Home / Fantasi / Bukan Ragaku / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Bukan Ragaku: Chapter 1 - Chapter 10

12 Chapters

Pertemuan Berujung Tragis

"Tuan kita ada pertemuan di Club 88, apa Tuan akan datang?" tanya seorang pria tegap dengan setelan berwarna hitam."Tentu, bukankah pemilik Argo company yang mengundang. Bisa-bisa kita akan dikatakan sombong olehnya," sahut pria yang dipanggil tuan.Levan Aleandro salah satu pemilik perusahaan kelas atas yang terkenal bukan hanya dalam bisnis bersih, tapi juga dalam bisnis gelap. Akan tetapi dia tetap ingin menjalin hubungan baik dengan pengusaha lainnya yang satu level. Meskipun dalam kenyataannya Levan pemilik Galaxy Group, tetap memiliki banyak musuh. Karena perangainya yang suka seenaknya dalam bisnis, terutama untuk orang-orang yang dia masuki wilayah bisnisnya dalam bisnis ilegal. Bahkan beberapa kali nyawanya hampir melayang di tangan pembunuh bayaran, karena kegeraman orang-orang itu."Baiklah kalau begitu, saya akan siapkan keamanan ketat untuk Anda Tuan. Saya dengar pemilik Eagle Corp, menginginkan kematian Anda. Dia sangat marah saat tau wilayahnya Anda kuasai dan salah sa
Read more

Levan Kritis

"Dokter! Tolong ada pasien darurat!" teriak Dean saat memasuki ruang UGD."Tenang Pak, di mana pasiennya?" tanya seorang perawat."Di sana, Sus!" Dean menunjuk mobil mereka yang terparkir di luar."Tunggu sebentar, saya akan panggil petugas dan membawa brankar." Perawat perempuan itu langsung berlari ke dalam.Tak berapa lama nampak ia keluar kembali dengan beberapa orang yang mendorong brankar. Mereka langsung menuju di mana mobil yang Dean tunjuk terparkir. Perlahan para petugas langsung mengeluarkan Levan dari dalam mobil. Darah sudah memenuhi pakaian Levan, membuat para petugas bergegas membawa Levan masuk."Pak silahkan ke bagian resepsionis, kami yang akan mengurus pasien." Suster meminta Dean menuju meja resepsionis, ada prosedur yang harus dilakukan Dean lebih dulu."Kalian! Jaga Tuan Levan. Saya akan ke bagian resepsionis!" titah Dean.Semua anak buah Levan mengangguk, Dean pun langsung menuju bagian resepsionis ditemani salah seorang bawahannya. Beberapa orang memperhatikan
Read more

Pindah Ke Raga Doni

"Aku di mana ini? Kenapa goyang-goyang begini? Ini apa lagi pake di bungkus begini. Apa dikira aku lontong? Di hidungku ada apa, kenapa jadi gak bisa napas? Puih!" ucap Levan dalam hati sambil berusaha menyingkirkan kapas di mulutnya.Mendengar suara dari dalam keranda, tentu semua orang terkejut. Mereka berhenti berjalan dan bersuara, lalu menajamkan pendengarannya."Diam! Ada suara dari keranda!" seru seseorang yang berada dekat dengan bagian kepala."Tolong! Kenapa aku diikat begini!" teriak suara dari dalam keranda.Mendengar suara itu lebih jelas, semua orang langsung menghempaskan keranda. Membuat keranda terjatuh dan tentu saja dengan isinya, yang ternyata sesosok mayat yang sudah di bungkus kain kafan. Sebagian orang mulai menjauh, karena ketakutan."Aduh!" teriak sosok itu karena merasa kesakitan."Tunggu jangan lari!" titah seorang pria paruh baya dengan peci berwana putih. Melihat dari pakaiannya sepertinya dia ustadz yang memimpin pemakaman."Woyy, mayatnya bangun!" teriak
Read more

