“Oh, Iya, Dini. Masih di Jakarta?” Seingat Rizal, adiknya Ratih kerja di luar kota. “Eh, iya, Mas. Kebetulan diperpanjang urusannya. Sekalian ditugasi kantor mengurus sesuatu,” ucap Dini. “Boleh duduk, Mas?” tanyanya. “Oh, iya, silahkan.” Rizal sedikit gagap. Dia masih menerka-nerka, apakah Dini melihat tingkah bodohnya, atau tidak. “Nginep dimana?” Rizal berusaha mencairkan suasana. Dia menutupi diri seolah sama sekali tak tahu kalau di ujung sana ada Ratih. Dalam hati dia menimbang, haruskan berpura-pura, atau malah sekalian berbasa-basi saja. “Kemarin sih di Mas Gilang. Tapi, entar malam mau pulang.” “Ke Yogya?” “Solo, Mas.” Rizal mengerutkan keningnya. “Aku kerja di Solo. Kalau akhir pekan, atau dua minggu sekali klo sibuk, baru pulang ke Yogya.” “Oh…” “Sudah, Mas, makannya?” tanya Dini. Dia tak melihat piring makanan di depan Rizal. Hanya ada minuman, itu pun air mineral. Rizal tergagap. Tadi, dia sengaja nggak pesen makanan, karena pujasera yang ramai. Khawatir tempat
Last Updated : 2023-01-28 Read more