Beranda / Fantasi / Bukan Ragaku / Pertemuan Berujung Tragis

Share

Bukan Ragaku
Bukan Ragaku
Penulis: Mawar Hitam

Pertemuan Berujung Tragis

Penulis: Mawar Hitam
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Tuan kita ada pertemuan di Club 88, apa Tuan akan datang?" tanya seorang pria tegap dengan setelan berwarna hitam.

"Tentu, bukankah pemilik Argo company yang mengundang. Bisa-bisa kita akan dikatakan sombong olehnya," sahut pria yang dipanggil tuan.

Levan Aleandro salah satu pemilik perusahaan kelas atas yang terkenal bukan hanya dalam bisnis bersih, tapi juga dalam bisnis gelap. Akan tetapi dia tetap ingin menjalin hubungan baik dengan pengusaha lainnya yang satu level. Meskipun dalam kenyataannya Levan pemilik Galaxy Group, tetap memiliki banyak musuh. Karena perangainya yang suka seenaknya dalam bisnis, terutama untuk orang-orang yang dia masuki wilayah bisnisnya dalam bisnis ilegal. Bahkan beberapa kali nyawanya hampir melayang di tangan pembunuh bayaran, karena kegeraman orang-orang itu.

"Baiklah kalau begitu, saya akan siapkan keamanan ketat untuk Anda Tuan. Saya dengar pemilik Eagle Corp, menginginkan kematian Anda. Dia sangat marah saat tau wilayahnya Anda kuasai dan salah satu adiknya Anda buat lumpuh saat itu," jelas Dean si asisten.

"Hahaha, dia mau main-main denganku, Dean? Tidak cukup peringatanku pada adiknya, pasti dia pikir akan mudah melenyapkanku. Dasar Agusto dia pikir mudah melenyapkanku," ucap Levan tertawa meledek.

"Iya, Tuan. Apa harus kita ambil alih bisnisnya sekalian, agar dia tidak sesumbar lagi?" tanya Dean asisten Levan.

"Sudah tidak usah, kita tunggu saja dia yang cari masalah. Dengan begitu nama kita tidak akan tercoreng, kita hanya akan dianggap membela diri. Dan saat itu tiba kita singkirkan perusahaan itu!" tegas Levan.

"Baiklah, kalau begitu saya akan persiapkan keamanan untuk jamuan malam ini." Dean yang baru saja hendak berbalik, tertahan karena Levan mencegahnya.

"Tunggu! Kamu jangan terlalu berlebihan. Selain tidak enak pada Robert pemilik Argo Company, orang-orang akan berpikir aku penakut. Jadi lakukan pengamanan standar saja, lagi pula siapa aku? Tidak akan mudah bagi orang lain untuk menyentuhku," ucap Levan dengan angkuhnya.

"Baiklah jika begitu, Tuan. Saya permisi dulu," pamit Dean. Dean dan beberapa pengawal Levan langsung pergi dari ruangan itu.

Levan yang berada di ruang kerjanya, tersenyum smirk mengingat Eagle Corp ingin membalas dendam. Karena memang dalam dunia bisnis gelap, Eagle Corp terkenal sebagai perusahaan kelas bawah. Yang tidak akan mudah menjangkau perusahaan kelas atas. Namun, dia terus berusaha menjatuhkan perusaha seperti Galaxy Group. Karena dalam dunia bisnis gelap, siapa yang berhasil menjatuhkan. Maka level mereka akan naik, itu juga alasan Galaxy Group diincar banyak orang.

"Kamu pikir akan mudah mengalahkanku, Agusto? Bermimpi sajalah dan tidur yang panjang. Hahaha," gumam Levan dengan tawa membahana.

Malam harinya, Levan sudah bersiap-siap. Dengan setelan berwarna hitam, yang tentu saja berharga fantastis. Membuatnya semakin terlihat berkelas dan penuh wibawa, belum lagi kaca mata hitam yang bertengger di matanya. Levan pun keluar dari kamarnya, menemui Dean yang sudah menunggunya.

