Home / Romansa / DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU: Chapter 121 - Chapter 130

198 Chapters

Season 2/ Bab 14b

“Din, Din. Sebentar, deh!” panggil Gilang. Sekar dan Dini saling berpandangan. Namun, Sekar langsung teringat, di depan tamunya Gilang. “Mas, mau ngapain?” tanya Sekar saat Dini mencuci tangan dan mengeringkannya dengan lap. “Mau ngenalin Dini sama si Rizal.” “Lhah, buat apa?” “Sudah, tenang aja. Kamu juga ke depan aja. Sekalian kita ngobrol. Ohya, jangan lupa buatin teh manis atau kopi, terserah deh,” titah Gilang. “Kenapa, Mbak? Emang siapa tamunya?” tanya Dini saat menghampiri Sekar. “Mas Rizal. Kamu tahu atau pernah dengar namanya? Temannya Mbak Ratih juga,” sahut Sekar. Sejenak Dini berusaha mengingat-ingat. Jarak umurnya dengan Ratih memang beda empat tahun. Jadi, saat SMP dan SMA dia tak pernah satu sekolah meski bersekolah di tempat yang sama. “Sama sekali nggak tahu?” tanya Sekar. Dini menggeleng. “Mungkin aku lupa, Mbak,” sahut Dini. Dini ke depan bersamaan dengan Sekar yang siap membawa empat buah cangkir berisi teh manis. Sekar sengaja tak membuatkan Gil
last updateLast Updated : 2023-01-17
Read more

Season 2/ Bab 15a

“Mbak, kamu kayak dendam banget sih sama Mas Rizal?” tanya Dini saat Rizal sudah pulang. Gilang mengusirnya karena hari telah malam. Padahal, Rizal masih ingin membunuh waktu. Akhirnya terpaksa Rizal harus mencari penginapan. Rizal tahu, meskipun dia bisa memaksa Gilang agar mengizinkan menginap di rumahnya, meski di ruang tamu, sahabatnya itu tak kan pernah mengizinkan. Bukan karena tega, tapi karena selain rumahnya sempit, juga sedang ada tamu. “Serius kamu nggak tahu ceritanya, Din?” tanya Sekar. Dia masih menemani Dini di kamar tamu. Kamar itu biasanya memang disediakan untuk tamu menginap khususnya orang tua dan mertuanya. Dini menggeleng. “Kamu dulu ditolak sama Mas Rizal?” Dini malah menggoda Sekar. “Boro-boro, Din.” “Kayaknya nggak mungkin. Kamu kan dah bawaan orok bucin sama Mas Gilang. Ya, kan Mbak?” Sekar langsung melotot. Enak saja dibilang bucin sama Gilang. Kepikiran saja nggak. Kalau orang bilang, jangan terlalu benci, takutnya gedenya jodoh. Nah, ini terjadi pa
last updateLast Updated : 2023-01-18
Read more

Season 2/ Bab 15b

Sementara di rumah Rizal. “Gimana, Des? Ideku mantap nggak?” Suara Prita dari sambungan telepon. “Mantap apanya. Mas Rizalnya saja sudah kabur,” sahut Desti dengan nada kesal. “What? Kabur?” “Iya. Biasalah sok alim," ujar Desti dengan sinis. “Lagian, kamu tuh kalau masih cinta sama Mas Rizal, kenapa pakai minta cerai segala sih?” tanya Prita. Dia menyesalkan keputusan Desti yang meninggalkan Rizal demi Gavin, dan akhirnya pernikahan mereka juga hanya seumur jagung. “Yah, namanya juga nafsu, Prit. Aku kan emang cinta mati sama Gavin.” “Iya, tapi Gavin nggak cinta mati sama kamu!” “Enak aja. Dia tuh juga cinta sama aku. Cuma…” Meski sudah berpisah, Desti tetap tak mau mengakui kalau kandasnya pernikahan keduanya karena memang keduanya tidak cocok. Keduanya hanya mementingkan egonya. Setelah berpisah dari Rizal, Desti baru paham, bahwa pernikahan itu tak hanya soal cinta. Tapi, juga saling memahami. Dan satu-satunya orang yang paling memahami dirinya hanyalah Rizal. Gavin meman
last updateLast Updated : 2023-01-19
Read more

