All Chapters of DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU: Chapter 71 - Chapter 80

198 Chapters

Bab 28b

Wanita muda itu tak pernah sekalipun merasakan hidup susah. Dari kecil selalu tumbuh berkecukupan dan berlimpah harta.“Kembalilah ke rumah suamimu. Wanita yang sudah menikah dan punya anak, kewajiban utamanya adalah mengabdi pada suami. Bukan tinggal bersama orang tuanya. Lakukan kewajibanmu sebagai istri dan ibu, maka pahala akan mengalir padamu,” ucap Pak Hamdani. “Tapi aku tak mencintai Rizal, Pa. Aku bosan hidup dengannya. Dia terlalu baik padaku. Aku merasa tak bisa menjadi diriku sendiri. Lagi pula, akhir-akhir ini dia pun mulai mengaturku. Aku tidak suka, Pa," rajuk Desti. Dia yakin kalau papanya akan berpihak padanya. Sejak kecil hingga dewasa, keluarganya sangat sayang padanya. “Tutup mulutmu!” Pak Hamdani tak dapat menahan emosinya. Dulu, dia berharap dengan menikah, Desti akan memahami tugas dan tanggungjawab dengan sendirinya. Apalagi dia menjadi pendamping Rizal, pemuda yang dikaguminya. Ternyata, dugaan Hamdani meleset. Mungkin, Rizal juga tak berani menegur karena
last updateLast Updated : 2022-12-23
Read more

Bab 28c

“Ada dua permintaanku sebelum aku kembali, Mas,” ucap Desti setelah sedari tadi hanya terdiam. “Ya. Utarakanlah,” sahut Rizal seraya bersiap mendengarkan dengan seksama. “Pertama, aku ingin pulang bersamamu, jika bapak dan ibumu sudah tidak ada di rumah kita. Aku sedang tak menginginkan ada orang lain, selain kita,” ucap Desti memberikan syarat pertama.Rizal mengerutkan keningnya sejenak, karena kedua orang tuanya memang sedang ada di rumahnya. Namun, lagi-lagi Rizal memilih untuk berhusnudzon. Mungkin peristiwa Desti bertemu ibunya saat sedang bersama lelaki lain, membuat Desti merasa tak nyaman. Rizal berjanji, jika Desti telah kembali padanya, dia tak akan memberi celah pada istrinya itu untuk berhubungan lagi dengan mantannya itu. Rizal sudah memikirkan untuk bekerjasama dengan Anto untuk mengawasi Desti. Jika Desti kembali lagi, maka dipastikan dia tak akan memaafkan Desti lagi. Kini, pintu maaf masih dibuka. Karena Rizal pun merasa menyumbang kesalahan atas kejadian ini. Di
last updateLast Updated : 2022-12-23
Read more

Bab 29a

“Kak, aku minta tolong carikan pekerjaan untukku,” suara Desti setengah berbisik saat menghubungi Gavin. Dia tak mau penghuni rumahnya sampai mendengar rencananya itu. Gavin yang sedang di kantor, mengerutkan keningnya sekilas. "Bekerja? Untuk apa kamu mencari pekerjaan?" tanya Gavin. Bahkan, dia tahu persis, harta dari orang tua Desti mungkin tak habis buat dia dan abangnya. Bahkan, kini Desti juga sudah menikah dengan suami yang sukses dalam bisnisnya. “Aku ingin minta pisah dari Rizal, Kak. Aku mencintaimu. Aku ingin kembali padamu, Kak. Tapi, kita tidak mungkin bisa menikah sebelum masa iddahku lewat. Aku perlu uang,” jelas Desti sebelum Gavin menjawab keheranannya. “Desti,” ucap Gavin, lalu mengambil jeda sejenak. Dia tak habis pikir dengan kenekatan mantan kekasihnya itu. “Kamu jangan melakukan hal konyol. Sudah, lupakan tentang kita. Kamu sudah punya keluarga. Sebaiknya, kamu pertahankan keluargamu. Pertahankan yang sudah kamu genggam. Bukan mencari sesuatu yang bisa jad
last updateLast Updated : 2022-12-23
Read more

