Home / Romansa / Dinikahi CEO Galak / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Dinikahi CEO Galak: Chapter 71 - Chapter 80

93 Chapters

Kamu Nggak Apa-apa, Kan?

"Hai."Embun memutar bola matanya malas ketika melihat Dimas sudah ada di depan rumahnya."Kenapa?" tanya wanita itu ketus."Berangkat kerja bareng yuk."Embun menggeleng. "Aku pakai motor aja," tolak wanita itu."Oh, oke," sahut pria itu seraya tersenyum kecewa.Dimas pun langsung memasuki mobilnya, setibanya di dalam mobil dia tersenyum licik karena melihat raut wajah wanita itu tampak begitu kesal.Tuk ... tuk ...Dimas menurunkan kaca mobilnya."Perlu bantuan?" tanya pria itu.Embun mendengkus keras. "Aku heran kenapa ban motorku selalu aja kempes, curiga nih pasti ada seseorang dengan sengaja melakukannya," ucapnya seraya melirik ke arah Dimas dengan tajam.Dimas mengusap tengkuknya. "Apa kamu lagi nuduh aku?"Embun memicingkan mata. "Emangnya kamu merasa? Padahal aku nggak ada ngomong kalau kamu yang melakukannya loh."Dimas berdecak pelan."Kamu emang nggak ada bilang kalau aku yang melakukannya, tapi sorot matamu itu seolah-olah mengatakan kalau aku yang melakukannya."Embun t
Read more

Kalau Aku Nggak Mau?

Dimas memukul stir mobil itu dengan keras karena merutuki kebodohannya barusan.Bagaimana tidak, dia hampir saja mencelakai Embun lagi. Kejadian dua tahun lalu hampir terulang kembali.Dan jelas saja dengan kejadian tadi membuat Embun kembali trauma, terlihat begitu jelas dengan raut wajah wanita itu yang begitu pucat."Sial! Aku sudah susah payah membujuk dia untuk tidak takut lagi naik mobil, malah kejadian seperti ini keulang lagi. Benar-benar sial! Kalau kayak gini aku bakal susah bujuk Embun agar mau jalan bareng aku. Arghh!" teriak pria itu.Masih terekam jelas diingatannya, begitu tadi mobil berhenti Embun langsung keluar dari mobil tanpa mengucapkan sepatah katapun, hal itu jelas saja membuat Dimas kian merasa bersalah."Maafin aku, Embun. Aku nggak bermaksud untuk membuat trauma itu datang kembali. Maafin aku." Berkali-kali Dimas menggumamkan kata maaf seolah-olah Embun kini berada di hadapannya.***"Kerjaan di sini sebentar lagi akan selesai, Pak. Apa yang akan kita lakukan
Read more

Jadi Dia Dalang dari Semua ini?

Embun tersenyum lega ketika melihat ban motornya tidak kempes lagi. Bagaimana tidak? Dia memasukkan motornya itu ke dalam rumah. Semua usahanya itu sebagai bentuk antisipasi saja, takutnya ada yang jahil lagi.Mengenai Dimas, sampai saat ini pun pria itu tetap gigih mendekatinya.Embun juga tak paham dengan pria itu, padahal berkali-kali Embun bilang kalau dia tidak mau ikut nebeng dengannya, tapi tetap saja pria itu keras kepala.Dan untuk Gio? Mengingat pria itu membuat dirinya tersenyum getir. Beberapa hari yang lalu pria itu mengirimi dia pesan kalau dia akan kembali ke kotanya, dan juga mengatakan akan kembali menjemput dirinya secepatnya.Embun sama sekali tak menanggapinya, akan tetapi sepertinya dia agak menyesal karena telah mengabaikan pesan pria itu, harusnya dia bertanya kapan pria itu akan kembali menemuinya. Sial, kenapa tiba-tiba dia merindukan pria itu, sih?Embun pun mengeluarkan motornya itu dengan sedikit kesusahan, setelah beberapa kali ada adegan yang begitu menyu
Read more

Sampai Kapan Kamu Terus Menghindar Dariku?

