"Wah, menakjubkan ...." Steve berseru kegirangan."Ada apa?" Nicholas kebingungan mendengar berbagai suara yang ada di ujung telepon."Nic, kamu tahu, biasanya pasien pingsan setiap selang satu jam. Setiap pingsan, pasien baru sadar setelah 10 menit kemudian. Tapi sejak kamu pergi, pasien baru pingsan setelah selang 3 jam dan hanya tersadar setelah 2 menit." Jenny sulit memercayai perkembangan kondisi Sherina."Nic, kamu keren banget! Nic, maafkan aku yang sempat meremehkan kamu. Aku nggak nyangka ternyata kamu sehebat ini." Jenny tak henti-hentinya memuji Nicholas."Berarti ... kondisi Sherina sudah membaik?" tanya Nicholas."Benar! Nggak cuma membaik, pasien juga merasa lebih segar," jawab Jenny.Nicholas mengangguk, lalu menutup teleponnya dan menatap Howard. Penampilan Howard memang terlihat sederhana, tetapi kemampuannya sangat hebat! Pantas saja Kakek Winata sangat menyukai Master Howard."Master Howard, kamu hebat banget!" Nicholas memuji kemampuan Howard.Howard tertawa kecil d
"Membantumu? Bantu apa?" tanya Nicholas."Nanti juga kamu tahu. Bantuan yang aku perlukan nggak gampang, jadi kamu pikirkan dulu baik-baik. Mau kamu belajar atau tidak, aku tetap akan berada di sampingmu sampai Tuan Dean menyuruhku pergi." Howard membalikkan badan dan beranjak pergi.Nicholas berbaring di atas tempat tidur sambil melamun. Tidak ada salahnya mempelajari sedikit kemampuan, pasti ada gunanya.Nicholas tidak mau terlalu memusingkan ucapan Howard. Kalau Nicholas saja bisa menghadapi Keluarga Winata, dia pasti juga bisa membantu Howard. Hanya saja Nicholas tidak tahu apakah bantuan yang diminta Howard akan membahayakan nyawanya.Malam ini Nicholas tidur dengan nyenyak.Keesokan pagi Nicholas bangun, lalu bergantu pakaian dan pergi mengunjungi Sherina.Sesampainya di Lakeside Gardenia, Nicholas turun dari mobil dan masuk ke dalam vila.Jenny sudah menunggu kedatangan Nicholas sejak tadi. Begitu melihat Nicholas sampai, Jenny langsung menyambutnya dan berkata, "Nic, kamu hebat
Steve terdiam sejenak, lalu menggelengkan kepalanya. "Frank, tenangkan dirimu.""Cepat, sekarang! Aku sudah nggak tahan menghadapi mereka, kamu masih bisa menyuruhku tenang?" Frank berteriak ke arah Steve. "Cepat, pecat Jenny! Aku nggak mau bekerja sama wanita itu.""Frank, aku kecewa banget sama kamu." Jenny menggelengkan kepalanya.Frank hanya menatap Jenny sambil menyeringai dingin.Steve menghela napas panjang. "Sangat disayangkan. Karena keluargamu nggak bisa mendukung penelitianku, kamu boleh pergi dari sini. Aku nggak akan menggunakan dana keluargamu untuk melakukan penelitian, aku juga nggak akan membagikan hasil penelitian apa pun dengan kalian."Frank tersentak, dia kaget mendengar jawaban Steve. "Apa katamu?""Aku rasa jawabanku sudah sangat jelas, aku nggak akan menggunakan dana keluargamu lagi. Kerja sama kita berakhir di sini. Kamu nggak berhak mengikuti kelas dan penelitianku lagi." Steve merentangkan kedua tangannya."Steve, kamu nggak sadar apa yang kamu lakukan? Kamu
Nicholas tersentak, dia tidak menyangka bahwa Jenny sefrontal ini.Nicholas memahami makna tersirat di balik pengakuan Jenny. Apakah semua rasa suka harus diungkapkan?Sepertinya ini yang disebut perbedaan budaya. Budaya timur lebih tertutup, sedangkan budaya barat lebih frontal."Aku mau memeriksa kondisi Sherina." Nicholas mengabaikan Jenny, lalu berkata kepada Nyonya Safira."Baik, baik." Nyonya Safira bergegas menganggukkan kepala.Nicholas mengulurkan tangannya dan kembali menekan beberapa titik akupunktur di tubuh Sherina.Sesaat selesai menekan titik akupunktur, Nicholas melihat sebuah batu giok yang dikenakan di leher Sherina. Kemarin Nicholas tidak terlalu memedulikannya, dia baru sadar setelah mengingat pesan Master Howard yang memintanya untuk mengecek apakah Sherina mengenakan benda aneh.Batu giok ini memiliki corak yang aneh dan terkesan misterius."Gurunya suamiku yang memberikan kalung ini. Sherina sudah lama mengenakan kalung ini," Nyonya Safira menjelaskan."Bu, apaka
