Home / Romansa / NODA / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of NODA: Chapter 131 - Chapter 140

197 Chapters

131. Status WA mengganggu

[Anyelir, angkat telepon Mas. Mas mau ngomong.]Sebuah pesan dari Mas Bian masuk setelah beberapa panggilan masuk darinya tak kujawab. Kuletakkan kembali ponsel di nakas, sudah waktunya aku mengabaikan hal yang bisa membuat rumah tanggaku hancur. Ponsel kembali berpendar ketika aku hendak merebahkan diri di tempat tidur. Panggilan kembali masuk. Aku meraihnya, bukan untuk mengangkatnya, namun menolak panggilan tersebut dan mematikan ponsel sebelum suamiku tahu dan mengira aku sedang berchat ria, seperti apa yang selalu aku tuduhkan padanya setiap dia tersenyum lebar di depan layar.Begitu aku hendak menggeser untuk mematikan panggilan, bersamaan dengan itu pula sebuah pesan kembali masuk. Aku mendesah. Dengan perasaan ragu aku membukanya. Perlu bagiku untuk memperingatkan Mas Bian agar tidak terus mengganggu.[Maafkan jika kata-kata Mas membuat hubungan kalian renggang. Mas hanya ingin dekat dengan Nizam, itu saja. Mas cemburu terhadapnya. Kata-kata Mas mungkin tak berdasar. Anye,
last updateLast Updated : 2022-11-19
Read more

132. Status WA mengganggu 2

Mobil meluncur dengan kecepatan tinggi setelah menurunkan Anyelir di bank. Hari ini aku didaulat menjadi pembicara dalam sebuah seminar kebidanan yang diadakan sebuah institut kesehatan. Seminar dihadiri oleh para mahasiswi dan juga bidan umum. Seminar diadakan di aula universitas. Para peserta terlihat sudah memadati gedung seminar begitu aku datang. "Selamat datang, Dokter," sapa pembawa acara begitu aku dipersilahkan untuk menempati tempat duduk. Aku tersenyum membalas sapaan tersebut dengan kutangkupkan kedua tangan di dada sebagai tanda memberi salam. Aku memang sedikit terlambat, Nizam sedikit rewel hari ini. Ingin ikut denganku dan Anyelir. Mungkin karena kemarin aku membawanya serta sehingga dia ingin ikut kembali.Tak berselang lama acara pun dimulai. Dipanggil lah aku ke atas panggung. Menyapa dan sedikit berbasa-basi adalah yang kulakukan pertama kali. Kemudian pengetahuan umum tentang nutrisi pada ibu hamil yang akan menjadi topik pagi ini kusampaikan sebagai pembuka ma
last updateLast Updated : 2022-11-19
Read more

133. Diamnya Megantara

POV Anyelir"Astaga Anyelir! Jangan bilang kamu ...." Ucapannya menggantung kemudian dengan cepat dia berbalik memunggungiku.Sebuah unggahan di media sosial yang tanpa sengaja masuk di beranda facebook siang tadi, sangat mengganggu pikiran. Dalam unggahan video sebuah seminar tersebut dia berkata bahwa akan menambah anak kalau tidak khilaf. Artinya dia bisa saja khilaf dan Nizam ...? Ia kembali berbalik menatapku dengan tatapan tajam. "Kamu memutuskan untuk memakai kontrasepsi tanpa membicarakannya dulu denganku, suamimu?" tanyanya penuh penekanan. Aku pun hanya mengangguk pelan."Ya Tuhan ... apa?! Kamu sudah pakai kontrasepsi apa?" tanyanya menggoncang pundakku, membungkukkan badannya menyamaiku kemudian menatapku marah."Aku —""Jawab?!" tegasnya. "Suntik." Cepat aku menjawab."Suntik apa? Berapa bulan?""Satu," ucapku ragu.Dia bergeming kemudian menghempaskan pinggul di tepi ranjang setelah menghela napas panjang. Aku pun mengikuti dengan duduk di sebelahnya. Dia sangat m
last updateLast Updated : 2022-11-20
Read more

