Home / Romansa / Setelah Kau Pergi / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Setelah Kau Pergi: Chapter 31 - Chapter 40

71 Chapters

31. Ungkapan Bayu

"Kamu nangis?""Tidak," elak Anita.Bayu semakin memepet. Anita tambah berang."Sudahlah, Bayu! Sebaiknya kamu pulang. Apa kata orang jika ada yang melihat kamu keluar dari kediaman janda jauh malam begini?""Aku akan menikahimu." Hening. Beberapa detik kemudian, Anita tertawa sumbang. "Aku serius.""Aku tidak meragukanmu. Untuk apa menikahiku? Kasihan? Melindungiku dari fitnah? Sudahlah, Bayu. Aku bisa melindungi diriku sendiri.""Aku mencintaimu." Anita tercenung, menatap wajah Bayu. Ia sudah curiga dari lama, tapi baru kali ia mencermati dari mata Bayu."Aku ingin hari-hariku terus bersamamu.""Bayu, kita sudah seperti saudara.""Tapi kamu selalu memberi jarak," protes Bayu.Anita bertambah frustasi. Ia menghempaskan tangannya. "Bayu, di sini kita sama-sama senasib sepenanggungan. Kita sudah terikat satu sama lain. Kita sama-sama membutuhkan. Entah bagaimana nasibku, tanpa kamu. Begitu juga sebaliknya. Itu ketergantungan, Bayu. Bukan cinta.""Aku serius." Bayu melangkah maju. A
last updateLast Updated : 2022-09-27
Read more

32. Fitnah

"Mila, adik Intan bergabung ya. Boleh?""Sini, Intan," sahut ibunya Mila. Anita meletakkan Intan di samping Mila. Setelah meletakkan celemek di dada Intan, Anita segera menyuapinya. "Hap …. Pinteer," puji Anita. Intan tersenyum ceria. Binaran mata Intan, mengingatkannya pada Izza."Mama pipis," ucap Mila pada ibunya. "Ayo, kita ke kamar mandi."Mila segera diangkat ibunya. Tinggal Anita, Intan dan Farhat.Intan makannya mulai lahap. Anita makin bersemangat menyuapi Intan. Farhat juga tersenyum bahagia melihat perkembangan putrinya yang sangat membaik."Ada yang lagi kasmaaaran nih!!""Nia," seru Farhat. Kening Farhat mengerut. Tidak memahami maksud dari ucapan istrinya. Anita berpaling. Mencari arah suara. Ia segera berdiri begitu mengenali itu ibunya Intan. Wanita tambon berpakaian modis, dengan make-up di wajah Yang paling menonjol merah cerah di bibirnya. "Eh, Mama Intan." Anita mengangkat Intan. "Mama Intan datang. Intan pasti senang, ya 'kan?"Anita membawa intan mendekati i
last updateLast Updated : 2022-09-27
Read more

33. Fitnah (B)

Ia bertanya-tanya, sejak kapan kulkas tersebut terisi lagi?"Terserahmu. Tapi aku juga mau ada makanan penutupnya. Aku mau mandi dulu," sahut Bayu setengah berteriak, sambil menaiki anak tangga. Anita melongo. "Terserah kok ada tapinya?"gerutu Anita. Anita sedang membalik omelet ke sebuah piring ketika Bayu menuruni anak tangga. Bibirnya melengkung ketika melihat rambut Bayu acak-acakan."Fans-mu akan kabur jika melihat penampilanmu begini."Bayu duduk di sebuah bangku berkaki tinggi. "Bodo amat." Bayu menuang segelas air putih yang sudah tersedia di atas meja.Anita kembali tersenyum. Ia menghiasi omelet dengan olesan saos tomat dengan pola zig-zag, terakhir ia menabur potongan seledri. Diam-diam Bayu mengamati wajah Anita fokus menghiasi makanan. Matanya masih bengkak, setidaknya Bayu bersyukur perhatian Anita telah teralihkan. Omelet sudah ada di hadapan Bayu, lengkap dengan sendok dan garpunya. Anita beralih ke oven. Ia mengeluarkan brownies panggang dalam cup kecil ukuran d
last updateLast Updated : 2022-09-28
Read more