"Halo, Sayang."Embun berdecak kesal ketika mendengar suara pria itu, kendati demikian dia agak lega karena rasa rindunya pada pria itu tersalurkan.Ini adalah kesempatan bagus untuk wanita itu untuk menghubungi Gio."Kenapa kamu menyuruh atasanku untuk memecatku!" kata Embun dengan suara meninggi."Oh, itu ya. Karena aku tidak suka melihat istriku capek-capek bekerja. Kamu, kan, punya suami, nggak sepatutnya kamu kerja keras seperti itu. Terus gunanya aku apa dong? Aku jadi merasa suami nggak becus karena menelantarkan istri."Embun tersenyum miris. Dia sudah membuat kecewa Gio, akan tetapi pria itu masih saja berbesar hati menerimanya."Kenapa kamu melakukan semua ini, Gio?" tanya Embun dengan suara tercekat."Karena aku menyayangimu, Sayang. Oh ya, tiga hari lagi aku akan menemuimu. Aku harus menyelesaikan urusanku di sini, setelah itu aku akan ikut hidup denganmu, apapun yang terjadi. Kamu nggak keberatan, kan, Sayang?" tanya Gio dari ujung sana. Suara pria itu terdengar begitu le
Read more

Menjemput Kebahagiaanku

"Gio, Mama nggak habis pikir sama kamu. Memangnya selama ini Mama selalu jahat sama kamu sampai-sampai kamu harus berbuat seperti ini?" tanya Rena tak percaya.Gio tersenyum tipis ketika mendengar keluhan mamanya."Ma, Mama adalah satu-satunya wanita yang telah melahirkanku ke dunia. Sampai saat ini aku masih selalu menuruti apapun keinginan Mama agar Mama tidak kecewa denganku. Namun, satu yang sampai saat ini nggak akan aku lakuin untuk merealisasikan rencana Mama, yaitu dengan menikah lagi dengan wanita lain. Mama selalu bilang kalau Mama melakukan semuanya demi kebaikanku. Apa selama ini Mama nggak berpikir sedikit aja tentang perasaan aku, Ma. Kenapa Mama selalu egois? Kenapa Mama selalu mementingkan diri Mama sendiri? Kenapa harus ada kata derajat yang setara di keluarga kita? Kenapa?" Gio begitu muak dengan ini semua.Baru saja dia datang dari kantor, sudah diberondong pertanyaan yang sangat tidak dia sukai, apalagi lagi dan lagi mamanya itu mengatur pertemuan antara dirinya de
Read more

Kamu Yakin?

"Apa Anda serius dengan keputusan Anda, Pak?" tanya Rizal hati-hati."Iya, mulai saat ini kamu sudah bukan bawahanku lagi, kamu resmi dipecat. Semoga kamu mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari ini, dan semoga kamu juga mendapatkan bos yang lebih baik dari aku. Terima kasih karena selama ini kamu mau menemaniku," ungkap Gio dengan senyum tulus.Rizal menghela napas gusar, dia merasa ada yang kosong pada dirinya. Bukan apa-apa, dia sudah merasa sreg bekerja dengan Gio, dia sudah terlalu nyaman dengan atasannya itu. Ketika mendengar Gio berbicara seperti itu, entah mengapa dia merasa tidak rela."Setelah ini apa yang akan Anda lakukan, Pak?" tanya Rizal penasaran.Gio mengerutkan keningnya. "Bukannya aku pernah menyuruhmu untuk membeli beberapa lahan tanah di kota yang sama tempat Embun tinggali saat ini?"Rizal mengusap tengkuknya yang tidak terasa gatal. "Saya tidak paham maksud Anda, Pak," ucap pria itu jujur."Aku akan membuka usaha kecil-kecilan di sana, bersama dengan istriku,
Read more

Kangen Berat, ya?

Embun mendengkus keras ketika mendengar suara klakson mobil."Ck! Mau apa lagi sih dia itu," gerutu wanita itu.Karena suara klakson itu terus-menerus berbunyi, mau tak mau Embun pun membuka pintu, wanita itu berkacak pinggang.Dimas yang melihat itu bukannya takut dia malah tertawa kecil."Kok masih pakai daster? Nggak kerja?" tanya pria itu."Aku udah nggak kerja lagi, jadi kamu nggak usah sok-sok jemput aku," sahutnya dengan ketus."Loh, kenapa?" tanya pria itu dengan wajah terkejut."Dipecat!""Kok bisa?"Embun mengedikkan bahunya acuh. "Ya mana aku tahu, suka-suka mereka lah, orang mereka kok yang punya kantor," jawabnya jutek."Ya udah kalau gitu. Gimana kalau kamu kerja di tempat aku aja. Kebetulan di sana ada lowongan. Gimana, mau nggak?" tawar Dimas tanpa pikir panjang.Embun langsung menggeleng tegas. "Nggak dulu deh, udah sana kamu pergi kerja. Nanti malah telat, eh nggak tahunya dipecat juga."Dimas tampak enggan meninggalkan Embun, menurutnya ini adalah momen yang begitu
Read more

Ini Bukan Ilusi, Ini Nyata!

