Beranda / Romansa / NODA / 164. permintaan Papa 2

Share

164. permintaan Papa 2

Penulis: Novita Sadewa
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-07 06:10:04

Tanpa mengiyakan atau menolak permintaan Papa, kami pun kembali ke Jakarta, tentu saja dengan berbagai pikiran yang memenuhi kepala.

Saat kami sampai di rumah untuk pertama kali, tanpa sengaja kami mendengar pembeli yang juga masih tetangga kami berbincang dengan Ibu. Perbincanagan yang menghentikan langkah kami. "Bu, apa yang diberitakan di media sosial itu benar?" tanyanya pada Ibu.

"Ada yang benar, ada yang tidak." Dengan santai Ibu menjawab.

"Jadi, Mas Biantara itu bukan ayah Nizam?"

"Terlepas apapun itu, percayalah, jangan pernah ingin menjadi Anyelir." Hanya itu jawaban ibu dan meneteskan air mataku.

Aku termangu. "Bawa Nizam masuk dan buatkan aku kopi." Megan menepuk pundakku, menyerahkan Nizam yang tidur dalam gendongannya itu padaku, kemudian menyuruhku untuk segera masuk sedangkan dia masuk ke toko kue entah untuk apa.

Setelah kejadian itu, Megan lebih sering membawaku ke tempat Bu Wanda. Ya, aku memang merasa lebih hancur saat dunia tahu kasus pelecehan itu. Namun, Bu W
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (5)
goodnovel comment avatar
aku suka membaca
aduhhh mules cuma baca 2 bab bikin penasaran ......
goodnovel comment avatar
desiputriutami5
crazy up thor
goodnovel comment avatar
Nur meini
Anye, bahagialah karena ada pak dokter yg luar biasa support kamu untuk terus maju menghadapi apapun itu, selalu ada untukmu,dengarkan dan turuti apa perintahnya selagi itu baik......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • NODA   165. Rumit

    90. RumitSemangat Mbak Anye, kita doakan semua lancar.Makanya sebagai wanita harus pandai menjaga auratnya, jangan suka mengumbar.Mbak Anye ini cantik, mungkin karena tergiur kecantikannya jadi laki-laki itu bertindak demikian. Makanya sebagai wanita jangan suka mengumbar kecantikan.Pelajaran untuk kita semua, harus pandai menjaga diri, kejahatan tidak akan datang tanpa adanya kesempatan.Kalau nggak hamil dulu mana kenal sama dokter kandungan yang tampan , dinikahi pula.Meski sudah nggak ..., tapi dia lebih hebat dari kita barisan para perawan. Buktinya dia sudah nikah dua kali dan semua di luar ekspektasi. Ganteng semua. Sedangkan kita satu kali aja belum ha ha ha.Dia butuh dukungan bukan hujatan, kualat loe semua. Emang siapa yang mau seperti dia? Pada sakit loe pada!Tidak bisa lagi membaca komentar yang bertebaran di sosial media dan sebagian besar seolah menyudutkan juga menyalahkan atas pemberian Tuhan padaku, menyalahkan aku sebagai korban. Aku pun menutupnya dan meleta

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-08
  • NODA   166. Harapan

    POV AnyelirMalam mulai merambat naik, malam ini Ibu tidur di sini, menemani, namun tetap saja hatiku terasa sepi, tanpa ya, Nizam yang masih tak kunjung ada kabar berita. Bahkan, sudah hampir subuh Megan belum juga kembali. Aku masih setia menunggu di sofa tamu sedangkan ibu aku suruh untuk beristirahat di kamar tamu.Tepat pukul 2 dini hari, terdengar suara deru mobil masuk ke halaman. Suara mobil Megan yang sudah aku hafal betul. Aku pun bergegas keluar membuka pintu. Cekrek! Pintu terbuka, kuedarkan pandangan ke arah luar lalu ke arah belakang pria yang tampak kusut dan berantakan itu dengan seksama. Namun, apa yang aku cari nyatanya tidak ada."Belum ketemu," ucap lelakiku tak bersemangat. Tanpa salam, dia pun melangkah masuk ke dalam rumah, melepas sepatu dan kaus kaki dengan setengah melempar ke lantai tanpa arah. Kemudian menghempaskan tubuh di sofa. Menyandarkan kepala di bahu sofa, menengadahkan kepala menatap ke langit-langit rumah, kemudian memejamkan mata. Bukan karena d