"Apa semua sudah siap?" tanya Levan.

"Iya, Tuan. Semua sudah siap, beberapa anak buah kita sudah berjaga di Club. Jadi hanya beberapa yang ada di sini, akan langsung pergi bersama kita. Ayo Tuan kita berangkat sekarang!" ajak Dean.

Mereka pun meninggalkan mansion mewah milik Levan, dengan diiringi beberapa mobil SUV berisi anak buahnya. Mereka pun langsung menuju Club 88, yang memang terkenal sering di gunakan para pebisnis untuk berkumpul. Selain keamanan, juga layanan yang mereka berikan Selalu memuaskan. Terlebih gadis-gadis yang bekerja di sana, terkenal akan kecantikannya.

Akhirnya mereka sampai di Club 88, para pengawal Argo Company menyambut kedatangan Levan. Dengan sopan mereka mengantar Levan ke ruang VVIP yang sudah di pesan. Para anak buah Levan, berpencar untuk mengamankan sang bos. Sementara Dean dengan setia mendampingi bosnya masuk ke ruangan.

"Wah, Brother kamu benar-benar semakin tampan sekarang. Dan tentu saja selalu datang tepat waktu, itu yang aku suka darimu." Robert langsung berdiri dan menyambut kedatangan Levan.

"Tentu saja, bukankah kebiasaan tepat waktu akan membuat kita semakin sukses. Kamu juga semakin gagah sekarang, apa rahasianya?" tanya Levan berbasa-basi. Mereka pun langsung duduk di kursi masing-masing, belum ada yang datang selain Levan.

"Hahaha, kamu bisa saja. Aku gagah karena punya uang, Brother." Robert tertawa dan menjawab realistis apa yang ditanyakan Levan.

"Kamu benar, uang bisa membuat orang nampak gagah. Tanpa uang kita bukan apa-apa," ujar Levan.

"Sudah minum saja dulu, Brother. Jika menunggu yang lain pasti akan lama dan itu membosankan," Robert mempersilahkan Levan minum. Asisten Robert menuangkan minuman ke dalam gelas kosong, untuk di berikan pada Levan.

"Ini mana para gadisnya? Masa minuman saja dituang sama Steve, gak asik ini." Levan protes saat Steve asisten Robert yang menuangkan minuman.

"Sabar, aku pikir akan memanggil mereka saat yang lain sudah datang ternyata kamu sudah tidak sabar. Steve panggil mereka!" perintah Robert.

"Baik, Bos." Steve langsung berbalik dan keluar dari ruangan itu, untuk memanggil para ladies yang biasa menemani tamu-tamu minum.

Tak butuh waktu lama, para gadis pun muncul bersama Steve. Ternyata bukan hanya mereka, beberapa pengusaha yang diundang juga sudah datang. Setelah menyambut mereka dengan berbasa-basi sedikit, Levan memilih seorang gadis untuk menemaninya. Sebagai laki-laki, tidak dipungkiri dia menyukai wanita cantik. Meskipun sebenarnya Levan tidak terlalu suka, apalagi untuk one night stand. Dia melakukan hal seperti ini, hanya saat sedang berkumpul seperti ini. Karena dia tidak ingin di katakan macam-macam oleh para rekan sesama pengusaha.

"Ayo tuangkan lagi minumannya, jangan kasih kendor. Malam ini kita khusus bersenang-senang, setiap hari hanya menghasilkan uang apa kalian tidak lelah. Hahaha," ucap Robert pada semua orang sambil tertawa.

"Tentu, apalagi si Levan nih. Aku dengar dia hanya memperbanyak lahan kekuasan, sampai lupa bersenang-senang. Ayolah Bro, hidup juga perlu dinikmati. Percuma banyak uang dan kekuasaan kalau tidak bisa menikmati," timpal salah seorang rekan mereka lainnya.

