Sebisa mungkin aku menghela napas dalam. Siluet-siluet kejadian di masa lalu lagi-lagi bermunculan dalam benakku dan aku harus sekuat tenaga melawan jika tak ingin jatuh lebih dalam. Sekelibat bayangan Nizam hadir menyapaku, aku tersentak, kuserukan dalam hati, "Kuat, Anye, mikir, Nye. Mikir!" "Mas Denis," batinku. Perlahan aku merogoh ponsel di dalam tas yang ada di pangkuan. Yang ada dalam benakku hanya Mas Denis, karena sempat kulihat pesanku centang biru sebelum aku masuk ke dalam mobil ini. Namun sial, sebelum aku berhasil menghubungi, lelaki biadab itu sudah merampas ponsel dari tanganku dan melemparnya ke jok belakang. "Jangan membantah, Anyelir," bentaknya. Sempat, aku berusaha untuk mendapatkannya kembali, tapi dia justru mengancam dengan mengeluarkan sapu tangan yang aku tahu, itu pastilah sudah dibubuhi obat bius. Seketika nyaliku menciut, bayangan masa lalu kembali datang, menyiksaku. Aku terdiam, kemudian air mata kembali harus luruh."Mau menghubungi suamimu yang cer
Last Updated : 2022-12-09 Read more