"Habisi dia!" Nicholas malas meladeni Deska."Apa katamu? Kamu nggak tahu aku siapa? Lancang banget!" Deska menatap Nicholas dengan tatapan dingin, dia tidak menyangka ada orang lancang yang ingin menghabisinya.Sebelum sempat mencerna semua ucapan Nicholas, beberapa pengawal maju dan menghantam kepala Deska sampai berdarah.Deska terkejut, dia tersungkur sambil memegang kepalanya yang berlumuran darah."Prang, bugh, dang ...." Terdengar suara pecahan kaca dan barang-barang yang dilempar.Para pegawai ketakutan dan berteriak histeris, "Ah ...."Sebagian pengawal menghancurkan barang-barang di dalam pelelangan, sedangkan sebagian lagi berjaga di depan pintu. Sebelum Nicholas memberikan perintah, tak ada seorang pun yang boleh keluar dari ruangan ini.Dalam waktu kurang dari 5 menit, semua barang-barang di dalam pelelangan pun hancur. Pecahan beling dan rongsokan tampak berserakan di lantai, tak ada satu pun yang tersisa.Sekitar 40 orang pegawai yang tertahan di dalam gedung. Mereka sem
Tak sampai 20 menit, pintu lift terbuka dan Bella masuk dengan tergesa-gesa.Bella tidak datang sendirian, dia membawa beberapa pengawal yang mengikuti dari belakang.Kebetulan Bella juga berada di dekat pelelangan. Sesaat mendengar ada yang membuat onar, dia pun murka dan bergegas kemari.Begitu melihat sosok yang duduk di sofa, Bella terkejut dan hampir pingsan."Bu Bella, dia pelakunya! Jangan lepaskan dia, dia harus dikasih pelajaran." Deska menunjuk Nicholas sambil memakinya, "Nggak ada, nggak ada yang berani memperlakukan Pelelangan Anoka seperti ini. Bu Bella, dia harus diberi pelajaran ...."Nicholas bangkit berdiri, lalu berjalan mendekati Bella secara perlahan-lahan."Nic ...." Suara Bella terdengar gemetaran. "De-dengarkan penjelasanku ...."Nicholas mengangkat tangan dan langsung menampar wajah Bella. Kali ini Nicholas tidak akan bermurah hati seperti sebelumnya.Kemudian Nicholas menjambak rambut Bella, lalu membentur kepalanya berkali-kali ke atas meja. Kepala Bella berlu
Nicholas menjambak rambut Julia, lalu menyeretnya ke kamar mandi.Julia berusaha memberontak, raut wajahnya terlihat ketakutan. "Nic, jangan! Lepaskan aku, lepaskan! Bagaimanapun aku pernah menjadi gurumu.""Guru? Kamu nggak malu menyebut dirimu sebagai guru?" Dulu Julia sering menindas, menyalahkan, dan mencari-cari kesalahan Karen. Sebelumnya Nicholas enggan membuat perhitungan dengan Julia, tapi makin hari tindakannya makin kelewatan."Kalau tahu bakal jadi gini, harusnya aku menghabisimu dari kemarin. Semua salahku, aku terlalu berbaik hati dan gampang luluh," kata Nicholas"Jangan, aku mohon," Julia meronta-ronta.Sesampainya di kamar mandi, Nicholas membenturkan kepala Julia ke penutup kloset."Krak ...." Penutup kloset pecah menjadi dua keping.Nicholas tak berhenti sampai di situ, dia menarik Julia dan membenturkan kepalanya ke dinding kamar mandi. "Bang, bang, bang ...."Kulit wajah dan kulit kepala Julia robek, darah segar pun mengalir membasahi wajahnya.Kali ini Julia sanga
"Nic, jangan ...," Bella meronta-ronta.Nicholas menatap semua pegawai Pelelangan Anoka. Melihat mereka yang tampak ketakutan, Nicholas pun membalikkan badan dan beranjak ke ruangan Bella.Nicholas membuka layar komputer yang biasanya digunakan oleh Bella untuk memantau situasi di dalam kamar mandi.Reaksi obat ini sangat cepat, entah dari mana Julia mendapatkannya. Hanya dalam hitungan hitungan menit, wajah dan tubuh mereka sudah memerah. Mereka mulai menggaruk wajah dan tubuhnya ....Ketika obat bekerja sepenuhnya, Julia dan Bella tak dapat lagi membendung hasrat di dalam diri mereka. Mereka mulai melepaskan pakaian yang dikenakan, lalu menatap satu sama lain dengan tatapan berapi-api.Nicholas harus mengakui, tubuh Bella memang sangat indah dan menggoda.Sorotan mata Nicholas terlihat dingin. Setelah adegan panas yang berlangsung 20 menit, Nicholas mengunduh rekaman tersebut, lalu kembali ke kamar mandi.Nicholas melihat Bella yang berbaring di lantai, pakaiannya sangat berantakan,