Levan hanya tersenyum mendengar ucapan mereka, rasanya enggan untuk menanggapi mereka. Karena diantara merek hanya dirinya yang paling banyak wilayah. Karena memang dia yang paling getol mengembangkan perusahaannya.

"Sudah, jangan ledek terus brotherku satu itu. Ayo Steve panggil lagi waiters tambah minumannya!" perintah Robert menengahi. Steve langsung mematuhi perintah sang bos dan keluar.

Levan yang memang mengambil tempat duduk paling ujung, bersandar di lengan sofa sambil bermain-main dengan wanita yang menemaninya. Dia harus terlihat liar agar yang lain tidak menganggapnya tidak menyukai perempuan. Tangannya terus menjelajah ke tubuh wanita yang duduk bersamanya.

Tak lama para pria yang menyajikan minuman datang, mereka kembali meletakkan botol-botol minuman di depan para ketua geng di sana. Para asisten ataupun tangan kanan mereka hanya berjaga di dekat pintu, untuk memantau keadaan agar tetap stabil.

Tanpa disangka seorang waiters yang terlihat masih muda, yang sedang menaruh botol minuman di depan Levan. Tiba-tiba mengeluarkan pisau yang entah darimana, dia pun langsung menyerang Levan dengan menusuk-nusuk Levan sembarangan. Perempuan yang bersama Levan langsung menjerit-jerit panik dan menjauh.

"Tuan!" teriak Dean.

Dean yang menyadari sang bos dalam bahaya langsung lari mendekat. Dia menarik pemuda itu dan melemparkannya ke belakang, lalu langsung melihat keadaan sang bos yang sudah bersimbah darah. Para asisten pengusaha yang lain langsung mengamankan si pemuda. Semua orang panik melihat keadaan Levan, terutama Robert. Karena dialah sang tuan acara, yang pastinya akan disalahkan dengan kejadian ini.

"Tuan, bangun Tuan!" seru Dean panik.

"Ayo kita bawa dia ke rumah sakit!" perintah Robert.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Pury alliens
Kenapa perempuan itu tiba-tiba menyerang Levan, moga aja Levan baik-baik saja
goodnovel comment avatar
SNJAN
aduh di buat deg-degan, gak bisa bayar gimana perasaannya saat tahu raganya tertukar
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Bukan Ragaku   Levan Kritis

    "Dokter! Tolong ada pasien darurat!" teriak Dean saat memasuki ruang UGD."Tenang Pak, di mana pasiennya?" tanya seorang perawat."Di sana, Sus!" Dean menunjuk mobil mereka yang terparkir di luar."Tunggu sebentar, saya akan panggil petugas dan membawa brankar." Perawat perempuan itu langsung berlari ke dalam.Tak berapa lama nampak ia keluar kembali dengan beberapa orang yang mendorong brankar. Mereka langsung menuju di mana mobil yang Dean tunjuk terparkir. Perlahan para petugas langsung mengeluarkan Levan dari dalam mobil. Darah sudah memenuhi pakaian Levan, membuat para petugas bergegas membawa Levan masuk."Pak silahkan ke bagian resepsionis, kami yang akan mengurus pasien." Suster meminta Dean menuju meja resepsionis, ada prosedur yang harus dilakukan Dean lebih dulu."Kalian! Jaga Tuan Levan. Saya akan ke bagian resepsionis!" titah Dean.Semua anak buah Levan mengangguk, Dean pun langsung menuju bagian resepsionis ditemani salah seorang bawahannya. Beberapa orang memperhatikan

