Share

36. Cemas

Author: El Nurien
last update Last Updated: 2022-09-29 05:45:18

"Ada urusan apa, Mbak? Tergesa-gesa begini," tanya Annisa ketika mereka sudah berada dalam lift.

"Mau cari tau informasi salah satu penghuni Rumah Bahagia." Anita meluruskan badannya menghadap Annisa. "Nis, aku minta bantuanmu."

"Ya, silakan, Mbak."

"Nanti aku bawa ke seseorang atau ke kamar onkologi 1, kamu coba tanyakan keberadaan seorang pasien bernama Intan. Seharusnya sekarang dia sudah berada di rumah sakit. Kalau mereka bertanya kamu siapanya Intan, bilang saja keluarga jauh."

Kling. Lift terbuka.

"Apa itu nggak bohong namanya, Mbak?"

"Satu keluarga karena satu moyang, yaitu Adam," jawab Anita sambil berjalan lurus menuju kamar onkologi 1.

Tiba-tiba Anita memelankan langkahnya. Dengan isyarat tangan, ia juga menyuruh Annisa melakukan hal sama. Telinganya menangkap suara yang dikenalnya. Ia merapat ke dinding.

"Bu, bagaimana dengan rumah singgah Sejahtera? Baik nggak di sana?"

"Alhamdulillah, Bu. Mereka baik banget. Pemiliknya dermawan sekali. Sering memberi hadiah bahkan ua
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Setelah Kau Pergi   37. Cemas (B)

    "Tidak, Pak. Tadi Kak Anita minta diberhentikan di jalan. Katanya ada keperluan. Dia belum pulang?""Belum. Terima kasih ya, Nis, Isal. Maaf, mengganggu kalian." "Ya, Kak. Tak apa. Apa Kakak mau mencarinya," tanya Isal. Annisa telah memutuskan panggilan. Bayu melihat jam di pojok layar ponsel. "Belum jam sepuluh. Kita tunggu dulu. Semoga tidak terjadi apa-apa.""Baiklah kalau begitu. Saya tutup, ya Kak. Kalau belum datang, jangan ragu menghubungi saya.""Oke, terima kasih."Bayu langsung memutuskan panggilannya. Satu pesan muncul di layar ponselnya.[Pak, telpon saya] Bayu langsung ikon panggilan."Hallo, Pak. Saya Annisa yang tadi bawa Mbak Anita.""Ya?" "Maaf, tadi Mbak Anita memang punya masalah waktu di rumah sakit …. Pak?"Ceritakanlah!"Annisa menceritakan semua yang didengarnya sewaktu di rumah sakit. "Waktu dia minta turun di jalan, saya turutin karena saya pikir mungkin dia perlu menyendiri. Saya tidak mengira akan seperti ini. Saya minta maaf, Pak.""Tak apa, Nis. Anit

    Last Updated : 2022-09-29
  • Setelah Kau Pergi   38. Tanpa Bayang-bayangmu

    "Buatanmu semuanya enak dan benar-benar memanjakan lidah. Makanya aku pikir kamu juga punya usaha kuliner."Bayu menatapnya waswas. "Mengapa terdengar sangat menakutkan?"Anita terkekeh. Ia berinisiatif mengambil spaghetti dengan sendok, lalu menyodorkan ke mulut Bayu. "Aa …."Bayu tertawa. "Kamu menyuapiku kaya menyuapi Izza."Anita kembali memajukan sendoknya sehingga Bayu menyuapnya."Kamu tak jauh beda dengan Izza." Sebelah alis Bayu terangkat. "Baygon," desis Anita. Bayu tersenyum geli, tetapi ia menyukainya. Anita menatap laki-laki yang nyaris sempurna di depannya. Terbayang kebaikan-kebaikan yang pernah diberikan kepadanya. "Mengapa kamu menatapku seperti itu?" tanya Bayu. Perasaan waswas makin kental menyelimutinya.Anita tersenyum haru. "Aku cuma berpikir bagaimana kamu bisa melewati kehidupan pahit di masa kecil, hingga bisa sampai sekarang ini?" Bayu terdiam sesaat, lalu ia mengedikkan bahu. "Entahlah. Kadang hidup itu lebih berat dipikirkan ketibang dijalani. Apa ya