34. Teman Tapi Mesra

Anita tersentak. Ia langsung berdiri. "Jangan macam-macam!" Telunjuknya mencegat langkah Bayu. Anita langsung berpaling ke arah kamar mandi, begitu melihat Bayu menghentikan langkahnya. Bayu tersenyum geli melihat tingkah Anita. Bayu sudah duduk di samping kursinya begitu ia keluar dari kamar mandi.Di atas meja sudah sebuah mangkuk besar yang tertutup, roti bakar panggang, daging tipis panggang, juga saos dan mayonis. Di depan Bayu sudah ada sebuah mangkuk halus. "Cobalah!" Bayu menyodorkan sesenduk cairan kental berwarna kuning ke mulut Anita. Anita memundurkan wajahnya. "Aku bisa sendiri."Anita ingin mengambil sendok itu, tetapi Bayu malah menariknya."Jangan bandel!" Bayu kembali menyodorkan sendok itu. "Ini apa?" Anita mencermati isi sendok. Sangat asing di mata Anita. Tanpa sadar ia menelan ludahnya. "Sup jagung."Anita membuka mulutnya ragu. "Gimana?" tanya Bayu. Anita tak langsung menjawab, terlebih dahulu ia melumat dengan lidahnya. Bayu mengulum senyum melihat ti
last updateLast Updated : 2022-09-28
Read more

35. Teman Tapi Mesra (B)

Setelah Ashar klakson dari mobil Annisa berbunyi dari halaman Rumah Bahagia. Mendengar bunyi itu, Anita bergegas keluar. "Maaf, ya Mbak. Telat. Karena terlambat, ya sudah sekalian shalat Ashar," ucap Annisa cengengesan, gadis berjilbab lebar. Seorang gadis lainnya keluar dari pintu penumpang, Uvi. Anita menggeleng. Ia segera mengangkat kue pie buah yang telah disusun di kotak-kotak kecil."Tak apa. Bagus malah. Kalau sudah shalat, di sana kita ga mikirin shalat lagi. Aku kebetulan lagi halangan. Baru datang dari kampus, Nis?" tanya Anita ketika melihat Annisa memakai jas almamater warna hijau tua. "Iya, Mbak." Annisa membukakan pintu belakang. "Wah semangat sekali, ya. Salut. Kau pasti cape, tapi masih menyempatkan diri mengunjungi anak-anak di rumah sakit."Anita memasukkan kotak yang dibawa ke dalam mobil. Ternyata di dalam sudah kardus berisi susu kotak ukuran kecil dan lainnya berisi roti.Annisa tertawa. "Belum apa-apanya dibandingkan dengan Mbak.""Bu Anita nggak ajak Pak
last updateLast Updated : 2022-09-28
Read more

36. Cemas

"Ada urusan apa, Mbak? Tergesa-gesa begini," tanya Annisa ketika mereka sudah berada dalam lift. "Mau cari tau informasi salah satu penghuni Rumah Bahagia." Anita meluruskan badannya menghadap Annisa. "Nis, aku minta bantuanmu.""Ya, silakan, Mbak.""Nanti aku bawa ke seseorang atau ke kamar onkologi 1, kamu coba tanyakan keberadaan seorang pasien bernama Intan. Seharusnya sekarang dia sudah berada di rumah sakit. Kalau mereka bertanya kamu siapanya Intan, bilang saja keluarga jauh."Kling. Lift terbuka."Apa itu nggak bohong namanya, Mbak?""Satu keluarga karena satu moyang, yaitu Adam," jawab Anita sambil berjalan lurus menuju kamar onkologi 1. Tiba-tiba Anita memelankan langkahnya. Dengan isyarat tangan, ia juga menyuruh Annisa melakukan hal sama. Telinganya menangkap suara yang dikenalnya. Ia merapat ke dinding. "Bu, bagaimana dengan rumah singgah Sejahtera? Baik nggak di sana?""Alhamdulillah, Bu. Mereka baik banget. Pemiliknya dermawan sekali. Sering memberi hadiah bahkan ua
last updateLast Updated : 2022-09-29
Read more

37. Cemas (B)

"Tidak, Pak. Tadi Kak Anita minta diberhentikan di jalan. Katanya ada keperluan. Dia belum pulang?""Belum. Terima kasih ya, Nis, Isal. Maaf, mengganggu kalian." "Ya, Kak. Tak apa. Apa Kakak mau mencarinya," tanya Isal. Annisa telah memutuskan panggilan. Bayu melihat jam di pojok layar ponsel. "Belum jam sepuluh. Kita tunggu dulu. Semoga tidak terjadi apa-apa.""Baiklah kalau begitu. Saya tutup, ya Kak. Kalau belum datang, jangan ragu menghubungi saya.""Oke, terima kasih."Bayu langsung memutuskan panggilannya. Satu pesan muncul di layar ponselnya.[Pak, telpon saya] Bayu langsung ikon panggilan."Hallo, Pak. Saya Annisa yang tadi bawa Mbak Anita.""Ya?" "Maaf, tadi Mbak Anita memang punya masalah waktu di rumah sakit …. Pak?"Ceritakanlah!"Annisa menceritakan semua yang didengarnya sewaktu di rumah sakit. "Waktu dia minta turun di jalan, saya turutin karena saya pikir mungkin dia perlu menyendiri. Saya tidak mengira akan seperti ini. Saya minta maaf, Pak.""Tak apa, Nis. Anit
last updateLast Updated : 2022-09-29
Read more