134. Diamnya Megantara 2

"Silahkan turun, Mbak, sudah landing." Suara seorang pramugari yang menyuruhku untuk segera turun membuatku tersadar. "Oh, ya." Aku bergegas turun, tanpa aku sadari pesawat sudah kosong dan aku masih mematung.Di bawah sana tepatnya di depan loby bandara mereka terlihat sudah menunggu. "Lama sekali?" Megan bertanya begitu aku sampai di bawah. Bahkan, dia tidak melihat barang apa saja yang kubawa. Yang dipikirkan hanya Nizam tak memikirkan ibunya sama sekali. "Maaf, banyak barang," sindirku kemudian."Sini, Ibu sama Bude bantu," ucap Ibu meraih koper dan tas dari tanganku. Mereka hanya membawa satu tas di tangan karena rencananya setelah resepsi mereka akan segera kembali karena tak mungkin meninggalkan toko terlalu lama. Sedangkan aku harus membawa dua koper dan satu tas untuk keperluan Nizam. Lalu apa yang dibawa suamiku? Hanya Nizam dan satu botol susu. "Nggak usah, Bu, itu sepertinya Pak Marwan sudah jemput kita. Pak!" teriak Megan memanggil seorang lelaki paruh baya yang diseb
last updateLast Updated : 2022-11-20
Read more

135. Hanya meredam emosi

POV MegantaraDiam akan lebih baik saat ini dari pada harus beradu argumen, mencari pembenaran masing-masing, dan berakhir dengan perdebatan panjang yang tak akan ada habisnya. Aku tak mau acara besok terganggu, aku tak ingin membuat Mama dan Papa kecewa kemudian malu pada akhirnya, jika acara yang sudah begitu mereka siapkan sedemikian rupa harus berubah menjadi petaka hanya gara-gara pertengkaran kami.Kuparkir motor di sebuah cafe yang ada di daerah Jimbaran. Cafe di mana kami sering menghabiskan waktu saat akhir pekan tiba pada masa SMA. Beberapa orang terlihat sudah menunggu di sana. Teman SMA yang kemudian saling terpisah karena harus mengejar pendidikan dan cita-cita. Mereka adalah Nando, Ervan, dan Rama. Mereka sudah duduk di sudut bagian dalam cafe. Nando kabarnya sudah menjadi seorang manager di sebuah perusahaan elektronik di Bali dan Rama sukses menjadi koki di hotel berbintang. Sedangkan Ervan, dia termasuk dari keluarga konglomerat, jadi dia ikut papanya mengurus perus
last updateLast Updated : 2022-11-21
Read more

136. Hanya meredam emosi 2

Aku pun semakin meradang membaca pesan dari Denis. Ponsel yang ada di tangan pun teremas kuat tanpa aku sadari. Pesan yang berupa video itu tidak aku putar terlebih dahulu hanya tulisan di bawahnya saja yang aku baca karena aku harus sangat berhati-hati. Bergegas aku pamit, perasaanku dipenuhi kobaran api. Aku harus segera pulang. "Aku pulang dulu, ya. Mama nyuruh aku pulang," pamitku pada para sahabatku. Tanpa menunggu jawaban mereka aku meninggalkan cafe tersebut.***Sesampainya di rumah, kuparkir motor di halaman, kemudian Pak Marwan datang dan bersiap untuk memasukkannya ke dalam bagasi. "Makasih, Pak," ucapku berjalan menuju pintu. "Sama-sama, Den."Kubuka pintu kemudian menutupnya kembali."Dari mana saja, Megan? Jam berapa ini masih kelayapan?" Papa menyambutku dengan pertanyaan yang sudah aku duga sebelumnya. Bahkan, sebelum aku berbalik dari pintu.Kuhela napas kemudian berbalik menghampiri Mama dan Papa yang terlihat sudah duduk di sofa tamu."Keluar sebentar, ketemu an
last updateLast Updated : 2022-11-21
Read more

137. Diam membawa berkah

Terlepas siapa yang salah dan siapa yang benar, sebagai seorang suami, aku harus bisa menghadirkan rasa nyaman dan melindungi setiap anggota keluargaku. Seperti kata Mama beberapa saat lalu yang membuatku tertunduk malu."Kamu adalah kepala keluarga sekarang, Megan. Kamu nggak bisa bersikap seperti saat kamu menjadi anak Mama dan juga Papa. Nggak papa kamu bersikap seperti itu kalau kamu sedang sama Mama dan Papa. Tapi jangan saat kamu bersama anak dan istri kamu, sedikit ngambek, sedikit marah. Sebagai kepala keluarga, seharusnya kamu bisa menjadi panutan, memberi contoh yang baik. Bisa menghadirkan kenyamanan pada anak dan istrimu. Berpikir dahulu sebelum bertindak. Pikirkan dari segala sisi setiap Maslah itu datang, jangan mencari pembenaran sendiri. Tanya apa alasan sebuah kemarahan, jangan menimpali dengan tuduhan dan menghakimi."Sempat aku marah dalam hati, mengira bahwa Anyelir sudah mengadu dan mengumbar masalah rumah tangga kami. Tapi ternyata Mama tidak tahu pasti apa yan
last updateLast Updated : 2022-11-22
Read more