    Last Updated : 2022-09-29
  • Setelah Kau Pergi   39. Tanpamu

    **"Jadi rencanamu mau cari pekerjaan seperti apa?" tanya Nirma setelah menyedot dalgona miliknya. Anita tertawa ringan. "Dalam usiaku sudah sebanyak ini, tidak banyak pilihan," jawab Anita sambil mengaduk green tea miliknya dengan sedotan. "Setidaknya kau punya keinginan dulu, hobi atau minat. Siapa tahu bisa kita usahakan.Anita menatap Dessert Brownies pesanannya. Seketika ia teringat wajah Izza dan Bayu saat menikmati makanan buatannya."Pembuat cake, dessert..." Anita menyebut beberapa nama kue yang biasa dia buat untuk Izza. "Kenapa kau tidak coba berwirausaha sendiri? Sekarang bisa bisnis di rumah, pasarkan lewat online."Anita menyedot minumannya, lalu menyendok dessert-nya. Ia biarkan lidahnya melumat kelembutan whipping creamnya. "Aku ingin langsung melihat bagaimana reaksi pembelinya. Rasanya bahagia sekali, jika melihat wajah nikmat mereka dari kue buatan kita.""Berarti kau harus bekerja di restoran, kafe, minimal toko kue."Anita tersenyum. "Semoga ketemu.""Aamiin.

    Last Updated : 2022-09-30
  • Setelah Kau Pergi   40. Tanpamu (B)

    "Ini Izza?" Bayu mengangguk. "Iya. Putri Anita.""Cantik sekali. Sayang kami tidak sempat bertemu dengannya."Bayu hanya membalas dengan senyuman. "Oh iya, saya ke sini mau menanyakan keberadaan Anita," ucap Abbas.Ia mengembalikan pigura ke tempat asalnya, lalu kembali ke sofa."Pak Bayu pasti tahu di mana Anita."Bayu mengernyit. "Iya, saya tahu. Ada apa?""Qori sangat menyukainya. Meski Qori anaknya tidak ekspresif, tapi saya tau dia sangat menyukai Anita."Bayu diam. Menunggu kelanjutan ucapan laki-laki yang lebih muda darinya. "Jika berkenan, saya ingin meminta dia kembali ke sini.""Dia sudah bekerja.""Saya akan menggajinya." Seketika Abbas dengan jawabannya yang terlalu cepat. "Maaf, saya terlalu bersemangat."Abbas menarik napasnya. "Istri saya meninggal saat Qori masih berumur belum genap setahun. Karena kecelakaan."Bayu menahan napasnya. "Sejak itu ia telah kehilangan kasih sayang seorang ibu. Meski saya telah mencurahkan lebih banyak perhatian padanya, tetap saja tida

    Last Updated : 2022-09-30
  • Setelah Kau Pergi   41. Rindu

    Hanya beberapa hari bekerja, ia sudah mendapatkan hati sang majikan.Di sisi lain ia mendapatkan sikap yang tidak nyaman dari senior. Suka marah, main perintah, bahkan kadang menimpakan kesalahan yang tidak dibuatnya. "Nit, ada pesanan muffin. Kau yang buat, ya!" perintah Sumiyati. "Tapi ....""Tidak ada kata tapi-tapi," potong Sumiyati. "Aku mau ke pasar, beli bahan. Ada yang kurang."Sumiyati menggeloyor keluar. Anita hanya menatapnya pasrah. Ia belum sempat bertanya apa resepnya. Anita memeriksa catatan orderan. Dua ratus muffin, diantar jam lima sore. Ia memeriksa jam di dinding, masih ada waktu tiga jam. Masalahnya ia tidak punya resep karena itu pekerjaan Sumiyati. Ia hanya sebagai orang-orang bantu, sedang owner sedang pergi diperkirakan malam hari baru datang. "Aina, kau bisa bikin muffin?"Aina menggeleng.Anita mendengus. Percuma ia mengeluh. Waktu terus berjalan. Ia hafal betul, Sumiyati jika keluar, tidak akan kembali dalam waktu singkat. Jika ada masalah, Sumiyati cuk