  • Bukan Ragaku   Pindah Ke Raga Doni

    "Aku di mana ini? Kenapa goyang-goyang begini? Ini apa lagi pake di bungkus begini. Apa dikira aku lontong? Di hidungku ada apa, kenapa jadi gak bisa napas? Puih!" ucap Levan dalam hati sambil berusaha menyingkirkan kapas di mulutnya.Mendengar suara dari dalam keranda, tentu semua orang terkejut. Mereka berhenti berjalan dan bersuara, lalu menajamkan pendengarannya."Diam! Ada suara dari keranda!" seru seseorang yang berada dekat dengan bagian kepala."Tolong! Kenapa aku diikat begini!" teriak suara dari dalam keranda.Mendengar suara itu lebih jelas, semua orang langsung menghempaskan keranda. Membuat keranda terjatuh dan tentu saja dengan isinya, yang ternyata sesosok mayat yang sudah di bungkus kain kafan. Sebagian orang mulai menjauh, karena ketakutan."Aduh!" teriak sosok itu karena merasa kesakitan."Tunggu jangan lari!" titah seorang pria paruh baya dengan peci berwana putih. Melihat dari pakaiannya sepertinya dia ustadz yang memimpin pemakaman."Woyy, mayatnya bangun!" teriak

  • Bukan Ragaku   Mencoba Berbaur

    Setelah berganti pakaian, Levan keluar dari kamar. Wajahnya masih nampak kebingungan, karena benar-benar merasa asing dengan apa yang ada di sekitarnya. Anto mendekati levan, dan mengajaknya untuk duduk di lantai, karena memang kontrakan mereka tidak ada tempat duduknya. Hanya saja karena habis menyemayamkan Doni, rumah itu di beri alas tikar."Apa ada yang sakit? Lukamu bagaimana rasanya?" tanya Anto perhatian. Levan hanya menggeleng, karena jujur dia tidak merasakan sakit apapun."Aku lapar," ucap Levan alias Doni."Ya ampun, tentu saja kamu lapar. Pasti kamu dari perjalanan jauh, di alam sana. Ben, tolong belikan nasi bungkus buat Doni. Tidak, bukan cuma Doni tapi kita semua." Anto meminta temannya untuk membelikan makanan, Ben berdiri lalu mendekati Anto."Mana uangnya?" tanya Ben sambil menengadahkan tangannya."Apa kamu gak punya duit?" tanya Anto."Lah dari mana aku duit, lagian duit warga yang melayat bukannya di kamu semua. Memangnya mau kamu kembalikan?" tanya Ben balik."He

  • Bukan Ragaku   Bertemu Nada

    "Kamu sama Ben tagih di sebelah sana, Agus sama Murad di sebelah sana. Nah aku sama Narto di sebelah sana, nanti kalau udah selesai kita kumpul di sini." Anto mengatur mereka untuk membagi wilayah mana saja yang mesti mereka ambil uang keamanan menurut mereka."Siap!" sahut mereka bersamaan dengan suara nyaring.Mereka pun bergegas menuju tempat yang sudah di bagi oleh Anto, Levan sendiri langsung pergi bersama Ben. Mereka menagih uang keamanan di tempat yang ditunjuk Anto, mereka menagih di beberapa ruko yang cukup rapat dan juga ramai. Itu kenapa wilayah itu sampai ingin di rebut kelompok lain, karena memang menguntungkan."Eh, bukannya Doni sudah meninggal. Kenapa dia hidup lagi?" tanya salah seorang pemilik ruko saat Doni dan Ben keluar selesai menagih."Kalau tidak salah dia hidup kembali saat mau di kubur, Bos. Itu berita yang saya dengar," sahut salah satu pegawai yang bekerja di toko elektronik itu."Wah, antara serem sama berkah. Apa dia seperti kucing punya sembilan nyawa, m

  • Bukan Ragaku   Mulai Memahami Situasi

    "Nada, kamu benar-benar tidak tidak berubah. Masih tetap cantik dan lembut, aku tidak menyangka bisa bertemu kamu lagi. Tapi sialnya, kita bertemu di saat aku berada di tubuh pria ini. Kamu pasti tidak akan percaya jika aku mengaku sebagai levan mantan kekasihmu dulu," batin Levan sambil terus berjalan mengikuti Ben."Don, woyy! Kamu kenapa melamun, sana tagih toko-toko di sebelah situ. Aku akan ke sebelah sana, jadi biar kita cepat selesai. Aku sudah tidak sabar ingin minum alkohol nih, biar kita cepet kumpul di pos dan minum di sana." Ben menyenggol tubuh Levan yang hanya dia saja saat tadi dia mengajaknya bicara."Eh, iya. Ya sudah aku ke sana," sahut Levan dan berbalik menuju tempat yang di tunjuk Ben."Ampun deh, dia kehilangan ingatan tapi malah jadi kayak orang bego. Coba kehilangan ingatan itu lebih keren, jadi makin pintar gitu. Ini malah jadi kek orang linglung," gerutu Ben sambil menyebrang jalan.Levan pun masuk ke salah satu toko, membuat orang di sana keheranan. Karena