Bab 29b

Sementara, Desti mulai menyiapkan berkas lamarannya. Beruntung, ijazahnya masih ada di rumah orang tuanya. Sekarang tinggal membuat surat lamaran. Tapi, perusahaan mana yang hendak dilamar? Sementara Gavin belum memberinya informasi apapun. Desti tak menyerah. Semakin cepat dia mendapat pekerjaan semakin baik. Segera dibukanya situs pencarian lowongan kerja dari laptopnya. Dulu, dia tak pernah membayangkan akan menjadi pencari kerja seperti sekarang. Dulu, dia memang kuliah. Tapi, tak lebih hanya sekedar kesibukan, sebagaimana teman lainnya. Dengan kuliah, dia punya banyak teman, dan ada aktivitas lainnya, tapi tak pernah berpikir membidik perusahaan tempat bekerja, sebagaimana teman-temannya. Kini, seolah dia harus kembali ke bangku kuliah tingkat akhir, saat satu persatu teman-temannya mengajak diskusi hendak berkarir di mana. “Ah, tak perlu idealis. Yang penting dapat kerja, cukup untuk menyambung hidup jika pisah dari Mas Rizal,” guman Desti dalam hati. Wanita itu lalu me
last updateLast Updated : 2022-12-23
Read more

Bab 30a

“Tapi aku sudah mau terlambat. Ini minggu pertamaku bekerja. Apa jadinya kalau aku datang terlambat. Aku bisa dipecat!” dalih Desti. Wanita muda menunjukkan wajah tak sukanya pada Rizal. Wajah yang dulunya selalu membuat Rizal luluh dan mengalah. Tapi, kini Rizal tidak terganggu dengan ekspresi itu. Lelaki itu tetap tidak rela jika Desti memamerkan keelokan penampilannya pada lelaki lain di luar sana. Rizal mulai memahami, kalau selama ini ternyata dirinya tak terlalu dianggap oleh Desti. Permintaannya hanya dianggap angin lalu. Semua itu karena dia terlalu mencintai Desti, hingga dia tak ingin melukai hati wanita yang dicintainya ini. Namun, rupanya cintanya kini menjadi boomerang. Bukan balasan cinta yang diperolehnya, namun justru sikap tak patuh yang sering ditunjukkan oleh Desti. “Aku tidak mau tahu. Kamu dipecat lebih baik daripada aku membiarkan kamu berdandan berlebihan seperti itu!” tunjuk Rizal dengan satu tangannya berkacak pinggang. Dadanya bahkan terlihat kembang
last updateLast Updated : 2022-12-24
Read more

Bab 30b

Sementara Rizal hanya menghela nafasnya. “Apa yang sedang dicari Desti? Uang? Dia punya segalanya. Sementara selama ini pun dia hanya bekerja untuk Desti dan Sasti. Bukan untuk siapa-siapa?” guman Rizal. “Tapi tak mengapa, yang penting keutuhan rumah tangga tetap terjaga, meskipun prosesnya harus tertatih,” guman Rizal lagi. Rizal merasa dirinya seperti harus saling mengenal dengan Desti dengan sikap yang sebenarnya. Bukan dengan kepura-puraan yang selama ini dilakukannya. Karena sandiwara itu tak kan dapat bertahan selamanya. Dia dan Desti hidup dalam dunia nyata. Dia punya keinginan, dan Desti punya kehendak. Semua harus dikomunikasikan. Bukan seperti yang selama ini dilakukannya, mengalah dan mengalah tanpa berusaha untuk mencari jalan tengah. Rizal menghela nafasnya kembali. Dia menyadari, ternyata hidup berkeluarga tak semudah seperti menjalankan bisnis yang selama ini dibawah kendalinya. Dia hanya tinggal memerintah bawahannya, maka system akan berjalan sesuai dengan rencan
last updateLast Updated : 2022-12-24
Read more

Bab 31a

“Gimana sih, Prit? Kok kamu nggak bilang kalau kamu mau keluar kerja?” protes Desti tatkala mereka sudah keluar dari ruangan Pak Sofian. Posisi meja kerja mereka bersebelahan, hanya dibatasi partisi pendek. “Aku sebenarnya sudah lama mau keluar. Cuma Pak Sofian minta ada pengganti dulu. Maklumlah aku sudah lama di sini. Dan yang pegang keuangan dari dulu, ya aku. Aku bosen, say. Nggak naik-naik jabatan. Makanya aku pilih keluar, cari suasana baru,” jelas Prita. “Trus aku nanti gimana?” tanya Desti. Dalam hatinya, dia mulai panik. Tadinya dia menyangka Prita akan selalu ada untuknya. Tapi, kalau Prita sampai keluar, bagaimana nasibnya. Tenang aja. Bos itu baik kok. Cuma dingin aja. Asal kita kerjanya bener, dia nggak bakal ngomel,” sambung Prita. “Aku masih sampai akhir bulan di sini. Jadi, kamu masih punya kesempatan belajar. Jangan lupa, bos itu kalo di kantor datangnya pagi. Kamu jangan pernah datang telat. Kecuali, kamu akan dipecat tanpa pesangon,” ujar Prita setengah berbisik
last updateLast Updated : 2022-12-24
Read more