    Last Updated : 2022-09-30
  • Setelah Kau Pergi   42. Kalau Rezeki Takkan Ke Mana

    "Boleh nggak, Anita bekerja di kafeku?" Adit mengulang pernikahannya."Aku juga butuh karyawan.""Ayolah, Mbak. Cari pekerja itu susah, mencari yang profesional itu lebih susah, Mbak. Ayolah, Mbak!""Iya … iya … nanti aku bicarakan."Aditya tertawa mendengar gerutuan kakak perempuannya. "Terima kasih, Mbakku Sayang""Kita tanyakan dulu bagaimana kesiapan dia. Jika dia memang bersedia, aku tidak akan menghalanginya.""Oke. Terima kasih. Assalamu 'alaikum."*"Nit, bisa kau buatkan muffin? Aku kemarin belum coba," ucap Lidya. "Baik, Mbak." Anita mengangguk dengan wajah heran.Sumi yang tak jauh dari situ menatap waswas. Ia bertanya-tanya, mengapa Lidya tidak menyuruhnya? Mungkinkah Lidya tahu muffin kemarin itu buatan Anita? Jika iya, siapa yang memberitahu? Mungkinkah Anita atau karyawan lain mengadu pada Lydia?"Awas kau, Nit!"Sumi yang tak jauh dari situ menatap was-was. Ia bertanya-tanya, mengapa Lidya tidak menyuruhnya? Mungkinkah Lidya tahu muffin kemarin itu buatan Anita? Jika

    Last Updated : 2022-10-01
  • Setelah Kau Pergi   43. Kalau Rezeki Takkan Ke Mana (B)

    Mata Lidya terbelalak, tak terkecuali Aina dan Mirna. "Kamu sudah punya anak? Kamu memang tidak pernah cerita kehidupanmu pada kami." Lidya tertawa. "Anita … Anita, kenapa kamu tidak kelihatan seperti punya anak? Sekarang anakmu tinggal di mana?""Sudah meninggal."Napas Lidya tertahan. "Maaf.""Tak apa. Itu sudah lama. Sudah hampir setahun." "Kalau boleh tahu, apa sebabnya?""Menderita kanker darah, Mbak." **Anita sangat menikmati pekerjaannya. Membuat kue minat baru dan tidak sesuai dengan basic pendidikannya, tetapi ia merasa bahagia. Meski pekerjaannya hanya di dapur, tetapi sesekali ia mengintip wajah pelanggan untuk melihat bagaimana reaksi mereka saat memakan kue buatannya.Melihat orang bahagia, menyumbang rasa bahagia untuknya. Bos Aditya juga memperlakukannya dengan baik. Jika ada waktu kosong dan sepi, ia belajar membuat kreasi latte.Seperti biasa, Minggu kafe Sebuah Rasa tempat Anita bekerja terlihat rame. Beberapa karyawan terlihat sangat sibuk. Jika Anita tida

    Last Updated : 2022-10-01
  • Setelah Kau Pergi   44. Ketakutan

    "Dasar … cowok saklek," gerutu Anita, lalu langsung memasuki pintu mobil Bayu yang sudah terbuka.Bayu tertawa lepas. "Sepertinya kamu baik-baik saja," ucap Bayu setelah mereka di dalam mobil."Alhamdulillah. Aku menyukai pekerjaanku."Bayu mendesah keras. "Sepertinya dapurku akan kehilangan kokinya."Anita tersenyum. Sesaat ia menoleh, menatap wajah Bayu yang cemerlang. Wajah yang bersih, mata tajam dinaungi dua alis tebal terukir sempurna, hidung mancung dan bibir tipis merah alami. Melihat bibir Bayu, seketika bibirnya melipat ke dalam. "Jangan kamu lakukan lagi!""Hah?"Anita mengangkat tangannya. "Eh … iya ... iya." Bayu melindungi wajahnya dengan kedua lengan. Anita menurunkan tangannya. "Jika kamu memang menyayangiku, kamu juga harus menghargaiku.""Maaf.""Jangan minta maaf, tapi jangan lakukan lagi. Bagaimanapun aku perempuan berkerudung. Meski kerudungku masih belum bisa dibilang sempurna."Bayu menoleh. Menatap setiap inchi kerudung warna krim yang membalut kepala An