  • Bukan Ragaku   Diserang Lagi

    "Aku harus mencari ragaku sendiri, mungkin kalau bertemu dengan ragaku jiwaku bisa keluar dari sini. Tapi aku tidak tau di mana ragaku sekarang, aku akan cari Dean untuk mencari tau. Tapi kapan aku bisa pergi, jika mereka semua memintaku untuk berjaga di sini siang malam. Benar-benar sial!" geram Levan tapi hanya di dalam hatinya.Plak!"Woii, jangan melamun kamu bisa kesambet siang-siang begini." Anto yang baru datang langsung menepuk bahu Levan, membuatnya terperanjat kaget."Kalian sudah selesai?" tanya Levan datar. Sebenarnya Levan kesal karena sudah dibuat terkeju, tapi dia tidak ingin menunjukkan sisi dirinya yang biasanya. Karena sampai sekarang dia tidak tau bagaimana Doni kesehariannya dulu. Untung saja dia sedang dianggap lupa ingatan, mau bagaimanapun reaksinya tidak akan dikira aneh."Sudah, apa kalian tidak lapar? Kita makan dulu di tempat biasa," ucap Anto sambil duduk sementara Ben sudah duduk kembali."Gak minum dulu, To?" tanya Ben.Plak!"Kamu gak ada omongan lain s

  • Bukan Ragaku   Melawan Anak Buah Baron

    "Ben, kita di serang. Ayo kita ke sana!" ajak Agus dan langsung mencari-cari senjata yang bisa dia gunakan untuk membantu kawan-kawannya."Brengsek! Baru juga diomongin, udah diserang aja." Ben pun langsung berlari setelah Agus memberikan sebatang bambu kecil untuknya, mereka menyebrang bahkan tanpa melihat kiri kanan membuat Ben hampir saja tertabrak.Perkelahian tidak bisa di hindari, belasan orang yang datang dengan motor menyerang mereka yang hanya berenam. Hal itu membuat mereka sedikit kewalahan, tapi ternyata kemampuan beladiri yang di miliki Levan juga tidak main-main. Levan memukuli mereka bahkan bisa mengelak dari serangan mereka, Anto dan yang lainnya sampai terpukau. Bukan apa-apa, karena yang mereka tau Doni tidak bisa beladiri. Tapi gerakan yang di lakukan teman mereka itu sangat teratur dan rapi, sedangkan Doni selama ini hanya bisa berkelahi seenaknya."Doni kenapa beda, dia jadi pinter berkelahi begitu. Apa karena mati suri membuatnya jadi jago?" tanya Anto dalam hati

  • Bukan Ragaku   Rencana Menyerang Balasan

    Gluk ... Gluk ...Terdengar suara tegukan dari Anto yang meminum alkohol langsung dari botolnya, dia seperti sedang meminum air mineral saja. Rasa kesal di hatinya membuatnya minuman alkohol itu tidak terasa pahit sama sekali. Sedangkan yang lainnya minum dengan gelas yang memang ada di tempat itu, yang memang mereka siapkan untuk mereka minum."Anto, nanti kamu mabuk kalau minum dengan cara begitu. Sudah jangan terlalu terbawa emosi, kita harus tenang kalau ingin mengalahkan mereka." Murad yang memang terlihat paling sabar menasehati Anto, membuat Anto langsung meletakan botol minuman yang dipegangnya."Aku benar-benar kesal, karena mereka sudah berani terang-terangan. Mereka tidak menyerang kita di malam hari, tapi di siang hari bolong dimana masih banyak orang. Aku tidak mau tau, pokoknya malam ini kita harus mengumpulkan orang untuk menyerang mereka. Kita harus membalas sebelum mereka menyerang kita lagi, mereka harus diberi pelajaran. Terutama si Baron itu, dia tidak akan kapok ka