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-09
  • NODA   167. Harapan 2

    Esok harinya dengan kepala yang masih berat setelah baru bisa terpejam setelah sholat subuh, aku pun membuka mata. Namun, tak kudapati Megan ada di sampingku. Aku pun bergegas keluar kamar. Tampak Megan dan Ibu duduk di meja makan sedang sarapan tanpa suara."Megan pamit dulu." Dia bergegas pamit begitu melihatku turun. Aku pun bergegas mempercepat langkah menuruni tangga, mengejarnya."Mau ke mana? Cari Nizam? Aku ikut," ucapku mencekal tangannya, mencegahnya untuk pergi."Nggak kamu di rumah aja, siapa tau ada informasi yang ditujukan ke rumah," tolaknya."Iya, Nye, takutnya ada yang kasih info soal Nizam dan kamu nggak ada.""Kan ada Ibu?"Ia menghembuskan napas kasar, kesal. Lalu ponsel yang ada di dalam saku celananya berbunyi. Kami sama-sama terperanjat dan saling tatap, berharap itu ada hubungannya dengan Nizam. Dengan cepat dia merogohnya."Papa," ucapnya kecewa setelah melihat nama Papa di layar, kemudian dengan sedikit malas menggeser tombol hijau dan sedikit menjauh dar

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-09
  • NODA   168. Kembalinya rasa trauma

    Deg!Mataku pun membulat kaget. Foto Nizam sedang tertidur dan digendong oleh seorang wanita yang menggunakan topi dan masker ada di sana. Cepat aku meraihnya untuk memastikan dengan melihatnya lebih dekat. Air mataku pun kembali luruh melihat foto itu, antara senang dan tak percaya. Apakah ini artinya sudah ada titik terang akan keberadaan Nizam?"Pak, ini anak saya, Bapak lihat di mana?" tanyaku tak sabar."Di bandara, Mbak. Kebetulan tadi saya baru mengantar kerabat lalu nggak sengaja melihat anak Mbak yang katanya kemarin Mbak cari-cari keliling komplek."Dahiku mengerut, kecurigaan justru muncul pada akhirnya. Jika memang dia tahu bahwa Nizam anak hilang, kenapa tidak langsung melapor pada polisi? Atau ... mereka tidak mau berurusan dengan polisi? Entahlah yang penting Nizam ketemu."Saya takut salah, Mbak. Jadi saya pastikan dulu," jelasnya, seolah dia bisa menebak apa yang ada di dalam kepalaku. "Mbak, ayo buruan, nanti anaknya keburu diajak naik pesawat."Kembali, pikiranku

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-09
  • NODA   169. Kembalinya rasa trauma 2

    Sebisa mungkin aku menghela napas dalam. Siluet-siluet kejadian di masa lalu lagi-lagi bermunculan dalam benakku dan aku harus sekuat tenaga melawan jika tak ingin jatuh lebih dalam. Sekelibat bayangan Nizam hadir menyapaku, aku tersentak, kuserukan dalam hati, "Kuat, Anye, mikir, Nye. Mikir!" "Mas Denis," batinku. Perlahan aku merogoh ponsel di dalam tas yang ada di pangkuan. Yang ada dalam benakku hanya Mas Denis, karena sempat kulihat pesanku centang biru sebelum aku masuk ke dalam mobil ini. Namun sial, sebelum aku berhasil menghubungi, lelaki biadab itu sudah merampas ponsel dari tanganku dan melemparnya ke jok belakang. "Jangan membantah, Anyelir," bentaknya. Sempat, aku berusaha untuk mendapatkannya kembali, tapi dia justru mengancam dengan mengeluarkan sapu tangan yang aku tahu, itu pastilah sudah dibubuhi obat bius. Seketika nyaliku menciut, bayangan masa lalu kembali datang, menyiksaku. Aku terdiam, kemudian air mata kembali harus luruh."Mau menghubungi suamimu yang cer