    Last Updated : 2022-10-01

Latest chapter

  • Setelah Kau Pergi   71. Ending

    Mata Anita masih mengerjap. Kesadarannya belum sepenuhnya pulih. "Kita di mana?" "Di rumah sakit. Syukurlah. Akhirnya kau sudah sadar," ucap sambil menciumi tangan Anita. "Maaf. Aku telah mengganggumu malam pertamamu," lirih Anita.Bayu menggeleng. "Jangan ingatkan aku dengan perkawinan itu! Kau membuatku ketakutan." Bayu terisak. Anita mengelus kepala Bayu. "Maaf. Jangan menangis! Aku sudah tidak apa-apa. Bagaimanapun kau mempunyai dua keluarga, kau harus kuat," ucap Anita tertatih. Entah kenapa ia merasakan kebas rasa. Tak punya tenaga, meski hanya untuk cemburu.Bayu merebahkan kepalanya, menjadikan tangan Anita sebagai alas. "Aku tidak menginginkan itu. Aku hanya ingin menjadi bayimu. Selamanya."Anita tersenyum. "Dasar, Baygon. Pulanglah!""Jangan memaksaku!""Aku hanya tidak ingin kau jadi laki-laki tidak adil." "Justru tidak adil, jika aku di sana, sedang di sini kau terkulai lemas di sini.""Bayu, malam ini ….""Ah tunggu, kita panggil dokter dulu."Bayu langsung memence

  • Setelah Kau Pergi   70. Part 10 Season 2

    "Nit! Anit!" Tidak ada jawaban. Bayu mempercepat ketukannya. Senyap. Abbas muncul dari kamar lain dengan wajah kusut. Ketukan dan panggilan Bayu mengusik tidurnya. Karin juga keluar. "Ada apa, Pak?" tanya seorang karyawan."Istri saya ada di dalam, bisa minta kartu kunci duplikat?""Sebentar, ya Pak," ucap karyawan dengan sedikit bingung. Sesaat ia sempat menoleh Karin yang masih berpakaian pengantin. Cahya bergegas melihat Bayu berlalu di depan kamar Anita. Qori dan Huda juga mempercepat langkah mereka. Karyawan datang membawakan cardlock duplikat lalu langsung membukakan pintu. Bayu langsung menerobos. Cahya, Huda dan Qori ingin masuk, tetapi Abbas mencegah mereka. "Biarkan Papa Bayu melihatnya."Di dalam kamar gelap. Bayu membuka lampu. Anita tidak terlihat. Bayu terperanjat ketika melihat telapak kaki Anita tergeletak di lantai. "Nit!" Bayu bergegas meraih kepala Anita lalu mengguncangnya. "Nit!" Tidak ada respon. "Huda, Qori!" teriak Bayu panik. Ia segera mengangkat

  • Setelah Kau Pergi   69. Part 9 Season 2

    "Tapi Kakak yang paling terluka di sini.""Ini takdirku, Cahya. Seberapa besar pun aku berusaha melepaskan diri takdir ini, selalu muncul bagian diriku yang tidak tega meninggalkannya." "Jika itu keputusan Kakak, aku dukung." Cahya meraih bahu Kakaknya. Air mata Anita kembali merembes. "Seberapa pun aku menyiapkan diri, tetap saja hati ini getir. Yang lebih nelangsa, aku tidak boleh menangis di depannya, dan kedua anakku. Aku harus kelihatan lebih tegar agar mereka juga bisa kuat." "Allah tidak akan menguji seseorang melebihi kemampuan. Jika Allah buka hati Kakak untuk tetap di sisi Kak Bayu, Allah pasti memberikan kekuatan lain pada Kakak yang mungkin saat ini tidak Kakak sadari."Di luar sepasang mata sendu mengalirkan air mata antara haru dan pilu. Ia tidak menyangka memiliki istri setulus Anita. Ia sempat menilai berprasangka buruk pada Anita karena tiba-tiba meminta lebih dari separuh hartanya. Ia tetap memberi Anita, karena perasaannya yang terlanjur mencinta.Beberapa menit