Bab terbaru

  • Bukan Ragaku   Dikejar Anak Buah Agusto

    Mereka pun bergegas mengejar mobil yang membawa Levan, mereka takut sampai kehilangan jejak. Bisa-bisa Agusto sang bos akan murka, mereka harus berusaha menangkap dan melenyapkan Levan."Itu ambulannya Bang!" seru anak buah Agusto menunjuk ke arah mobil ambulan yang sedang di ikuti beberapa mobil lainnya."Ayo susul mereka, hadang mereka sekarang!" Pria yang tadi mengejar Levan meminta rekannya menyusul ambulan. Sementara di mobil anak buah Levan, mereka menyadari jika musuh berhasil mengejar. Mereka pun mengatur strategi, mereka bahkan menghubungi orang di ambulans untuk melaju lebih cepat. Sementara mobil di belakang ambulan akan mencoba menghalangi mobil yang mengejar mereka."Nyonya besar kita terus di ikuti, anak buah tuan Levan akan menghadang. Tapi kita akan terpisah dan kita harus bisa mengelabui mereka. Jika tidak akan bahaya untuk kita kalau sampai mereka menemukan tempat persembunyian," ucap Dean memberitahu Nyonya Erina jika di belakang mereka terus diikuti."Ya sudah, la

  • Bukan Ragaku   Dikejar Anak Buah Agusto

    "Apa petugas itu jujur dengan di mana kamar rawat Levan?" tanya seorang pria."Sepertinya iya, karena petugas itu ketakutan. Dia tidak mungkin berbohong," sahut yang lainnya."Baguslah, kita harus Berhasil kali ini. Jangan sampai tuan Agusto kecewa lagi, mendengar Levan masih hidup setelah ditusuk saja beliau murka. Bisa-bisanya si Alvon menusuk bukan di bagian vital," geram pria pertama yang ternyata mereka adalah anak buah Agusto."Menurutku wajar, di sana begitu banyak orang besar. Wajar Alvon gugup dan meleset sedikit,"!sahut rekannya.Ting!Terdengar pintu lift terbuka, sepuluh orang yang naik itu langsung melangkah menuju tempat dimana mereka di beritahu jika Levan di sana. Mereka bergegas menuju kamar VVIP yang di tunjukan, tapi saat tiba di sana tidak terdengar suara apapun. Bahkan tidak ada yang menjaga kamar itu dari luar, sampai-sampai mereka berlari karena penasaran."Apa mereka sudah kabur, tidak ada yang berjaga. Sejak di bawah aku sudah heran, karena tidak ada anak buah

  • Bukan Ragaku   Rencana Levan dan Rencana Dean

    "Kita bukannya diam saja dan mengalah dengan apa yang sudah mereka lakukan, tapi kita menyerang setelah memantau pergerakan mereka. Bila perlu, kita buat mereka berpikir jika kita tidak terpengaruh sama sekali. Nah saat mereka lengah barulah kita serang, jadi jangan terburu-buru. Kita menggunakan strategi," jelas Levan idenya."Bagaimana kalau mereka yang menyerang kita lagi?" tanya Ben menyeletuk."Artinya mereka halal buat kita apain aja, karena kita mempertahankan diri. Toh mereka yang sudah menyerang kita berkali-kali, kita hanya perlu waspada dan bersiap. Tidak seperti tadi yang gelagapan saat di serang, kalian juga jangan terlalu banyak minum. Agar kondisi kita terus terkontrol, ajak orang-orang yang biasa berkumpul di sini. Semakin ramai semakin takut mereka menyerang, mereka akan berpikiran kita hanya bertahan tanpa memikirkan menyerang balik. Setelah nanti mereka lengah barulah kita serang," tutur Levan apa strategi yang di pikirkannya."Waw, idemu keren banget. Strategi yang