Nicholas membuka mulut, tetapi dia tidak sanggup berkata-kata."Kenapa diam saja?" Gloria berteriak, "Tunggu di sana! Hari ini aku akan menghabisimu!"Nicholas membeku di tempat. Jika menikahi Samantha, Nicholas harus bertanggung jawab atas perasaan dua orang wanita.Nicholas dan Samantha berteman sejak kecil. Nicholas masih ingat bagaimana wajah kecil Samantha yang tersenyum manis dan menggemaskan.Sebenarnya ini adalah salah satu alasan kenapa Nicholas tidak bisa menyukai Samantha. Nicholas sudah menganggap Samantha sebagai adiknya sendiri. Jika Nicholas menikahinya, Nicholas sendiri tidak yakin apakah dia mampu menjaga dan mencintai Samantha sepenuh hati.Nicholas takut tidak bisa membahagiakan Samantha ....Nicholas menghela napas panjang. Dia mematikan panggilan Gloria dan menunggu di tempat.Tak berapa lama beberapa mobil berhenti di depannya. Gloria turun dari mobil sambil memegang sebuah pisau tajam.Nicholas berdiri di tempat, dia sama sekali tidak bergeming. Sebenarnya Nichol
Tak hanya Samantha dan Karen yang sakit hati, Nicholas pun sangat menderita.Setelah Samantha pergi, Nicholas bergegas memeriksa kondisi para pengawalnya. Tiga orang pengawal Nicholas terluka parah. Walaupun tidak tewas, kondisi mereka harus segera diobati.Nicholas tak berani membayangkan bagaimana kalau Samantha tidak datang? Mungkin Gloria udah menghabisi Nicholas."Tuan Muda ...," panggil salah seorang pengawal."Ayo, pergi." Nicholas masuk ke dalam mobil dan mengantar para pengawalnya ke rumah sakit.Malam ini Nicholas tidak bisa tidur, dia merasa sangat gelisah.Keesokan hari Nicholas mengurus prosedur rumah sakit, dia sudah boleh pulang.Samantha dan Karen sudah tidak berada di rumah sakit, Nicholas pun tidak ingin tinggal lebih lama.Setelah semua prosedur selesai, Nicholas memanggil taksi dan pergi menjenguk Sherina.Jenny terkejut melihat kondisi Nicholas. "Nic, kamu kenapa? Kok kamu terlihat lemas?"Nicholas tersenyum kecut, dia tidak menjawab dan langsung naik ke atas untuk
"Apa katamu?" Sani memelototi Nicholas.Nicholas tersenyum. "Kamu nggak dengar? Aku bilang, kamu kayak cewek!""Kurang ajar ...." Sani tidak senang mendengarnya."Sudah, sudah!" Fendiana menarik pergelangan tangan Sani sambil menggelengkan kepala. "Nggak usah ladeni dia."Nicholas hanya tersenyum kecil."Yasmine, kenalin ini Pak Sani, kami ketemu waktu di luar negeri. Dia lagi ada proyek investasi di Kota Mano," Fendi berbicara kepada Yasmine.Meskipun Yasmine tidak berpakaian seseksi Fendi, Yasmine tetap tersenyum percaya diri. "Wah, Paman terlihat masih mudah yah. Berapa usia Paman? Enam puluh tahun, ya? Tapi masih kelihatan kayan 50 tahun ....""Yasmine, kenapa kamu selalu menyerangku?" Raut wajah Fendi terlihat masam.Yasmine tersenyum, dia berjalan ke samping Nicholas dan berkata, "Kenalin, ini pacarku, Nicholas. Dia konglomerat, masih muda, dan pintar."Nicholas tertegun, dia merasa agak gugup saat Yasmine merangkul tangannya.Fendi mengamati penampilan Nicholas, pemuda ini sama
Nicholas sontak menoleh ke arah Fendi.Fendi tersenyum. "Aku bukannya sengaja merebut unit yang kamu suka. Kebetulan aku juga sedang mencari tempat tinggal. Begini saja, kalau kamu sanggup beli, unit itu untuk kamu. Tapi kalau kamu nggak sanggup bayar, biar aku yang ambil."Nicholas kembali pegawai yang merendahkannya. Pegawai ini tidak percaya kalau Nicholas sanggup membelinya, dia malah menatap Fendi dengan penuh harap.Nicholas menghela napas, penampilannya hari ini memang terlalu biasa. Sampai-sampai pegawai agen properti pun merendahkannya.Yasmine tidak peduli, dia tetap merangkul pergelangan tangan Nicholas sambil tersenyum lebar."Kenapa? Nggak jadi beli? Kayaknya kamu juga nggak sanggup beli." Fendi tersenyum mengolok-olok. "Yasmine, kayaknya cowokmu nggak sehebat yang kamu bilang ....""Pecundang cocok sama pecundang, orang pintar memilih orang pintar, bajingan ...." Sani menggelengkan kepala.Yasmine menoleh dan melanjutkan ucapannya, "Bajingan cocok sama bajingan ...."Nich
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,