Season 2/ Bab 16a

“Tadi ibu ke sini, Pak.” Santi, sekretarisnya melaporkan, saat Rizal baru saja masuk. Rizal yang baru duduk di kursi kerjanya, menoleh ke bawahannya itu. “Ngapain ke sini?” Sudah lama Desti tak pernah peduli dengan pekerjaan kantor miliknya. Bahkan, saat dulu merengek ingin bekerja saja, dia tak tertarik ditawari Rizal untuk bekerja di situ. Meski Rizal dan Desti sudah bercerai, namun, hanya menyebut kata “ibu” Rizal sudah mengerti kalau itu yang dimaksud adalah mantan istrinya. “Maaf, Pak.” Santi, karyawati yang cukup senior, bekerja sejak masih di perusahaan papanya Desti itu menarik kursi. Dia duduk menghadap Rizal. Membuat Rizal curiga. Sepertinya ada yang penting. Padahal, sekretarisnya itu tak pernah diberikan tugas yang kritis. Biasanya hanya urusan administrasi dan jadwal-jadwal meeting saja. “Ada apa, Mbak?” tanya Rizal. Dia meletakkan ponsel yang sejak tadi dipegangnya. Tandanya, dia serius ingin menyimak penjelasan Santi. “Tadi, ibu nanya. Staf perempuan di kantor i
last updateLast Updated : 2023-01-20
Read more

Season 2/ Bab 16b

“Pak Rizal di kantor?” Santi mengernyit. Itu adalah telepon dari Desti. Padahal pagi tadi dia sudah datang. Kenapa tidak menelponnya sendiri, kalau memang mencari bosnya itu? Apa kalau sudah menjadi mantan akan begini? Batin Santi. “Pak Rizal baru saja pergi,” jawab Santi. Dia ingin tahu respon Desti setelahnya. “Ada janji dengan klien?” selidik Desti. “Kebetulan hari ini nggak ada janji di luar.” “Kamu nggak nanya dia kemana?” cecar Desti. “Kamu kan sekretarisnya. Kamu berhak tahu kemana dia pergi.” Suara Desti meninggi. “Pak Rizal sudah biasa mengatakan kemana akan pergi jika ada hubungannya dengan urusan pekerjaan, Bu. Kalau tidak, berarti urusan pribadi,” sahut Santi. “Kamu rupanya makin pintar. Nggak sayang sama kerjaanmu?” Suara Desti berubah menyerupai sebuah ancaman. Santi sudah lama bekerja di perusahaan milik papa Desti. Dia sudah hafal apa maksud semua itu. “Maaf, Bu Desti. Kali ini, saya tidak tahu. Tapi, kalau ibu perlu, bisa saya tanyakan sekarang juga de
last updateLast Updated : 2023-01-21
Read more

Season 2/ Bab 17a

Rizal pura-pura menerima telpon, meski nyatanya tak ada seorang pun yang menelponnya. “Maaf, Pak,” pamitnya. Dia harus menghindar dari pria yang entah mengapa di matanya mantan mertuanya berubah laksana monster. Padahal sebelumnya dia tak takut sama sekali. Buru-buru Rizal berlalu dan berjalan menuju mobilnya, tanpa memedulikan mantan mertuanya. Di belakang kemudi, Rizal buru-buru membuka kontak di ponselnya. “Nad, kamu di mana?” tanya Rizal saat sambungan teleponnya sudah terhubung. Rizal merasa dia harus bertindak dan memutuskan dengan cepat. Perasaannya mendadak tak enak. Feelingnya mengatakan cepat atau lambat dia akan terjebak terlalu dalam dan akan lebih sulit melepaskan diri. “Makanlah, kenapa?” Dengan nada sengak, Nadia menjawab. Dia masih kesal dengan Rizal. “Sudah belum apa yang kuminta?” tagih Nadia. “Aku mau ngomong sama kamu. Share loc dong!” Tanpa menjawab pertanyaan Nadia, Rizal malah menitahkan hal lain. “Ck. Aku di kantin. Tapi, sama temen-temen gue.” “Aku nyus
last updateLast Updated : 2023-01-22
Read more

Season 2/ Bab 17b

“Papa semalam kemana?” Sasti langsung memeluk tubuh Rizal yang baru saja pulang kerja. “Papa harus kerja sampai malam,” bohong Rizal. “Sampai menginap?” Bola mata Sasti yang polos menatapnya. Tak tahan untuk meneruskan kebohongan, Rizal hanya mengacak kepala putrinya itu. “Sasti pengennya pas ada mama, papa juga ada.” Wajah polos itu kini cemberut. Rizal hanya tersenyum, lalu beranjak meninggalkan putrinya. Dia tak punya ide untuk menanggapi lebih lanjut. Justru khawatir kalau kelepasan mengatakan sesuatu yang saatnya putrinya tahu. “Nanti kalau sudah ada mama baru, baru ada papa di rumah,” gumam Rizal sambil senyum-senyum sendiri di dapur. “Rizal!” tegur Siti mengangetkannya. Hampir saja gelas yang dipegangnya terlepas. “Eh, kamu Mbak. Kirain nggak ada orang.” Rizal menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Malu andaikan Siti mendengar gumamannya. Tetap saja, di rumah, Rizal tak beda dengan manusia biasa lainnya. “Kamu mau nikah lagi?” Kini wajah Siti menatapnya serius. “Sudah
last updateLast Updated : 2023-01-23
Read more