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-09
  • NODA   170. Usaha Megantara

    93. Usaha MeganPOV MegantaraKabut tebal di depan sana membuat penglihatanku sedikit terganggu. Meskipun demikian, aku masih bisa melihat sebuah jalan setapak membentang di hadapanku saat ini. Kaki ini terus melangkah menapaki jalan setapak yang menurutku sangat indah meski tertutup kabut tebal. Netraku dapat melihat bahwa di depan sana ada sebuah taman dengan berbagai macam bunga lengkap dengan permainan untuk anak-anak menyerupai sebuah taman bermain anak yang berada di taman bunga. Entah tempat apa ini, yang pasti sangat indah dan keindahannya begitu memanjakan indera penglihatanku. Dengan langkah perlahan namun pasti, aku melangkah, semerbak wangi bunga menyergap indera penciuman, suara tawa anak kecil yang sedang berlari saling kejar membuat bibir ini tersungging dengan sempurna. Seorang wanita paruh baya terlihat sedang duduk di bangku taman, gegas aku menghampiri. "Megan," panggilnya tersenyum padaku. Jika ada senyuman yang begitu menyejukkan itu adalah senyuman seorang Ib

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-10
  • NODA   171. Menebus kesalahan

    POV Anyelir"Anye, Nduk." Sayup kudengar Ibu memanggil, aku membuka mata secara perlahan dengan menahan sedikit rasa berdenyut di kepala.Dengan susah payah akhirnya mataku terbuka. Tempat yang begitu familiar terlihat di hadapanku saat ini. Kamar tidur yang baru beberapa waktu lalu aku tinggalkan setelah memutuskan untuk tinggal di rumah Megan ada di hadapanku saat ini. Apakah ini mimpi? Bukankah aku sedang ...."Syukurlah, kamu sudah sadar, Anye." Ibu berucap dengan mata berbinar namun entah hatiku terasa sangat sakit. Teringat aku akan kejadian yang telah aku alami."Bu, Nizam, Megan ...." Rasa cemas kian melanda, aku beringsut duduk begitu mengingat kedua lelakiku itu sedang dalam bahaya."Siapa yang membawaku ke sini? Laki-laki biadab itu? Dia ...." Ucapanku terjeda rasa sesak dan sakit setiap kali mengingat lelaki yang membuat aku menjadi wanita yang tak berharga. "Bian, tadi Bian membawamu dalam keadaan tak sadar." Aku terkesiap, lantas aku memeriksa seluruh bagian tubuh se

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-11
  • NODA   172. Menebus kesalahan 2

    POV Biantara.Mungkin hanya ini yang bisa aku lakukan untuk menebus segala kesalahan. Melihat sorot mata penuh permohonan yang begitu besar agar aku membawa Megantara kembali itu membuat hatiku merasakan sakit yang teramat dalam. Aku menyayanginya, rasa sayang yang berubah menjadi cinta tanpa aku sadari akhirnya membuat hatiku semakin lebam. Aku salah dan aku cukup tahu diri, aku cinta, tapi aku masih punya rasa malu, malu karena telah mencampakkannya, malu karena cinta yang tak aku sadari akhirnya kalah karena telah dibutakan oleh cintaku pada Luna. Andai waktu bisa aku putar, aku akan memilih setia dan bertahan, menjadi ayah dan suami untuk mereka, hidup bahagia dan menjadi sempurna, mempunyai anak lucu seperti Nizam serta istri secantik dan selembut Anyelir. Namun, nyatanya waktu tidak akan pernah bisa diputar kembali, dia milik orang lain yang juga sangat sempurna. Mereka sama-sama sempurna. Kata-kata yang terlontar dari mulut Anyelir dan kuanggap sebagai kutukan untukku ketik