  • Setelah Kau Pergi   78. Part 8 Season 2

    Sesaat Abbas menatap isi cangkir yang masih mengepulkan asap. "Haruskah dia kubawa kembali ke Balikpapan?" Bayu menarik cangkir di tangannya, lalu meletakkan ke atas meja. Ia memilih duduk di sofa satu dudukan."Jika itu pilihannya dan bisa membuatnya bahagia," tantang Bayu.Abbas mengerutkan kening. Menatap wajah Bayu yang terlihat tenang. Diam-diam Abbas mengagumi sikap Bayu. Tenang, tetapi tegas.Dua sifat inilah yang mengantarkan Bayu bisa setinggi sekarang ini. Abbas duduk di sofa panjang. Refleks ia mengambil cangkir yang tadi diletakkan Bayu. "Tapi kau harus berbalik dan memulainya dari awal, sama seperti kau mengambil kopi itu. Tapi Anita bukan cangkir, bukan pula kopi. Ia memiliki pilihannya sendiri." "Aku tidak rela kau menduakannya.""Kau pikir aku rela? Aku pun berpikir keras bagaimana supaya pernikahanku dengan Karin tidak terjadi.""Haruskah aku yang menikahi Karin?" Bayu tertawa. "Dari mana kau mendapatkan kepercayaan diri setinggi ini?"**"Pak!" Karin tersenyum

  • Setelah Kau Pergi   77. Part 7 Season 2

    Hari pernikahan Bayu dengan Karin sudah ditentukan. Undangan sudah disebarkan. Atas permintaan Acil Imah rencana perkawinan mereka diselenggarakan cukup mewah. Karena Karin anak Acil Imah satu-satunya. Baru beberapa hari undangan disebarkan, Anita semakin merasa tertekan. Berbagai pandangan mengarah kepadanya. Tatapan kasihan, meremehkan bahkan menghina menjadi santapannya beberapa hari terakhir. Sedang beberapa gadis lainnya semakin terang-terangan mendekatinya. Sebuah minuman dalam gelas plastik mendarat di atas mejanya. Ia mencermati nama kafe yang tertulis di gelas itu. Lalu menengadahkan kepala, menatap si pemberi. "Kafe baru buka di dekat sini. Kebetulan aku mampir, jadi aku pesan aja dua. Sekalian buat Bu Anita."Anita terdiam. Mengamati perempuan di depannya. Dibanding Adilia, kali ini pakaian dan tutur katanya lebih sopan. Hanya saja, Anita tetap tidak bisa membuang kecurigaan. "Hallo, Nit." Tiba-tiba seorang laki-laki datang. Dengan santainya ia mengambil gelas itu dan

  • Setelah Kau Pergi   76. Part 6 Season 2

    Bayu tersenyum. Ia mengecup sekilas sepasang merah ranum di wajah Anita. "Memangnya apa yang kau inginkan?""Aku ingin 52% saham dan semua harta dari yang kau miliki."Bayu terperanjat. Ia terdiam, mengamati setiap partikel manik hitam istrinya. Ia memang pebisnis handal, tapi bukan sebagai seorang laki-laki. Meski begitu, ia perlu mencerna setiap situasi. Memprediksi berbagai kemungkinan. Satu hal yang harus ia sadari, pemikiran perempuan lebih rumit daripada struktur perusahaan. Ia curiga ini bukan sekadar permintaan materi, melainkan sebuah ujian. Bukan sekadar dipenuhi atau tidak, melainkan bom waktu. Tak peduli memilih kabel yang mana, keduanya berisiko meledak.Mata Anita bergerak-gerak, menunggu keputusan Bayu. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia merasa jawaban Bayu adalah hidup matinya. Iya atau tidak, keduanya berisiko tebasan nyawa.Semenit dua menit berlalu. Keduanya masih terdiam. HeningBayu mempertimbangkan banyak hal. Jika tidak dikabulkan, jawabannya s

