"Des, salamin dong buat supir gantengmu," tukas Indira suatu hari. Dia adalah sepupuku yang kadang ke rumah. "Heh, ganteng dari mana? Matamu lupa nggak pake contact lens ya?" balasku. Bagiku, Rizal biasa saja. Dia hanya seorang mahasiswa. Secara fisik ya hanya postur yang boleh lah, tinggi. Tapi, body kerempeng, dan kulit lusuh dan kusam, sama sekali tidak terawat. Tak heran juga kalau dia menerima pekerjaan sebagai supir. "Eh, dia itu cuma dekil doang. Ibarat batu permata, belum digosok. Coba kalau udah digosok, kilaunya baru terlihat." "Hmmm. Sok tau kamu!" Sepintas lalu, aku tak menanggapi ucapan Indira. Tapi, karena dia berulang-ulang menyebutnya, mengagung-agungkannya, bagaimana bisa aku tak berubah pikiran? "Anak muda jaman sekarang, nyambung ngobrol sama orang tua, apa nggak hebat? Di saat anak muda memikirkan dirinya sendiri, dia bisa menanggapi hal-hal serius," puji Indira. Selain Indira, BAng Desta dan Papa juga tak henti-hentinya memuji. "Anaknya baik, sopan, t
Last Updated : 2022-12-10 Read more