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-11

Bab terbaru

  • NODA   197. Ending

    Besoknya mereka benar-benar kembali ke Bali tentu saja rumah kembali sepi. Sebelum pergi, mereka mempersiapkan seorang asisten rumah tangga baru dari agensi resmi untuk membantu Anyelir mengurus rumah dan Nizam. Malam harinya, aku memenuhi janji. Datang ke tempat yang sudah Anyelir beritahu sore tadi. Sepulang dari rumah sakit, aku meluncur ke sana karena Anyelir sudah menunggu katanya. Aku senang, sedikit demi sedikit dia mulai kembali mengenal dunia luar. Tidak lagi acuh dan enggan. Bahkan malam ini begitu mengejutkan. Dia sendiri yang menginginkan untuk makan di luar. Sungguh mencengangkan dan juga di luar dugaan.Setelah mobil terparkir di halaman restoran. Aku bergegas masuk, kucari keberadaan Anyelir dan kutemukan dia di meja paling ujung dekat jendela. Kulangkahkan kaki mendekatinya. Dia menoleh ke arahku dan berdebar lah jantungku saat melihat wajah dengan polesan yang membuatnya tampak begitu berbeda, sangat cantik. Penampilannya semakin sempurna dengan balutan gamis indah

  • NODA   196. 1 Bab menuju Ending

    POV Megantara[Bang, aku baik-baik saja. Aku akan mengantar Renata ke Bali. Thanks atas kesempatan dan aku tahu semua adalah siasatmu.]Kusunggingkan senyum setelah membaca pesan dari Denis yang entah sudah berapa hari menghilang dan sempat membuat kami sekeluarga kelimpungan. Sengaja, aku tidak ikut menemuinya, memberi waktu untuknya agar bisa bersama Renata yang entah kenapa tidak pernah bisa melihat cinta yang begitu besar dari Denis untuknya sejak dulu sampai sekarang, sedangkan Denis yang malang justru memilih diam dan tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan perasaan.Aku tahu, meski telah bersama Tita, Denis belum sepenuhnya melupakan Renata. Keputusannya yang tiba-tiba, degan mudah menerima Tita tanpa pikir panjang pun aku yakin hanya karena pada saat itu dia sedang putus asa. Awalanya aku mengira dia juga sudah mati rasa. Tapi, ketika kami kembali dipertemukan di tempat yang sama, aku menangkap tatapannya pada Renata tidak berubah, tetap sama, penuh cinta. Namun, aku juga tah

  • NODA   195. Mengagumi atau mencintai 2

    Tepuk tangan menyambut begitu kami turun. "Hebat, Mas, keren," ucap mereka yang ada di lokasi pada Denis."Sip," kata Denis menunjukkan jari jempol.Keren? Apa yang keren? Menurutku justru sangat menyedihkan, tak ada teriak kebahagiaan yang harusnya aku lakukan di atas sana apa lagi perasaan bebas seperti elang, melainkan beban berat menghimpit dadaku karena sikap Denis yang terkesan acuh dan berubah, tenggelam memikirkan Tita.Aku bergegas meninggalkan mereka yang masih terlihat sibuk dengan parasut dan sabuk pengaman. Hari sudah mulai petang, sudah saatnya untuk pulang. Hari ini sudah cukup untuk menjadi kenangan."Ren, mau ke mana?" Denis berlari mengikuti langkahku."Pulang, kamu bilang kan setelah terbang cepetan pulang. Lagi pula tiket penerbanganku ke New York tinggal beberapa hari lagi, aku harus ke Bali dulu, ketemu mama sama papa. Setidaknya aku sudah memastikan kalau kamu baik-baik saja, masih sehat," jawabku melanjutkan langkah. Namun, langkahku harus terhenti karena tan

  • NODA   194. Mengagumi atau mencintai?