Season 2/ Bab 18a

Pagi-pagi Prita sudah berdiri di depan pintu rumah Rizal. “Biar Sasti bareng sama aku saja, Mbak,” ucap Desti pada Siti yang tengah membantu putrinya itu bersiap-siap. “Sarapan dulu, Prit.” Desti mengajak sahabatnya itu sarapan. Ada omelet dan roti tawar yang sudah disiapkan Siti. Desti sudah mengatakan kalau Prita akan menjemputnya. Meski sama-sama saudara Rizal, tapi Prita bersaudara dengan Ayahnya Rizal, sementara Siti adalah saudara ibunya Rizal. Selama bekerja di rumah Rizal, Siti pun tak terlalu dekat dengan Prita. “Hati-hati saja kamu, Des. Jangan sampai Siti terlalu dekat sama Sasti. Aku nggak rela kalau banyak pengaruh dia ke anakmu,” ucap Siti. Desti menghela nafas. “Aku dari dulu udah waspada, Prit. Makanya, meski masih TK, Sasti lebih baik aku taruh di daycare, daripada dia siang pulang ke rumah. Aku nggak ingin Sasti dekat dengan siapapun, kecuali aku, ibunya,” tutur Desti. “Makanya, kamu harus gercep. Tau sendirikan, 24 jam Siti di rumah ini. Bisa-bisa, Rizal luluh
last updateLast Updated : 2023-01-25
Read more

Season 2/ Bab 18b

“Lang, ini Nadia!” Hari sudah larut malam. Gilang memang selalu bangun usai menidurkan dua jagoannya. Dia harus pindah ke kamar utama. Namun, bunyi ponsel yang meraung-raung, membuatnya meraih benda pipih itu. “Hai, Nad. Gimana-gimana?” Gilang urung masuk kamar. Dia lalu duduk di sofa ruang tamu. “Kamu udah ketemu Rizal?” tanya Nadia. “Halah, anak itu, kalau nggak minta sarapan, minta makan malam. Taulah, duda nggak ada yang ngurus. Napa?” Gilang balik bertanya. “Anak itu tadi siang nyariin gue. Beberapa hari sebelumnya padahal udah ketemu sama gue.” Nadia mulai bercerita. Dia menghubungi Gilang karena ingat Dewi pernah menyarankannya untuk menanyakan tentang Rizal ke Gilang. Saat SMA keduanya pernah dekat karena pernah sama-sama jadi pengurus OSIS. “Trus?” Gilang mencoba memancing arah pembicaraan teman SMAnya itu. Saat Reuni mereka sempat kasak-kusuk punya rencana yang sama, setelah tahu status Rizal. “Lang, kamu tahu nggak sih, cerita kenapa dia pisah sama istrinya? Aku butuh
last updateLast Updated : 2023-01-25
Read more

Season 2/ Bab 19a

“Sudahlah, Nad. Nggak usah dibahas lagi,” ucap Ratih. “Kalau kamu tetap membahasnya, lebih baik, kamu nggak usah menemuiku lagi.” Nadia sengaja mendatangi Ratih. Ternyata dugaan Rizal tak meleset. Meski dia sudah janji pada Rizal tak akan membantunya menghubungkan dengan Ratih. Nyatanya dia penasaran dan malah menemuinya. Nadia segera meraih tangan Ratih. “Jangan begitu, Tih. Aku bicara padamu, karena aku peduli.” Kaca-kaca mulai terbit di mata Ratih. “Peduli tapi nggak harus kan dengan cara seperti ini?” Luka itu nyatanya tak cukup mudah untuk sembuh. Setiap ada yang mulai membahasnya, nyatanya dia akan basah dan terasa perih lagi. Itulah mengapa Ratih memilih menarik diri dari pembahasan itu. Berteman dengan mereka yang tak menanyakan hal pribadinya jauh lebih aman buatnya, karena tak akan menimbulkan luka. Lambat laun, orang mulai paham siapa dirinya, dan berhenti bertanya. Itu harapannya. “Maafin aku, Tih.” Nadia serba salah. Namun, dia tak dapat menyalahkan Ratih juga. Dia m
last updateLast Updated : 2023-01-28
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
20
DMCA.com Protection Status