Home / Romansa / Setelah Kau Pergi / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Setelah Kau Pergi: Chapter 41 - Chapter 50

71 Chapters

41. Rindu

Hanya beberapa hari bekerja, ia sudah mendapatkan hati sang majikan.Di sisi lain ia mendapatkan sikap yang tidak nyaman dari senior. Suka marah, main perintah, bahkan kadang menimpakan kesalahan yang tidak dibuatnya. "Nit, ada pesanan muffin. Kau yang buat, ya!" perintah Sumiyati. "Tapi ....""Tidak ada kata tapi-tapi," potong Sumiyati. "Aku mau ke pasar, beli bahan. Ada yang kurang."Sumiyati menggeloyor keluar. Anita hanya menatapnya pasrah. Ia belum sempat bertanya apa resepnya. Anita memeriksa catatan orderan. Dua ratus muffin, diantar jam lima sore. Ia memeriksa jam di dinding, masih ada waktu tiga jam. Masalahnya ia tidak punya resep karena itu pekerjaan Sumiyati. Ia hanya sebagai orang-orang bantu, sedang owner sedang pergi diperkirakan malam hari baru datang. "Aina, kau bisa bikin muffin?"Aina menggeleng.Anita mendengus. Percuma ia mengeluh. Waktu terus berjalan. Ia hafal betul, Sumiyati jika keluar, tidak akan kembali dalam waktu singkat. Jika ada masalah, Sumiyati cuk
last updateLast Updated : 2022-09-30
Read more

42. Kalau Rezeki Takkan Ke Mana

"Boleh nggak, Anita bekerja di kafeku?" Adit mengulang pernikahannya."Aku juga butuh karyawan.""Ayolah, Mbak. Cari pekerja itu susah, mencari yang profesional itu lebih susah, Mbak. Ayolah, Mbak!""Iya … iya … nanti aku bicarakan."Aditya tertawa mendengar gerutuan kakak perempuannya. "Terima kasih, Mbakku Sayang""Kita tanyakan dulu bagaimana kesiapan dia. Jika dia memang bersedia, aku tidak akan menghalanginya.""Oke. Terima kasih. Assalamu 'alaikum."*"Nit, bisa kau buatkan muffin? Aku kemarin belum coba," ucap Lidya. "Baik, Mbak." Anita mengangguk dengan wajah heran.Sumi yang tak jauh dari situ menatap waswas. Ia bertanya-tanya, mengapa Lidya tidak menyuruhnya? Mungkinkah Lidya tahu muffin kemarin itu buatan Anita? Jika iya, siapa yang memberitahu? Mungkinkah Anita atau karyawan lain mengadu pada Lydia?"Awas kau, Nit!"Sumi yang tak jauh dari situ menatap was-was. Ia bertanya-tanya, mengapa Lidya tidak menyuruhnya? Mungkinkah Lidya tahu muffin kemarin itu buatan Anita? Jika
last updateLast Updated : 2022-10-01
Read more

43. Kalau Rezeki Takkan Ke Mana (B)

Mata Lidya terbelalak, tak terkecuali Aina dan Mirna. "Kamu sudah punya anak? Kamu memang tidak pernah cerita kehidupanmu pada kami." Lidya tertawa. "Anita … Anita, kenapa kamu tidak kelihatan seperti punya anak? Sekarang anakmu tinggal di mana?""Sudah meninggal."Napas Lidya tertahan. "Maaf.""Tak apa. Itu sudah lama. Sudah hampir setahun." "Kalau boleh tahu, apa sebabnya?""Menderita kanker darah, Mbak." **Anita sangat menikmati pekerjaannya. Membuat kue minat baru dan tidak sesuai dengan basic pendidikannya, tetapi ia merasa bahagia. Meski pekerjaannya hanya di dapur, tetapi sesekali ia mengintip wajah pelanggan untuk melihat bagaimana reaksi mereka saat memakan kue buatannya.Melihat orang bahagia, menyumbang rasa bahagia untuknya. Bos Aditya juga memperlakukannya dengan baik. Jika ada waktu kosong dan sepi, ia belajar membuat kreasi latte.Seperti biasa, Minggu kafe Sebuah Rasa tempat Anita bekerja terlihat rame. Beberapa karyawan terlihat sangat sibuk. Jika Anita tida
last updateLast Updated : 2022-10-01
Read more