    POV RenataSudah hampir satu minggu aku mencarinya dan baru bisa menemukannya di sini, tempat yang sam sekali tidak ada dalam pemikiran kami sebelumnya. Sebuah tempat yang lumayan jauh dari keramaian. Entah, sudah berapa tempat di Jakarta hingga Bandung yang aku, Megantara, dan Om Hakam datangi hanya untuk menemukan pria yang saat ini sedang berada di atas sana, menikmati alam merayakan kebebasan atau mungkin juga sedang menghibur diri. Kami menemukan keberadaannya dari unggahan Instagram yang dia unggah, yang memperlihatkan pemandangan perbukitan dengan caption-nya 'Bebas'. Kemudian kami mencari tahu detail dari gambar tersebut. Di sinilah aku, di gunung Banyak kota Batu Malang. Megantara tidak ikut hari ini karena istrinya sedang kurang enak badan. Tapi dia tetap mau aku menemui Denis. Ya, kami bertiga memang sangat dekat, dia sangat khawatir dengan adiknya mungkin. Sehingga memaksaku untuk datang ke tempat yang menurutku lumayan jauh.Aku tahu ini tidak mudah. Kehilangan dua h

  • NODA   193. Menikmati karma

    POV BiantaraDengan berakhirnya sidang berarti kewajibanku pun telah berakhir. Aku bisa lebih tenang sekarang, karena Megantara selamat dari ancaman atas tuduhan pencemaran nama baik termasuk aku, karena pada kenyataanya aku juga lah yang melaporkan atas tindakan penculikan Anyelir, sebab, pada saat itu Megantara tidak ada di tempat, jadi jikalau Megantara masuk penjara aku pun sama.Hari ini akta ceraiku dengan Luna sudah dikirim melalui kuasa hukum yang aku tunjuk. Semua sudah berakhir, tak ada lagi yang tersisa. Kami benar-benar sudah berakhir dan ini aku nikmati sebagai bentuk dari segala karma atas perbuatan dan status yang sempat aku sematkan pada wanita yang tanpa aku sadari mampu membuat hatiku berdenyut sakit setiap melihatnya bersama laki-laki lain. Wanita yang membuat hatiku teriris setiap melihatnya menangis. Aku telah menjanda kan Anyelir dan sekarang aku didudakan oleh Luna. Apa lagi kalau bukan karma yang dibayar tunai?Kuketuk pintu bercat putih setelah penjaga memberi

  • NODA   192. Permintaan Maaf

    Pintu kamar ditutup dengan kasar menimbulkan debar di dalam dada karena keterkejutan. Aku memutar badan sambil mengusap dada pelan, setelah sebelumnya melangkah masuk kamar terlebih dahulu. Kemudian memutar bola mata mencari jawaban apa yang terjadi pada wanita yang saat ini menatap nyalang ke arahku. Kuangkat dagu seraya menyipitkan mata bertanya. "Kenapa?""Kenapa? Tadi kamu bilang apa? Mas Bian kucing? Kalau Mas Bian kucing terus kamu apa? Buaya?" tanyanya sambil marah-marah."Buaya? Buaya apa, sih?!" Aku balik bertanya karena merasa kurang begitu paham. Bukan kurang tapi memang tidak paham."Kalau bukan buaya apa namanya lelaki yang suka deketin wanita lain begitu ada kesempatan? Nggak mau rugi," ucapnya penuh penekanan."Apa sih, Anye? Kamu kalau Biantara ngomong langsung aja masuk otak kiri nggak keluar-keluar, klop banget.""Mau balik melempar kesalahan, ni, romannya," sindirnya."Enggak, orang aku ngga deketin ngapain? Jangan cemburu gitu, ah," candaku."Bukan cemburu, tapi m