  • Bukan Ragaku   Rencana Menyerang Balasan

    Gluk ... Gluk ...Terdengar suara tegukan dari Anto yang meminum alkohol langsung dari botolnya, dia seperti sedang meminum air mineral saja. Rasa kesal di hatinya membuatnya minuman alkohol itu tidak terasa pahit sama sekali. Sedangkan yang lainnya minum dengan gelas yang memang ada di tempat itu, yang memang mereka siapkan untuk mereka minum."Anto, nanti kamu mabuk kalau minum dengan cara begitu. Sudah jangan terlalu terbawa emosi, kita harus tenang kalau ingin mengalahkan mereka." Murad yang memang terlihat paling sabar menasehati Anto, membuat Anto langsung meletakan botol minuman yang dipegangnya."Aku benar-benar kesal, karena mereka sudah berani terang-terangan. Mereka tidak menyerang kita di malam hari, tapi di siang hari bolong dimana masih banyak orang. Aku tidak mau tau, pokoknya malam ini kita harus mengumpulkan orang untuk menyerang mereka. Kita harus membalas sebelum mereka menyerang kita lagi, mereka harus diberi pelajaran. Terutama si Baron itu, dia tidak akan kapok ka

  • Bukan Ragaku   Melawan Anak Buah Baron

    "Ben, kita di serang. Ayo kita ke sana!" ajak Agus dan langsung mencari-cari senjata yang bisa dia gunakan untuk membantu kawan-kawannya."Brengsek! Baru juga diomongin, udah diserang aja." Ben pun langsung berlari setelah Agus memberikan sebatang bambu kecil untuknya, mereka menyebrang bahkan tanpa melihat kiri kanan membuat Ben hampir saja tertabrak.Perkelahian tidak bisa di hindari, belasan orang yang datang dengan motor menyerang mereka yang hanya berenam. Hal itu membuat mereka sedikit kewalahan, tapi ternyata kemampuan beladiri yang di miliki Levan juga tidak main-main. Levan memukuli mereka bahkan bisa mengelak dari serangan mereka, Anto dan yang lainnya sampai terpukau. Bukan apa-apa, karena yang mereka tau Doni tidak bisa beladiri. Tapi gerakan yang di lakukan teman mereka itu sangat teratur dan rapi, sedangkan Doni selama ini hanya bisa berkelahi seenaknya."Doni kenapa beda, dia jadi pinter berkelahi begitu. Apa karena mati suri membuatnya jadi jago?" tanya Anto dalam hati

  • Bukan Ragaku   Diserang Lagi

    "Aku harus mencari ragaku sendiri, mungkin kalau bertemu dengan ragaku jiwaku bisa keluar dari sini. Tapi aku tidak tau di mana ragaku sekarang, aku akan cari Dean untuk mencari tau. Tapi kapan aku bisa pergi, jika mereka semua memintaku untuk berjaga di sini siang malam. Benar-benar sial!" geram Levan tapi hanya di dalam hatinya.Plak!"Woii, jangan melamun kamu bisa kesambet siang-siang begini." Anto yang baru datang langsung menepuk bahu Levan, membuatnya terperanjat kaget."Kalian sudah selesai?" tanya Levan datar. Sebenarnya Levan kesal karena sudah dibuat terkeju, tapi dia tidak ingin menunjukkan sisi dirinya yang biasanya. Karena sampai sekarang dia tidak tau bagaimana Doni kesehariannya dulu. Untung saja dia sedang dianggap lupa ingatan, mau bagaimanapun reaksinya tidak akan dikira aneh."Sudah, apa kalian tidak lapar? Kita makan dulu di tempat biasa," ucap Anto sambil duduk sementara Ben sudah duduk kembali."Gak minum dulu, To?" tanya Ben.Plak!"Kamu gak ada omongan lain s