Bab 31b

“Silahkan,” ujar Sofian, meski dengan ekspresi dingin, tapi gerakan tangannya mempersilahkan Desti untuk keluar lift itu duluan. Sebagai bos, bahkan Sofian memperlakukan Desti bukan seperti bawahannya, bahkan layaknya mitra kerjanya saja. Mereka berjalan beriringan menuju depan lobi, dimana supir kantor akan menunggu mereka. “Sekretaris baru?” tanya Tio, Direktur yang mengajak Sofian meeting. Mereka bertemu langsung di ruang meeting hotel, karena Pak Direktur langsung berangkat ke lokasi. “Ohya, Desti, kenalin. Ini Pak Tio, direktur kita. Ini Desti, staf saya yang baru,” sahut Sofian. Usia Tio lebih tua dari Sofian. Kalau Sofian terlihat tampan, mapan dan menarik, sementara Tio lebih mirip Bos dengan perut buncit dan jarang olahraga. “Pinter juga, Pak Sofian!” seloroh Tio seraya melirik ke Sofian sembari menyalami Desti. Jari tangannya digerakkan seperti ingin memberi kode sesuatu yang Desti tak mengerti. Tiba-tiba Desti merasa tidak enak hati. Selama ini, melihat bos ge
last updateLast Updated : 2022-12-25
Read more

Bab 32a

“Kita mampir makan dulu,” ucap Bos Tio saat Desti sudah masuk ke mobilnya. Tiba-tiba keringat dingin keluar dari dahi Desti. Dia tak pernah sama sekali hanya berdua dengan lelaki asing seperti ini. Meski ada sopir, tetap saja, cara memandang Tio padanya terlihat jelas tatapan yang tak biasa. Desti merasa seperti berada dalam perangkap. Tak mungkin Prita menjebaknya. Karena Prita adalah sepupu Rizal. Apa, Prita tak tahu kelakuan direkturnya seperti ini? Atau, kelakuan direkturnya yang seperti ini hanya berlaku padanya? “Ta-tapi, Pak. Bukannya setelah ini bapak ada meeting?” Desti mencoba mengingatkan. “Meeting sudah aku batalkan,” ucap Tio dengan senyum menyeringai. Baru kali ini Tio punya karyawan secantik Desti, yang lebih cocok menjadi model dibandingkan sebagai staf kantoran. Mobil Tio berhenti di sebuah restoran mewah. Tio memesan tempat yang ekslusif buat mereka berdua. Desti semakin salah tingkah. Dia takut. Dia tak pernah berduaan dengan lelaki asing. Jika buk
last updateLast Updated : 2022-12-25
Read more

Bab 32b

“Hai, Pak Rizal, apa kabar?” sapa Tio. Desti kaget, rupanya Tio mengenal Rizal. Mereka sepertinya akrab. “Kenalkan, staf baru saya,” ujar Tio dengan memberi kode tatapan genit. Meski Rizal tersenyum pada Tio, namun dadanya terlihat naik turun menahan amarah. Bagaimana bisa istrinya bersama salah satu partner kerjanya yang dikenal mes*m? Rizal memang tak pilih-pilih partner kerja, sepanjang dia profesional. Dunia bos besar memang berbeda dengan rakyat kebanyakan. Kadang ada yang bersahaja, songong, bahkan ada yang mes*m seperti Bos Tio ini. Dan kini, Desti sedang bersamanya. Apa yang dilakukannya? “Baik, Pak! Masih lama di sini?” Rizal tak mengacuhkan perkenalannya dengan Desti. Dia menganggap seolah-olah tak ada orang lain di antara dia dan Tio."Sudah selesai. Kami mau pulang,” ujar Tio. Rizal melirik Desti sekilas. “Stafnya juga ikut bapak?” tanya Rizal. “Kenapa? Bapak juga tertarik?” Tio tak hanya mengangkat alisnya genit. Tapi, sambil tertawa menyeringai. Dalam hati, Riza
last updateLast Updated : 2022-12-25
Read more
PREV
1
...
678910
...
20
DMCA.com Protection Status