Sasti kecewa. Baginya, pernikahan papanya jadi tidak ada artinya. Dia tetap saja bersama Bude Siti ke sekolah. Padahal, harapannya dulu, kala papanya memiliki ibu baru, dia dapat seperti teman-temannya. Sekolah diantar dan dijemput oleh bunda barunya. “Mas, jangan berangkat dulu. Kasihan Sasti,” tegur Ratih. Dia dalam kebimbangan. Ratih tahu sifat Rizal yang keras kepala. Yang jika sudah memutuskan sesuatu, tak ingin dipengaruhi oleh apapun. Apalagi yang sudah-sudah, perkara Sasti, sangat sulit dipengaruhi. Namun, Ratih tak tega melihat gadis kecil itu kecewa. “Gini saja, Sasti berangkat sekarang bareng Bunda. Tapi, kalau nanti sampai sekolah belum buka, nanti nggak apa-apa nunggu di sana sama Bude Siti, ya?” usul Ratih, seraya menatap anak sambungnya. Tangannya mengusap kepala anak umur lima tahun ini. Paling tidak, dengan ide itu, Sasti mengerti, alasan Ratih tak dapat membersamainya setiap hari ke sekolah. Biar putri sambungnya juga belajar, kalau sebenarnya dirinya bukan tak ma
Last Updated : 2022-12-27 Read more