  • Bukan Ragaku   Mulai Memahami Situasi

    "Nada, kamu benar-benar tidak tidak berubah. Masih tetap cantik dan lembut, aku tidak menyangka bisa bertemu kamu lagi. Tapi sialnya, kita bertemu di saat aku berada di tubuh pria ini. Kamu pasti tidak akan percaya jika aku mengaku sebagai levan mantan kekasihmu dulu," batin Levan sambil terus berjalan mengikuti Ben."Don, woyy! Kamu kenapa melamun, sana tagih toko-toko di sebelah situ. Aku akan ke sebelah sana, jadi biar kita cepat selesai. Aku sudah tidak sabar ingin minum alkohol nih, biar kita cepet kumpul di pos dan minum di sana." Ben menyenggol tubuh Levan yang hanya dia saja saat tadi dia mengajaknya bicara."Eh, iya. Ya sudah aku ke sana," sahut Levan dan berbalik menuju tempat yang di tunjuk Ben."Ampun deh, dia kehilangan ingatan tapi malah jadi kayak orang bego. Coba kehilangan ingatan itu lebih keren, jadi makin pintar gitu. Ini malah jadi kek orang linglung," gerutu Ben sambil menyebrang jalan.Levan pun masuk ke salah satu toko, membuat orang di sana keheranan. Karena

  • Bukan Ragaku   Bertemu Nada

    "Kamu sama Ben tagih di sebelah sana, Agus sama Murad di sebelah sana. Nah aku sama Narto di sebelah sana, nanti kalau udah selesai kita kumpul di sini." Anto mengatur mereka untuk membagi wilayah mana saja yang mesti mereka ambil uang keamanan menurut mereka."Siap!" sahut mereka bersamaan dengan suara nyaring.Mereka pun bergegas menuju tempat yang sudah di bagi oleh Anto, Levan sendiri langsung pergi bersama Ben. Mereka menagih uang keamanan di tempat yang ditunjuk Anto, mereka menagih di beberapa ruko yang cukup rapat dan juga ramai. Itu kenapa wilayah itu sampai ingin di rebut kelompok lain, karena memang menguntungkan."Eh, bukannya Doni sudah meninggal. Kenapa dia hidup lagi?" tanya salah seorang pemilik ruko saat Doni dan Ben keluar selesai menagih."Kalau tidak salah dia hidup kembali saat mau di kubur, Bos. Itu berita yang saya dengar," sahut salah satu pegawai yang bekerja di toko elektronik itu."Wah, antara serem sama berkah. Apa dia seperti kucing punya sembilan nyawa, m

  • Bukan Ragaku   Mencoba Berbaur

    Setelah berganti pakaian, Levan keluar dari kamar. Wajahnya masih nampak kebingungan, karena benar-benar merasa asing dengan apa yang ada di sekitarnya. Anto mendekati levan, dan mengajaknya untuk duduk di lantai, karena memang kontrakan mereka tidak ada tempat duduknya. Hanya saja karena habis menyemayamkan Doni, rumah itu di beri alas tikar."Apa ada yang sakit? Lukamu bagaimana rasanya?" tanya Anto perhatian. Levan hanya menggeleng, karena jujur dia tidak merasakan sakit apapun."Aku lapar," ucap Levan alias Doni."Ya ampun, tentu saja kamu lapar. Pasti kamu dari perjalanan jauh, di alam sana. Ben, tolong belikan nasi bungkus buat Doni. Tidak, bukan cuma Doni tapi kita semua." Anto meminta temannya untuk membelikan makanan, Ben berdiri lalu mendekati Anto."Mana uangnya?" tanya Ben sambil menengadahkan tangannya."Apa kamu gak punya duit?" tanya Anto."Lah dari mana aku duit, lagian duit warga yang melayat bukannya di kamu semua. Memangnya mau kamu kembalikan?" tanya Ben balik."He

DMCA.com Protection Status