44. Ketakutan

"Dasar … cowok saklek," gerutu Anita, lalu langsung memasuki pintu mobil Bayu yang sudah terbuka.Bayu tertawa lepas. "Sepertinya kamu baik-baik saja," ucap Bayu setelah mereka di dalam mobil."Alhamdulillah. Aku menyukai pekerjaanku."Bayu mendesah keras. "Sepertinya dapurku akan kehilangan kokinya."Anita tersenyum. Sesaat ia menoleh, menatap wajah Bayu yang cemerlang. Wajah yang bersih, mata tajam dinaungi dua alis tebal terukir sempurna, hidung mancung dan bibir tipis merah alami. Melihat bibir Bayu, seketika bibirnya melipat ke dalam. "Jangan kamu lakukan lagi!""Hah?"Anita mengangkat tangannya. "Eh … iya ... iya." Bayu melindungi wajahnya dengan kedua lengan. Anita menurunkan tangannya. "Jika kamu memang menyayangiku, kamu juga harus menghargaiku.""Maaf.""Jangan minta maaf, tapi jangan lakukan lagi. Bagaimanapun aku perempuan berkerudung. Meski kerudungku masih belum bisa dibilang sempurna."Bayu menoleh. Menatap setiap inchi kerudung warna krim yang membalut kepala An
last updateLast Updated : 2022-10-01
Read more

45. C I N T A

Muncul setitik harap di mata Abbas ketika melihat Anita. Ia berbisik kepada Qori yang masih terpejam. "Nak, Tante Anita sudah datang. Buka matamu!"Qori tidak bereaksi. "Nak!"Bayu menyentuh bahu Abbas. Wajah Abbas lesu, lelah dan setengah putus asa."Sebaiknya Bapak istirahat. Biar saya yang jaga Qori." Anita menawarkan diri. "Tidak. Saya ingin terus menemaninya. Saya tidak bisa membuang kecemasan ini.""Sebaiknya kamu istirahat. Mumpung ada Anita yang menjaga. Kamu juga harus jaga kesehatan.""Tapi--"Bayu mengeluarkan ponsel dari saku celananya. "Mang Yuni, kemarilah!" Abbas beralih menatap Qori. "Beberapa hari ini Qori selalu menyebut nama Ibu Anita. Bahkan dalam mimpi pun dia sering memanggil nama Ibu.""Maaf ya, Pak."Abbas menggeleng. "Ini bukan salah Ibu. Saya yang salah, masih tidak bisa menggantikan sosok seorang ibu untuknya."Anita hanya diam. Dia tidak tahu harus berkata apa. Tak lama muncul Anang Yuni. "Mang, antar Abbas ke hotel sebelah."Abbas terkesiap. Sesaat ia
last updateLast Updated : 2022-10-02
Read more

46. C I N T A (B)

Anita juga percaya Bayu. Sangat percaya, tetapi tidak bisa optimis dengan masa depannya. Mungkinkah suatu saat akan datang juga seorang perempuan lain untuk Bayu? "Kamu sudah bangun?" tanya Bayu. Matanya belum sempurna terbuka. Anita bergegas berdiri. Ia mengelus dadanya yang berdebar hebat. Begini rasanya takut kalau ketahuan mencuri, batin Anita. Beberapa orang terlihat tidur di lantai ruangan itu. Hanya ia dan Bayu yang tidur di bangku. "Keluarga Abdullah Qori!" Anita dan Bayu saling bersitatap, lalu bergegas menuju ruang ICU. Jantung Anita berdetak cepat. Kecemasan sempurna menguasainya. Kenangan bersama Izza seketika berkelabat. "Qori? Kamu sudah sadar, Nak?" Anita merasakan matanya menghangat. Sesaat ia menatap Bayu. Bayu memberinya senyuman meyakinkan. "Tante?" lirih Qori. Anita tersenyum haru. Air matanya tumpah. Ia segera menggenggam tangan Qori. "Syukurlah. Kamu sudah sadar."**Setelah dipastikan dalam kondisi aman, Qori dipindah ke ruang rawat inap. Supaya Qori d
last updateLast Updated : 2022-10-02
Read more

47. Sebuah Rasa

"Bos?""Cake buatanmu salah satu khas kafe ini. Kalau diganti, otomatis beda rasa atau jangan-jangan beda menu nanti. Aku tidak mengizinkanmu pergi. Titik.""Permisi … boleh saya masuk?!"**"Akhirnya satu masalahku selesai berkat kamu," ucap Anita lesu ketika mereka keluar dari kafe Sebuah Rasa. Bayu mendesis. "Kenapa sih, kamu alergi banget aku tolong?!" "Bukan begitu." Anita meletak box peralatannya ke dalam mobil Bayu. Sejenak ia menatap kafe yang sempat memberinya angin segar. Betapa ia menyukai menjadi pembuat kue. Kegiatan itu selalu mengingatkannya wajah puas Izza. "Aku cuma tak suka memakai kekuasaan orang lain.""Kekuasaan gimana? Kamu membuatku seperti penguasa yang zalim. Bukankah tadi aku hanya memberi alternatif yang disetujui bosmu?""Sudahlah! kamu tidak akan mengerti." Anita memasuki mobil Bayu. Bayu duduk di sampingnya. Sesaat keduanya sama-sama membisu. Tenggelam dalam pikiran masing-masing. "Kenapa, aku merasa kamu masih membatasi diri dariku?" ucap Bayu send
last updateLast Updated : 2022-10-02
Read more

