tanggung jawab. Persetan deng
"Iya, kelumpuhan karena virus polio," jawab Nicholas.Master Howard terdiam sejenak untuk berpikir. Kemudian dia menatap Nicholas dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Penyakit seperti itu harus ditangani dengan baik.""Master, kamu bisa menyembuhkannya?" Nicholas merasa seperti melihat secercah harapan. "Anaknya temanku mengidap penyakit yang aneh. Apakah Anda bersedia memeriksanya?""Nggak bisa." Howard menggelengkan kepala. "Aku nggak bisa turun tangan.""Kenapa?" tanya Nicholas."Aku sudah berjanji ...." Master Howard terlihat ragu-ragu."Masalah ini menyangkut nyawa orang. Apakah janjimu lebih penting daripada nyawa?" tanya Nicholas.Howard menghela napas panjang, dia tetap menggelengkan kepala.Melihat Howard yang keras kepala, Nicholas terpaksa menceritakan kondisi Sherina kepadanya. Nicholas juga menjelaskan kondisi Sherina yang tidur sambil berjalan."Tidur sambil berjalan? Lumpuh?" Howard mengedipkan matanya."Iya!" Nicholas mengangguk.Howard berpikir selama beberapa menit. "
Sesaat mendengar perintah Steve, Frank langsung memutar sakelar alat dan sekujur tubuh Sherina pun bergetar. Mata Sherina memutih dan mulutnya mengeluarkan buih berwarna putih."Berhenti! Cepat berhenti!" teriak Steve.Ketika Frank hendak mematikan alatnya, sebuah sosok berdiri di samping dan mendahuluinya.Gerakan Nicholas sangat cepat, dia memperhatikan Sherina sejak tadi. Begitu melihat kondisi Sherina yang aneh, Nicholas langsung menendang alat tersebut tanpa menunggu aba-aba Steve."Boom!" Dua alat yang dibawa Steve hancur berkeping-keping.Frank kaget melihat alatnya yang rusak. Dia mengangkat kepala dan menatap Nicholas dengan marah. "Kamu sudah gila? Kamu nggak tahu betapa mahalnya alat-alat ini? Berani-beraninya kamu menendang merusak alatku."Nicholas tidak menghiraukan Frank, dia langsung memeluk Sherina dan mengecek keadaannya."Ada apa ini?" Nyonya Safira langsung bangkit berdiri, dia terlihat sangat panik.Steve juga pertama kali melihat hal seperti ini. Dia bergegas meng
"Ini, ini namanya keajaiban!" Jenny tercengang.Sembari melihat Sherina yang membuka mata dan tampak kesakitan, Nicholas berhenti mengusapnya dan berkata kepada Steve, "Jangan menggunakan alat ini lagi. Kita pantau dulu kondisinya.""Baik, aku setuju!" Steve mengangguk."Sherina, kamu nggak apa-apa?" tanya Nyonya Safira sambil memeluk Sherina.Ketika Nicholas berusaha menenangkan diri, Jenny menarik tangannya dan bertanya dengan antusias, "Nic, bagaimana kamu melakukannya? Beri tahu! Caramu benar-benar berguna.""Jenny, itu cuma kebetulan. Setelah alatnya mati, kondisi anak ini berangsur pulih. Sebelumnya juga kayak gini, 'kan? Kita harus menghormati sains, jangan percaya pengobatan yang nggak jelas gini." Frank menarik Jenny.Nicholas tahu bahwa Frank sangat memedulikan Jenny. Hanya saja pemikiran Frank dan Jenny berbeda jauh."Nic, apakah kamu bisa memberi tahu aku?" Jenny kembali bertanya.Nicholas memiringkan kepalanya sambil menjawab, "Seorang pak tua yang mengajariku cara tadi ..
Nicholas menarik tangan Frank, lalu memelintir lengannya dan meninju perutnya.Untungnya Steve gesit, dia buru-buru menahan tangan Nicholas dan memohon, "Nic, jangan, jangan ...."Sorotan mata Nicholas memancarkan kebencian, kemarahan telah menguasai hatinya. Meskipun bahu Nicholas masih terluka, hal ini tidak menghalanginya untuk menghajar Frank."Nic, jangan gegabah, jangan sampai kehilangan akal sehat." Steve berusaha membujuknya.Frank menunjuk wajah Nicholas dan berkata, "Aku sudah bilang, itu ilmu sihir ...."Nicholas menyeringai dingin. "Orang bodoh! Kalau memang pengobatan tradisional adalah ilmu sihir, kenapa pengobatan ini tercatat di dalam sejarah negara? Pengobatan tradisional harta yang diwariskan secara turun-temurun. Kamu hanya menggunakan pengetahuanmu yang dangkal untuk menilai sesuatu. Frank, kamu hanya mempermalukan dirimu sendiri.""Anggaplah penjelasanmu itu benar, tapi sekarang sudah zaman modern. Metode pengobatanmu sudah ketinggalan zaman," kata Frank sambil men
"Sudah, coba periksa kondisinya," kata Nicholas.Frank berdiri di samping, ekspresinya tampak menghina. "Kalau cara itu bisa menyembuhkan gadis ini, aku pulang ke Milaen dengan jalan kaki!"Nicholas hanya meliriknya dengan tatapan dingin. Dia sendiri enggan meladeni Frank."Sudah?" tanya Jenny."Harusnya sudah. Kalian awasi saja kondisinya, aku pulang dulu. Kalau ada apa-apa, segera hubungi aku," jawab Nicholas."Em, baik!" Steve mengangguk."Oh iya, nanti aku ganti alatnya. Jangan khawatir," kata Nicholas."Ganti? Bagaimana cara gantinya? Kamu tahu berapa harga alat itu? Itu adalah mesin terbaru yang dikembangkan ilmuwan ...." Frank tak terima, dia terus meneriaki Nicholas."Frank!" Steve membentak muridnya.Akhirnya Frank terdiam sambil mendengus dingin.Nicholas membalikkan badan, lalu pergi meninggalkan Steve dan yang lainnya.Di dalam rumah sakit, Howard agak gelisah setelah menerima telepon dari Nicholas."Jangan-jangan gadis itu bukan mengidap polio ...." Howar mengerutkan alis.
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,