  • Setelah Kau Pergi   75. Part 5 Season 2

    "Kalian, ngomong apa? Siapa yang menderita? Mama tidak mengerti." Sekuat tenaga Anita menahan bendungan yang hampir jebol di matanya. "Kalau itu bukan penderitaan, Mama tidak akan pisah dengan Ayah Izza," tukas Huda."Itu beda kasus, Huda. Jangan sama Papa dengan Ayah Izza," sahut Anita."Pada akhirnya Mama diduakan 'kan? Huda tahu, ini juga berat buat Papa karena Papa juga mencintai Mama, tetapi Mama tidak perlu berkorban sejauh itu."Lidah Anita kelu. "Jika Mama ingin pergi dari sini, jangan ragu. Kami akan menjaga Mama.""Huda?!""Ma, ada yang nawar lukisan Huda lagi. Mama jangan khawatir! Huda sudah punya tabungan. Huda akan terus bisa menghasilkan uang."Anita tertawa. Air matanya merembes. "Huda, kamu tidak perlu berbuat sejauh itu. Huda punya ibu kandung yang harus dilindungi. Lagi pula Mama bisa menjaga diri, masih bisa bekerja. Jangan khawatir. Mama tetap stay di sini, itu pilihan Mama."Huda terdiam. Ia mencermati manik hitam milik Anita. "Lihatlah, Mama menangis. Jangan p

  • Setelah Kau Pergi   74. Part 4 Season 2

    "Artinya kau tetap bersamaku?"Hatinya remuk melihat mata Anita yang basah. Egois, jika tetap mempertahankan Anita, sementara dirinya akan mendua. Akan tetapi, dalam satu biduk pun ia tidak bisa jauh dari wanita itu.Bagaimana nanti jika biduknya bertambah lagi? Menambah rumah tangga tak semudah menambah perusahaan. Menambah perusahaan berisiko kerugian materi yang tidak sedikit, tetapi menambah biduk berisiko luka yang mungkin tidak akan sembuh dengan seratus perusahaan.Ia semakin membutuhkan Anita.Anita mendesah. "Entahlah. Aku tidak berani berjanji. Memikirkannya hanyalah membuatku lelah. Kenyataannya aku tidak bisa berbuat apa-apa, selain mundur."Anita menenggelamkan wajahnya ke dada Bayu. Betapa ia sangat menyukai aroma itu, pelukan yang kokoh dan hangat. Betapa ia ingin Bayu selalu di sisinya seumur hidup."Kita nikmati saja hari ini. Biarkan hari ini tanpa memikirkan besok. Hari ini kau milikku, itu sudah lebih dari cukup." Bayu mengecup pucuk kepala istrinya. "Haruskah kit

  • Setelah Kau Pergi   63. Part 2 Season 2

    "Sebaiknya ceraikan saja aku."Bayu tersedak. Anita segera memberikan gelas miliknya. "Pelan-pelan," ucapnya. Bayu menurunkan gelasnya. Susah payahnya ia menelan sisa-sisa cake di mulutnya. Ia meraih tangan Anita. "Kumohon tetap stay di sisiku. Bagiku kamu segala-galanya. Mungkin suatu saat badan ini telah terbagi, tapi percayalah, hati ini hanya untukmu."Anita menggeleng. "Aku percaya padamu. Tapi aku tak percaya pada takdirku.""Nit?!" "Dulu aku berlepas dari Ridwan karena tidak ingin dimadu, ternyata aku mengalami hal serupa denganmu.""Nit, jangan samakan aku dengan Ridwan!" "Aku percaya cintamu. Tapi aku tak percaya pada diriku sendiri." Anita mengangkat wajahnya, menatap Bayu. "Aku sangat mencintaimu. Sangat. … melebihi diri ini. Kau pasti tau, cinta yang berlebihan, akan merasakan sakit yang tidak tertahankan jika terluka.""Nit!" Bayu meremas kedua tangan istrinya. "Aku khawatir nanti akan menyakitimu. Kau tau sifatku yang sewaktu-waktu bisa meledak. Aku tidak ingin bom

DMCA.com Protection Status