Sesuai apa yang Gio katakan, pria itu benar-benar datang ke rumah Embun malam itu.Dia tersenyum tipis ketika melihat Embun membukakan pintu seraya mengucek-ngucek matanya."Kenapa datangnya harus tengah malam sih?" gerutu wanita itu."Kenapa? Aku ganggu ya?""Bukannya gitu," decak Embun, wanita itu menoleh ke kiri dan ke kanan untuk memastikan tidak ada tetangga yang melihat kedatangan Gio. "Takutnya ganggu ketenangan tetangga waktu lagi istirahat," ungkapnya melanjutkan."Ganggu gimana sih? Lagian akunya juga nggak berisik. Ini ... omong-omong nggak ditawarin masuk nih?"Embun langsung menyingkirkan tubuhnya dari pintu, membiarkan pria itu masuk."Besok-besok kalau datang jangan tengah malam ya," pinta Embun. "Nanti dikiranya aku bawa laki-laki masuk sama tetangga tengah malam, cari kesempatan pas waktu mereka lagi istirahat. Tahu sendiri, kan, mulut tetangga itu nggak bisa di rem."Gio mengerutkan keningnya. "Peduli banget sama omongan tetangga. Ya tinggal kamu bilang aja kalau aku
Read more

Terasa Terasingkan

"Tuh kan, Mama bilang juga apa. Gio itu cinta mati banget sama kamu, Embun. Kamunya aja yang ngeyel dibilangin, makanya nurut apa kata orang tua, kayak gitu kan kamu sendiri yang tersiksa," cibir Ipah dari ujung sana.Embun tak menjawab, dia hanya bisa meringis pelan karena mendengar serentetan ocehan yang mamanya berikan.Dua tahun ini memang mereka tak bertemu, akan tetapi antara mama dan anak itu tak pernah putus komunikasi.Awalnya, mama Embun sama sekali tak menyetujui ide Embun yang begitu konyol itu, menurut Ipah sama saja Embun telah mempermainkan pernikahan. Akan tetapi dia juga tidak ingin terlalu mengekang anaknya, jadi dia membiarkan Embun berbuat semaunya. Toh anaknya itu sudah dewasa, jadi bisa memilih yang mana yang terbaik untuk diri sendiri."Untung aja dia cinta mati sama kamu, kalau nggak mampus lah kamu itu. Mana ada yang mau sama kamu selain Gio.""Ma," erang Embun. Dia memijit kepalanya yang terasa berdenyut karena lagi-lagi mamanya mengoceh tak jelas. "Gini-gini
Read more

Mas Mau Minta Jatah

"Mas," panggil Embun dengan suara pelan.Gio mendongak, matanya yang tadinya fokus pada layar ponselnya kini beralih pada Embun, dia tersenyum lebar."Kenapa, Sayang? Sini duduk," ujar pria itu seraya menepuk sofa di sebelahnya agar istrinya duduk di dekatnya."Lagi ngapain, Mas?" tanya Embun penasaran. "Kayaknya sibuk banget ya.""Nggak juga, cuma lagi mantau aja progres pembangunannya sampai mana. Kenapa, Sayang?""Nggak apa-apa, Mas. Emangnya Mas yakin sama keputusan yang Mas buat? Hidup sederhana itu nggak mudah loh, Mas. Apalagi, kan, Mas udah terbiasa hidup mewah dari kecil."Gio tersenyum mendengarnya. Dia memeluk pinggang istrinya begitu erat. "Nggak apa-apa, hidupku bakal baik-baik saja asal kamu selalu ada di sampingku. Kamu masih meragukan ku, hem?"Embun menggeleng dengan cepat. "Nggak ragu, cuma aku takut Mas nggak akan sanggup menjalaninya nanti.""Kata siapa? Aku sanggup kok. Harusnya yang aku takutkan itu kamu. Takut kamu pergi lagi ninggalin aku. Mulai sekarang kamu
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status