"Mas," panggil Embun dengan suara pelan.Gio mendongak, matanya yang tadinya fokus pada layar ponselnya kini beralih pada Embun, dia tersenyum lebar."Kenapa, Sayang? Sini duduk," ujar pria itu seraya menepuk sofa di sebelahnya agar istrinya duduk di dekatnya."Lagi ngapain, Mas?" tanya Embun penasaran. "Kayaknya sibuk banget ya.""Nggak juga, cuma lagi mantau aja progres pembangunannya sampai mana. Kenapa, Sayang?""Nggak apa-apa, Mas. Emangnya Mas yakin sama keputusan yang Mas buat? Hidup sederhana itu nggak mudah loh, Mas. Apalagi, kan, Mas udah terbiasa hidup mewah dari kecil."Gio tersenyum mendengarnya. Dia memeluk pinggang istrinya begitu erat. "Nggak apa-apa, hidupku bakal baik-baik saja asal kamu selalu ada di sampingku. Kamu masih meragukan ku, hem?"Embun menggeleng dengan cepat. "Nggak ragu, cuma aku takut Mas nggak akan sanggup menjalaninya nanti.""Kata siapa? Aku sanggup kok. Harusnya yang aku takutkan itu kamu. Takut kamu pergi lagi ninggalin aku. Mulai sekarang kamu
Read more