138. Diam membawa berkah 2

Kuusap punggung yang semakin bergetar itu dengan lembut. "Aku nggak mau kehilangan kamu, Anye. Aku takut kata-kata yang keluar justru menyakitimu kalau aku sedang emosi, jadi aku diem.""Tapi aku juga takut kalau kamu pergi. Selamanya dariku."Aku tersenyum. Mendengar kejujuran yang akhirnya membuatku merasa bahagia. Aku ... dibutuhkan olehnya."Mana mungkin meninggalkan anak dan istri yang Masyaallah manisnya. Bisa nyesel seumur hidup nanti.""Kau boleh memberiku obat atau apa pun yang bisa membuang efek dari suntikan Bu Fatma. Tapi jangan marah lagi. Aku tersiksa." Lagi perkataan itu membuatku melambung tinggi.Dari sini aku belajar banyak hal. Terutama sifat wanita yang unik : saat aku mendekat dia menjauh, begitu aku kejar dia pun berlari, dan saat aku berhenti dia mendekati. Menarik.Dia mengurai pelukannya kemudian menatapku. "Bagaimana? Tawaranku?" tanyanya serius.Aku mengangguk dan mengiyakan saja apa kata Anyelir. Kemudian duduk di tepi ranjang."Aku hanya takut saja kalau
last updateLast Updated : 2022-11-22
Read more

139. Doa terindah

Perkataan Anyelir tak lantas membuatku kehilangan kendali saat itu juga. Aku tidak bodoh, sebagai seorang dokter aku paham. Dia masih labil. Konseling baru dilakukan satu kali, aku tak mau gegabah, membuatnya semakin jatuh ke dalam trauma dengan menuntutnya terlalu banyak.Ada kalanya seorang lelaki sejati harus mampu menurunkan nafsunya guna memperbaiki keadaan terlebih dahulu, meski itu sangat sulit. Hasrat memang harus dituntaskan namun di saat yang tepat. Dan aku tahu, itu tidak sekarang. Menjelang siang kami pergi ke hotel. Acara resepsi akan di adakan di dalam ballroom hotel milik Papa. Hotel yang bahkan aku sudah tak pernah mengunjunginya semenjak aku disibukkan dengan kegiatan di bidang kedokteran itu tampak semakin megah sekarang. Kami datang bersama rombongan dari rumah. Semua mata tertuju ke arah kami begitu kami memasuki loby.Aku tak banyak berhubungan dengan hotel berserta karyawannya, masa SMA adalah masa di mana aku sering datang ke tempat ini. Setelahnya, aku bisa d
last updateLast Updated : 2022-11-23
Read more

140. Doa terindah 2

Papa tersentak, kemudian wajahnya berubah menjadi ekspresi keterkejutan. "Gila kamu, Megan. Kamu curiga pada saudaramu sendiri?! Apa kata Om Hans nanti?!" Nada bicara papa mulai meninggi dan begitu penuh penekanan. Seolah tak percaya dengan apa yang aku katakan.Aku mengangguk samar. "Ya nggak tahu, Pa. Perasaanku mengatakan demikian, terlebih melihat kebenciannya pada Anyelir beberapa waktu lalu.""Membicarakan sebuah kasus tidak bisa kamu sandingkan dengan perasaan, Megan. Yang terpenting itu bukti dan saksi yang kuat, barulah tersangka ditetapkan, jangan seenakmu, kamu nggak suka, kamu bilang dia pelakunya!" tegur Papa."Nggak tahu, lah, Pa. Pikiranku tuh, jelek aja sama tu anak. Megan akan terus cari bukti itu." Papa menghela napas. "Apa istrimu tahu?"Lagi, aku menggeleng. "Dia begitu enggan membahas kejadian nahas tersebut denganku. Sementara ini, aku meminta Bu Wanda, psikologinya untuk membantuku mengorek informasi lebih dalam dari Anyelir.""Psikolog?!" Papa mengernyit. Aku
last updateLast Updated : 2022-11-23
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
20
DMCA.com Protection Status