Sesampainya di rumah sakit, Nicholas pergi menemui Karen dan Samantha.Kondisi Karen dan Samantha sudah membaik. Terutama Samantha, kondisinya memang tidak parah. Hanya ada sedikit retakan pada tulang selangka.Beberapa hari lagi perban Samantha sudah boleh dilepas.Kondisi Karen agak lebih parah. Meskipun bisa berdiri, dia belum bisa berjalan normal.Ketika Nicholas berada di bangsal Karen dan Samantha, kedua gadis ini tampak malu-malu. Samantha jadi pendiam, Karen juga terlihat sungkan-sungkan.Nicholas mengerutkan bibir, dia terpaksa kembali ke bangsalnya sendiri.Pada malam hari perawat datang untuk menginfus Nicholas.Nicholas mengerutkan alis saat melihat perawat yang masuk. "Bukannya tadi pagi sudah diinfus? Kenapa malam diinfus lagi?""Ini menyangkut kesehatanmu. Dokter yang memerintahkan, aku juga kurang tahu detailnya," jawab perawat.Nicholas mengangguk. Walaupun mencurigakan, Nicholas tidak mau berpikir terlalu banyak.Ketika cairan infus masuk ke dalam pembuluh darah, tiba
"Kak Nicholas, kamu kenapa?" Samantha langsung memapah Nicholas yang tersungkur di lantai.Sekujur tubuh Nicholas terasa panas, dia mulai kehilangan akal sehat. "Cepat, kunci pintunya! Kunci pintunya! Kayaknya aku dibius obat perangsang, jangan sampai ada yang masuk."Samantha terkejut, dia bangkit berdiri dan segera mengunci pintunya.Di saat bersamaan, Bella berusaha membuka pintu bangsal Nicholas, tetapi ternyata sudah dikunci dari dalam."Sialan!" Bella memukul pintu bangsal.Beberapa pasien menatap Bella dengan tatapan paneh. Begitu menyadari kecurigaan orang-orang di sekitar, Bella segera bersembunyi dan menelepon Julia."Bella, kok kamu nggak masuk? Kenapa malah wanita lain yang ada di dalam?" Suara Julia terdengar cemas."Kamu yang salah memperhitungkan waktu, mana aku tahu?" Bella membentak Julia."Cepat kembali! Jangan sampai ketahuan!" kata Julia.Bella menendang pintu yang ada di dekatnya dan kembali ke ruang ganti.Sekujur tubuh Nicholas terasa panas dan kering. Dia mengec
Saat ini Nicholas telah kehilangan seluruh akal sehatnya.Samantha menangis tersedu-sedu, dia tak dapat menahan rasa sakit pada tulang selangkanya. Namun Nicholas malah menariknya dan berusaha mengecupnya dengan sekuat tenaga.Nicholas tak hanya kehilangan akal sehat, tetapi juga kehilangan kesadaran. Akhirnya dia merasa jauh lebih baik saat mengecup wajah dan leher Samantha.Nicholas menyukai perasaan ini, dia tak bisa menahan diri, bahkan rasanya mulai kecanduan.Samantha merasa putus asa, dia tidak bisa memberontak. Kekuatan Samantha tak sebesar kekuatan Nicholas."Jangan ... jangan!" Samantha menangis sekeras-kerasnya, dia ketakutan sampai bibirnya membiru.Setelah menangis selama beberapa menit, Samantha pun kehabisan tenaga. Dia benar-benar sangat putus asa.Di saat bersamaan, Bella merebut laptop Julia untuk melihat situasi yang terjadi di dalam bangsal. Seketika Bella pun murka saat melihat adegan panas yang berlangsung di antara Nicholas dan Samantha.Bella mengepalkan tangann
Salah satu tangan Karen sedang diinfus, dia mengambil ponsel dengan menggunakan tangan yang satunya, lalu bergumam, "Siapa yang mencariku?"Sesaat melihat rekaman yang dikirimkan, Karen langsung mematung di tempat. Dia melihat dengan jelas adegan panas yang terjadi di antara Nicholas dan Samantha."Nic, Samantha ...." Kedua mata Karen tampak memerah.Di tengah kebingungan Karen, Julia kembali mengirimkan pesan kepadanya.[ Cepat, lihat ke kamarnya Nicholas. ]Tangan Karen bergemetaran dan air mata pun mulai mengalir membasahi pipinya.Karen menggelengkan kepala, dia tidak ingin memercayai semua ini. Walaupun berusaha menyangkal, semua bukti telah terpampang jelas.Karen menggertakkan gigi, dia mengerahkan seluruh tenaganya dan berusaha turun dari tempat tidur. Setelah menginjak lantai, Karen melepaskan infus yang menempel di tangan, lalu beranjak ke bangsal Nicholas.Karen menggelengkan kepala, dia berharap semua ini tidak benar. Jika Nicholas dan Samantha memang berkhianat, Karen tida