Mencoba Berbaur

Setelah berganti pakaian, Levan keluar dari kamar. Wajahnya masih nampak kebingungan, karena benar-benar merasa asing dengan apa yang ada di sekitarnya. Anto mendekati levan, dan mengajaknya untuk duduk di lantai, karena memang kontrakan mereka tidak ada tempat duduknya. Hanya saja karena habis menyemayamkan Doni, rumah itu di beri alas tikar."Apa ada yang sakit? Lukamu bagaimana rasanya?" tanya Anto perhatian. Levan hanya menggeleng, karena jujur dia tidak merasakan sakit apapun."Aku lapar," ucap Levan alias Doni."Ya ampun, tentu saja kamu lapar. Pasti kamu dari perjalanan jauh, di alam sana. Ben, tolong belikan nasi bungkus buat Doni. Tidak, bukan cuma Doni tapi kita semua." Anto meminta temannya untuk membelikan makanan, Ben berdiri lalu mendekati Anto."Mana uangnya?" tanya Ben sambil menengadahkan tangannya."Apa kamu gak punya duit?" tanya Anto."Lah dari mana aku duit, lagian duit warga yang melayat bukannya di kamu semua. Memangnya mau kamu kembalikan?" tanya Ben balik."He
Read more

Bertemu Nada

"Kamu sama Ben tagih di sebelah sana, Agus sama Murad di sebelah sana. Nah aku sama Narto di sebelah sana, nanti kalau udah selesai kita kumpul di sini." Anto mengatur mereka untuk membagi wilayah mana saja yang mesti mereka ambil uang keamanan menurut mereka."Siap!" sahut mereka bersamaan dengan suara nyaring.Mereka pun bergegas menuju tempat yang sudah di bagi oleh Anto, Levan sendiri langsung pergi bersama Ben. Mereka menagih uang keamanan di tempat yang ditunjuk Anto, mereka menagih di beberapa ruko yang cukup rapat dan juga ramai. Itu kenapa wilayah itu sampai ingin di rebut kelompok lain, karena memang menguntungkan."Eh, bukannya Doni sudah meninggal. Kenapa dia hidup lagi?" tanya salah seorang pemilik ruko saat Doni dan Ben keluar selesai menagih."Kalau tidak salah dia hidup kembali saat mau di kubur, Bos. Itu berita yang saya dengar," sahut salah satu pegawai yang bekerja di toko elektronik itu."Wah, antara serem sama berkah. Apa dia seperti kucing punya sembilan nyawa, m
Read more

Mulai Memahami Situasi

"Nada, kamu benar-benar tidak tidak berubah. Masih tetap cantik dan lembut, aku tidak menyangka bisa bertemu kamu lagi. Tapi sialnya, kita bertemu di saat aku berada di tubuh pria ini. Kamu pasti tidak akan percaya jika aku mengaku sebagai levan mantan kekasihmu dulu," batin Levan sambil terus berjalan mengikuti Ben."Don, woyy! Kamu kenapa melamun, sana tagih toko-toko di sebelah situ. Aku akan ke sebelah sana, jadi biar kita cepat selesai. Aku sudah tidak sabar ingin minum alkohol nih, biar kita cepet kumpul di pos dan minum di sana." Ben menyenggol tubuh Levan yang hanya dia saja saat tadi dia mengajaknya bicara."Eh, iya. Ya sudah aku ke sana," sahut Levan dan berbalik menuju tempat yang di tunjuk Ben."Ampun deh, dia kehilangan ingatan tapi malah jadi kayak orang bego. Coba kehilangan ingatan itu lebih keren, jadi makin pintar gitu. Ini malah jadi kek orang linglung," gerutu Ben sambil menyebrang jalan.Levan pun masuk ke salah satu toko, membuat orang di sana keheranan. Karena
Read more

Diserang Lagi

"Aku harus mencari ragaku sendiri, mungkin kalau bertemu dengan ragaku jiwaku bisa keluar dari sini. Tapi aku tidak tau di mana ragaku sekarang, aku akan cari Dean untuk mencari tau. Tapi kapan aku bisa pergi, jika mereka semua memintaku untuk berjaga di sini siang malam. Benar-benar sial!" geram Levan tapi hanya di dalam hatinya.Plak!"Woii, jangan melamun kamu bisa kesambet siang-siang begini." Anto yang baru datang langsung menepuk bahu Levan, membuatnya terperanjat kaget."Kalian sudah selesai?" tanya Levan datar. Sebenarnya Levan kesal karena sudah dibuat terkeju, tapi dia tidak ingin menunjukkan sisi dirinya yang biasanya. Karena sampai sekarang dia tidak tau bagaimana Doni kesehariannya dulu. Untung saja dia sedang dianggap lupa ingatan, mau bagaimanapun reaksinya tidak akan dikira aneh."Sudah, apa kalian tidak lapar? Kita makan dulu di tempat biasa," ucap Anto sambil duduk sementara Ben sudah duduk kembali."Gak minum dulu, To?" tanya Ben.Plak!"Kamu gak ada omongan lain s
Read more