48. Caraku Melindungimu

"Oh, iya. Apa kamu pernah belajar bikin latte art?" tanya Bayu, berbaur dengan suara mesin kopi. Anita meletak coklat yang sudah leleh di atas meja. "Pernah. Tapi belum mahir banget.""Tapi aku bisa request dong!" Aroma kopi telah memenuhi ruang dapur, berpadu dengan aroma coklat dari Anita. "Bisa, asal sesuai sikon." "Apa aku harus beli mesinnya?" Anita tertawa. "Dasar ya, orang kelebihan duit. Memang mau minum berapa cangkir sehari? Mending beli di kafe deh, daripada beli mesin puluhan juta.""Tapi, aku kan mau buatanmu," sahut Bayu, dengan nada yang membuat Anita mengangkat wajahnya. "Dasar, Baygon," ejek Anita. Bayu sudah sibuk di laptopnya. *"Ma--!" Anita tercengang dengan panggilan itu. "Heh?""Mama. Tante, mau kan jadi mama Qori?!"Bayu yang duduk di dapur terhenti gerakannya. Sambil minum, matanya melirik ke arah Anita.Anita masih kebingungan harus menjawab apa. Dipanggil mama, Apakah artinya itu juga menjadi istri Abbas? Sesaat ia menatap ke arah Abbas yang juga men
last updateLast Updated : 2022-10-03
Read more

49. Caraku Melindungi (B)

"Karin," lirih Bayu. "Kamu kan yang menelpon ibunya Intan dan memfitnah Anita?"Karin tersentak. Bagaimana Bayu tahu hal ini? Padahal tidak ada yang tahu selain dirinya. Mungkinkah ibunya yang memberi tahu? Tidak mungkin. Ibunya memang pernah curiga, tetapi ia mengelak dan berhasil meyakinkan ibunya."Ke--napa … Bapak menuduhku begitu?""Malam sebelum kejadian, saat di dapur, kamu meminjam ponsel ibumu. Kamu menyalin salah satu nomor dari ponsel ibumu. Yang kamu simpan itu nomor mamanya Intan kan?" "Aku menyimpan nomor orang lain.""Siapa?" suara Bayu pelan, tetapi membuat badan Karin gemetaran."Nomooor ….""Jujurlah, Karin! Kenapa kamu lakukan itu?""Karena aku benci dia. Aku benci cara Bapak menatapnya. Aku benci cara Bapak memperlakukannya. Aku benci semua yang Bapak berikan padanya," ucap Karin secara beruntun. Seakan-akan kalimat-kalimat itu telah lama terpendam, dan sekarang meledak berhamburan."Kamu puas setelah melakukan itu?""Aku--"Bayu membuka ponselnya, lalu menyerahk
last updateLast Updated : 2022-10-03
Read more

50. Antara Dua Pilihan

"Mak … sudnya?" "Saya ingin melamar kamu."Hening. Desah napas dan detak jantungnya terasa sangat jelas di telinga Anita. "Aku tau, tidak adil memperistrimu demi merawat Qori. Asal, kamu tahu, aku juga menyukaimu. Aku berharap, kita bertiga bisa bersama, mengisi hari, tanpa ada orang lain." Anita membuka mulut, tetapi ia tutup kembali. Ia perlu waktu untuk mencerna kejutan ini dan perlu waktu untuk memfilter kalimat agar tidak memberi harap, tapi juga tidak melukai. Mungkin juga, sudah saatnya ia membuka hati. "Beri aku waktu," ucap Anita akhirnya, setelah diamnya yang lumayan panjang. "Berapa lama?" "Entahlah. Aku harap bisa secepatnya memberi jawaban." "Baiklah. Aku harap kamu mempertimbangkan Qori yang sangat menyayangimu dan aku janji akan berusaha keras untuk membahagiakan kalian berdua." Tap tapAnita berpaling, mengikuti arah bunyi. "Bayu?!"Bayu mengabaikan panggilannya, bahkan mempercepat langkah.**'Aku harap kamu mempertimbangkan Qori yang sangat menyayangimu dan
last updateLast Updated : 2022-10-03
Read more
PREV
1
...
345678
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status