Di rumah sakit.Kedua mata Nicholas memerah, dia tidak tega melihat Samantha yang menangis tersedu-sedu."Ma-maaf ...." Nicholas menggertakkan gigi sambil mengepalkan tangan. Seketika rasa bersalah pun membanjiri hatinya.Mata Samantha bengkak sehabis menangis. Dia memeluk dirinya sendiri sambil menatap Nicholas dan berkata, "Kak Nicholas, ada yang sengaja menjebakmu, ada yang mau mencelakaimu. Kamu harus hati-hati."Nicholas tercengang melihat Samantha yang buru-buru mengenakan pakaiannya dan bergegas kabur.Nicholas baru menyadari apa yang telah dilakukannya, dia telah menyakiti Samantha ....Walaupun Samantha tidak mengungkapkan kekecewaannya secara langsung, Nicholas dapat melihat kekecewaan yang terpancar dari matanya.Ketika menoleh ke samping, Nicholas terkejut melihat bekas darah yang mengotori tempat tidur.Kedua tangan Nicholas bergetar, dia memegang kepalanya dan tampak frustasi. Namun dia tidak tahu bagaimana cara melampiaskan kemarahannya.Samantha pergi dalam kondisi meng
Nicholas mengamati kedua sosok yang ada di dalam layar. Walaupun mereka mengenakan masker, Nicholas merasa familier dengan kedua sosok itu.Bella! Benar, itu Bella!Begitu menyadari orang yang menjebaknya adalah Bella, kemarahan di dalam hati Nicholas pun menyulut. "Ayo, ke Pelelangan Anoka."Nicholas membalikkan badan dan langsung beranjak pergi.Para pengawal terkejut melihat Nicholas yang biasanya bersikap ramah dan hangat juga bisa memancarkan tatapan sedingin pembunuh.Dulu kehidupan Nicholas terlalu damai dan tenang. Selama ini Nicholas juga bersikap sangat pasif, makanya dia bisa berada di situasi seperti ini.Jika Nicholas tidak bisa mengatasi Bella dan tetap bersikap pasif, bagaimana dia bisa mengalahkan Joan?Setelah keluar dari rumah sakit, Nicholas masuk ke dalam mobil dan pergi ke Pelelangan Anoka. Nicholas pergi dengan diikuti belasan mobil.Gawat, sepertinya hari ini akan terjadi masalah besar.Pelelangan Anoka terletak di tengah kota, jaraknya tidak jauh dari rumah saki
"Habisi dia!" Nicholas malas meladeni Deska."Apa katamu? Kamu nggak tahu aku siapa? Lancang banget!" Deska menatap Nicholas dengan tatapan dingin, dia tidak menyangka ada orang lancang yang ingin menghabisinya.Sebelum sempat mencerna semua ucapan Nicholas, beberapa pengawal maju dan menghantam kepala Deska sampai berdarah.Deska terkejut, dia tersungkur sambil memegang kepalanya yang berlumuran darah."Prang, bugh, dang ...." Terdengar suara pecahan kaca dan barang-barang yang dilempar.Para pegawai ketakutan dan berteriak histeris, "Ah ...."Sebagian pengawal menghancurkan barang-barang di dalam pelelangan, sedangkan sebagian lagi berjaga di depan pintu. Sebelum Nicholas memberikan perintah, tak ada seorang pun yang boleh keluar dari ruangan ini.Dalam waktu kurang dari 5 menit, semua barang-barang di dalam pelelangan pun hancur. Pecahan beling dan rongsokan tampak berserakan di lantai, tak ada satu pun yang tersisa.Sekitar 40 orang pegawai yang tertahan di dalam gedung. Mereka sem
Tak sampai 20 menit, pintu lift terbuka dan Bella masuk dengan tergesa-gesa.Bella tidak datang sendirian, dia membawa beberapa pengawal yang mengikuti dari belakang.Kebetulan Bella juga berada di dekat pelelangan. Sesaat mendengar ada yang membuat onar, dia pun murka dan bergegas kemari.Begitu melihat sosok yang duduk di sofa, Bella terkejut dan hampir pingsan."Bu Bella, dia pelakunya! Jangan lepaskan dia, dia harus dikasih pelajaran." Deska menunjuk Nicholas sambil memakinya, "Nggak ada, nggak ada yang berani memperlakukan Pelelangan Anoka seperti ini. Bu Bella, dia harus diberi pelajaran ...."Nicholas bangkit berdiri, lalu berjalan mendekati Bella secara perlahan-lahan."Nic ...." Suara Bella terdengar gemetaran. "De-dengarkan penjelasanku ...."Nicholas mengangkat tangan dan langsung menampar wajah Bella. Kali ini Nicholas tidak akan bermurah hati seperti sebelumnya.Kemudian Nicholas menjambak rambut Bella, lalu membentur kepalanya berkali-kali ke atas meja. Kepala Bella berlu
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,