"Semuanya, dengarkan aku! Tanpa perintahku, nggak ada yang boleh menyewa atau menjual alat apa pun kepada mereka!" Frank tersenyum dingin sambil menunjuk Steve. "Steve, sebaiknya kamu segera meminta maaf kepadaku. Kalau nggak, semua alat ini akan diambil kembali."Steve tampak frustasi.Jenny tidak ingin memperparah keadaan, dia berhenti bersembunyi dan maju untuk berbicara, "Frank, aku tahu kamu marah kepadaku. Kita bicarakan nanti di rumah, jangan membuat onar di sini.""Oh? Sudah menyadari kesalahanmu?" Frank bangkit berdiri, lalu berjalan ke depan Jenny sambil berkata, "Kalau kamu memang merasa bersalah, tunjukkan ketulusanmu biar aku melihatnya.""Frank, ini masalah kita, nggak ada hubungannya sama Nic. Nggak usah menyeret orang lain." Wajah Jenny tampak memerah."Hmm?" Frank melirik Nicholas, lalu kembali menatap Jenny. "Maksudnya kamu mau membantu dia?"Ekspresi Jenny terlihat muram, dia menatap Frank dengan tajam.Fran mengangkat kedua bahunya dan berkata, "Aku bisa saja memban
Nicholas maju ke depan, lalu melirik sebentar ke arah Frank. Kemudian Nicholas menatap kedua alat yang ada di lantai dan menendangnya sampai terhempas."Prang." Kedua alat medis hancur berkeping-keping."Aku nggak suka kedua alat itu. Besok bawain yang baju," Nicholas berbicara kepada Hans."Baik." Hans bergegas menganggukkan kepala.Semua orang tercengang, Jenny bahkan sampai menganga. Kedua alat yang mahal itu ditendang begitu saja?"Hans, kamu ...." Frank kehabisan kata-kata.Hanya Steve yang memahami situasi ini. Keluarganya Frank memang memiliki saham di Perusahaan Ganfa, tetapi saham yang dimiliki tidak banyak. Pemilik saham terbesar Perusahaan Ganfa adalah Keluarga Winata.Keluarga Winata memiliki 80% saham Perusahaan Ganfa, jauh lebih banyak daripada yang dimiliki keluarganya Frank.Nicholas berjalan ke hadapan Frank, lalu menepuk wajahnya dan berkata, "Sudah lihat? Barang yang kamu larang jual malah mau diberikan secara gratis untukku. Tapi aku nggak suka, jadi aku buang. Eh,
"Ah ...." Frank menjerit kesakitan. Sudut bibirnya robek dan mulai mengeluarkan darah.Nicholas menjambak rambut Frank, raut wajahnya terlihat dingin. "Negara kami memang ada tradisi bersujud, aku ingin kamu mencobanya."Wajah Frank terlihat ketakutan, dia meringkuk sambil berkata, "Aku adalah orang Negara Milaen ...."Nicholas melayangkan tendangan ke wajah Frank. "Aku malas omong kosong. Bisa bersujud, nggak?""Bisa ...." Sekujur tubuh Frank bergemetaran. Jika hari ini tidak bersujud, Frank tidak akan bisa meloloskan diri dari tempat ini.Nicholas menyeringai dingin. "Nggak usah deh, aku nggak sudi menerimanya ...."Hati Frank terasa panas, apa maksud ucapan Nicholas?"Emm, begini konteksnya. Kalian melihat Tuan Muda Frank dipukuli di jalan, lalu kalian bergegas menyelamatkannya. Mengerti?" Nicholas berbicara kepada Hans."Mengerti!" Hans langsung menarik Frank dan menyeretnya ke luar.Jenny baru menyadari sisi lain Nicholas. Di balik kelembutan Nicholas, ternyata dia adalah pria yan
Nicholas menutup teleponnya dan mengacungkan jempol kepada Master Howard. Sepertinya memang giok ini yang memperparah kondisi Sherina. Sekarang giok ini sudah disingkirkan, kondisi Sherina pun perlahan mulai pulih."Gioknya aku bawa dulu, aku mau mengecek apakah masih ada keanehan lain pada giok ini," kata Howard sambil berjalan keluar. "Aku akan kembali 3 hari lagi, suruh N2 menjagamu.""Oke." Nicholas mengangguk. Dia tidak perlu khawatir, Howard pasti bisa membereskannya.Pada malam hari, di sebuah sudut Kota Mano yang gelap."Aku nggak peduli mau pakai cara apa, pokoknya dia harus mati! Nggak cuma dia, aku mau dia dan semua keluarganya dihabisi!""Tuan Muda, nggak ada yang berani mengambil pekerjaan ini," jawab seseorang di ujung telepon."Kamu bisanya apa sih? Masalah gini saja nggak becus." Frank berteriak, emosinya terasa meluap-luap. "Aku kasih 1 minggu, hanya 1 minggu! Dengarkan baik-baik, aku mau dia mati dalam waktu 1 minggu. Mengerti?"Tidak ada yang menjawab."Kamu dengar,
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,