Melawan Anak Buah Baron

"Ben, kita di serang. Ayo kita ke sana!" ajak Agus dan langsung mencari-cari senjata yang bisa dia gunakan untuk membantu kawan-kawannya."Brengsek! Baru juga diomongin, udah diserang aja." Ben pun langsung berlari setelah Agus memberikan sebatang bambu kecil untuknya, mereka menyebrang bahkan tanpa melihat kiri kanan membuat Ben hampir saja tertabrak.Perkelahian tidak bisa di hindari, belasan orang yang datang dengan motor menyerang mereka yang hanya berenam. Hal itu membuat mereka sedikit kewalahan, tapi ternyata kemampuan beladiri yang di miliki Levan juga tidak main-main. Levan memukuli mereka bahkan bisa mengelak dari serangan mereka, Anto dan yang lainnya sampai terpukau. Bukan apa-apa, karena yang mereka tau Doni tidak bisa beladiri. Tapi gerakan yang di lakukan teman mereka itu sangat teratur dan rapi, sedangkan Doni selama ini hanya bisa berkelahi seenaknya."Doni kenapa beda, dia jadi pinter berkelahi begitu. Apa karena mati suri membuatnya jadi jago?" tanya Anto dalam hati
Read more

Rencana Menyerang Balasan

Gluk ... Gluk ...Terdengar suara tegukan dari Anto yang meminum alkohol langsung dari botolnya, dia seperti sedang meminum air mineral saja. Rasa kesal di hatinya membuatnya minuman alkohol itu tidak terasa pahit sama sekali. Sedangkan yang lainnya minum dengan gelas yang memang ada di tempat itu, yang memang mereka siapkan untuk mereka minum."Anto, nanti kamu mabuk kalau minum dengan cara begitu. Sudah jangan terlalu terbawa emosi, kita harus tenang kalau ingin mengalahkan mereka." Murad yang memang terlihat paling sabar menasehati Anto, membuat Anto langsung meletakan botol minuman yang dipegangnya."Aku benar-benar kesal, karena mereka sudah berani terang-terangan. Mereka tidak menyerang kita di malam hari, tapi di siang hari bolong dimana masih banyak orang. Aku tidak mau tau, pokoknya malam ini kita harus mengumpulkan orang untuk menyerang mereka. Kita harus membalas sebelum mereka menyerang kita lagi, mereka harus diberi pelajaran. Terutama si Baron itu, dia tidak akan kapok ka
Read more

Rencana Levan dan Rencana Dean

"Kita bukannya diam saja dan mengalah dengan apa yang sudah mereka lakukan, tapi kita menyerang setelah memantau pergerakan mereka. Bila perlu, kita buat mereka berpikir jika kita tidak terpengaruh sama sekali. Nah saat mereka lengah barulah kita serang, jadi jangan terburu-buru. Kita menggunakan strategi," jelas Levan idenya."Bagaimana kalau mereka yang menyerang kita lagi?" tanya Ben menyeletuk."Artinya mereka halal buat kita apain aja, karena kita mempertahankan diri. Toh mereka yang sudah menyerang kita berkali-kali, kita hanya perlu waspada dan bersiap. Tidak seperti tadi yang gelagapan saat di serang, kalian juga jangan terlalu banyak minum. Agar kondisi kita terus terkontrol, ajak orang-orang yang biasa berkumpul di sini. Semakin ramai semakin takut mereka menyerang, mereka akan berpikiran kita hanya bertahan tanpa memikirkan menyerang balik. Setelah nanti mereka lengah barulah kita serang," tutur Levan apa strategi yang di pikirkannya."Waw, idemu keren banget. Strategi yang
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status