  • NODA   191. Senyuman

    Sekarang yang menjadi pertanyaanku adalah bagaimana mungkin hasil tes DNA itu tidak cocok? Siapa yang mereka bayar untuk mengotak-atik hasil tes itu?Ruang sidang kembali riuh. Jeritan, tangisan terdengar begitu menyedihkan. Tangis orang tua Ervan, istri yang kemudian memilih meninggalkan ruangan, dan juga tangis Renata yang pecah begitu hakim meninggalkan ruang sidang disusul Ervan yang dibawa keluar dari ruang sidang menuju tahanan. Denis dan Nando berusaha menenangkan Renata yang terlihat begitu terpukul atau bahkan menyesal atas keputusannya menjadi saksi. Entah.Tapi, aku tahu, bagaimana perasaan ketiganya. Wanita paruh baya itu melangkah maju ke arah kami dengan derai air mata setelah sang suami digelandang petugas untuk dimintai keterangan. Biantara bangkit kemudian menghadang. Langkah wanita itu pun terhenti, menatap ke arah Biantara dengan tatapan sendu kemudian tatapan itu berubah menjadi permohonan dalam bisu."Kita pulang," Papa datang setelah melepas seragam hitam khas

  • NODA   190. Fakta baru 2

    "Ambil anak itu diam-diam, jangan sampai ketahuan. Kirim ke luar negeri, bawa kembali kalau dia sudah dewasa dengan identitas baru."Terdengar isakan dari bangku keluarga terdakwa. Selain Anyelir, wanita lain yang sudah pasti sangat terluka pada bagian ini adalah istri Ervan, Alana. Bagaimana tidak? Seorang wanita yang sudah menemani bahkan memberikan buah hati seakan tidak ada nilainya hanya karena anak yang dilahirkan perempuan. Di mana nurani mereka sebagai suami dan kakek? Bukankah bisa mencobanya lagi untuk kembali mendapatkan anak laki-laki, mereka masih muda. Lagi pula bukankah wanita atau laki-laki itu sama saja? Banyak di luar sana wanita-wanita hebat yang sukses melebihi kesuksesan laki-laki dan bukankah laki-laki juga terlahir diri rahim seorang wanita? Lalu kenapa mereka menganggap remeh wanita?Suara gemerisik kembali terdengar, kali ini rekaman diganti dengan rekaman yang dipasang oleh Renata di kantor Om Winata. Awalnya hanya terdengar suara sepatu dan gesekan kerta

  • NODA   189. Fakta baru

    Di kursi saksi, Renata mulai berbicara, sesekali ia menghela napas. Mengurangi ketegangan, mungkin. Aku sangat mengerti apa yang dia rasakan. Biar bagaimana pun mereka adalah keluarga, memilih antara keluarga dan keadilan tentu sangat sulit sekaligus membuatnya dilema."Beberapa bulan lalu setelah acara pernikahannya di Bali. Megantara menemui saya. Menceritakan tentang istrinya. Awalnya saya sangat tersentuh dan iba. Hingga pada akhirnya, dia mengatakan bahwa dia mencurigai saudara saya, Ervan. Meminta bantuan saya untuk menyelidiki Ervan diam-diam. Saya sempat marah. Biar bagaimana pun juga, Ervan adalah sepupu saya, tentu saya tidak terima. Akhirnya saya mengiyakan, tapi dengan niat agar Megantara tau bahwa saudara saya tidak demikian. Pada saat itu saya benar-benar yakin bahwa Ervan orang baik. Dengan percaya diri saya menyelidiki Ervan dengan berbagai cara." ucap Renata sambil sesekali menghapus sudut matanya. Sedangkan Ervan menunduk dalam. Mungkin dia tidak menyangka Renata

DMCA.com Protection Status