38. Tanpa Bayang-bayangmu

"Buatanmu semuanya enak dan benar-benar memanjakan lidah. Makanya aku pikir kamu juga punya usaha kuliner."Bayu menatapnya waswas. "Mengapa terdengar sangat menakutkan?"Anita terkekeh. Ia berinisiatif mengambil spaghetti dengan sendok, lalu menyodorkan ke mulut Bayu. "Aa …."Bayu tertawa. "Kamu menyuapiku kaya menyuapi Izza."Anita kembali memajukan sendoknya sehingga Bayu menyuapnya."Kamu tak jauh beda dengan Izza." Sebelah alis Bayu terangkat. "Baygon," desis Anita. Bayu tersenyum geli, tetapi ia menyukainya. Anita menatap laki-laki yang nyaris sempurna di depannya. Terbayang kebaikan-kebaikan yang pernah diberikan kepadanya. "Mengapa kamu menatapku seperti itu?" tanya Bayu. Perasaan waswas makin kental menyelimutinya.Anita tersenyum haru. "Aku cuma berpikir bagaimana kamu bisa melewati kehidupan pahit di masa kecil, hingga bisa sampai sekarang ini?" Bayu terdiam sesaat, lalu ia mengedikkan bahu. "Entahlah. Kadang hidup itu lebih berat dipikirkan ketibang dijalani. Apa ya
last updateLast Updated : 2022-09-29
Read more

39. Tanpamu

**"Jadi rencanamu mau cari pekerjaan seperti apa?" tanya Nirma setelah menyedot dalgona miliknya. Anita tertawa ringan. "Dalam usiaku sudah sebanyak ini, tidak banyak pilihan," jawab Anita sambil mengaduk green tea miliknya dengan sedotan. "Setidaknya kau punya keinginan dulu, hobi atau minat. Siapa tahu bisa kita usahakan.Anita menatap Dessert Brownies pesanannya. Seketika ia teringat wajah Izza dan Bayu saat menikmati makanan buatannya."Pembuat cake, dessert..." Anita menyebut beberapa nama kue yang biasa dia buat untuk Izza. "Kenapa kau tidak coba berwirausaha sendiri? Sekarang bisa bisnis di rumah, pasarkan lewat online."Anita menyedot minumannya, lalu menyendok dessert-nya. Ia biarkan lidahnya melumat kelembutan whipping creamnya. "Aku ingin langsung melihat bagaimana reaksi pembelinya. Rasanya bahagia sekali, jika melihat wajah nikmat mereka dari kue buatan kita.""Berarti kau harus bekerja di restoran, kafe, minimal toko kue."Anita tersenyum. "Semoga ketemu.""Aamiin.
last updateLast Updated : 2022-09-30
Read more

40. Tanpamu (B)

"Ini Izza?" Bayu mengangguk. "Iya. Putri Anita.""Cantik sekali. Sayang kami tidak sempat bertemu dengannya."Bayu hanya membalas dengan senyuman. "Oh iya, saya ke sini mau menanyakan keberadaan Anita," ucap Abbas.Ia mengembalikan pigura ke tempat asalnya, lalu kembali ke sofa."Pak Bayu pasti tahu di mana Anita."Bayu mengernyit. "Iya, saya tahu. Ada apa?""Qori sangat menyukainya. Meski Qori anaknya tidak ekspresif, tapi saya tau dia sangat menyukai Anita."Bayu diam. Menunggu kelanjutan ucapan laki-laki yang lebih muda darinya. "Jika berkenan, saya ingin meminta dia kembali ke sini.""Dia sudah bekerja.""Saya akan menggajinya." Seketika Abbas dengan jawabannya yang terlalu cepat. "Maaf, saya terlalu bersemangat."Abbas menarik napasnya. "Istri saya meninggal saat Qori masih berumur belum genap setahun. Karena kecelakaan."Bayu menahan napasnya. "Sejak itu ia telah kehilangan kasih sayang seorang ibu. Meski saya telah mencurahkan lebih banyak perhatian padanya, tetap saja tida
last updateLast Updated : 2022-09-30
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status