Home / Fantasi / Bukan Ragaku / Pindah Ke Raga Doni

Share

Pindah Ke Raga Doni

Author: Mawar Hitam
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Aku di mana ini? Kenapa goyang-goyang begini? Ini apa lagi pake di bungkus begini. Apa dikira aku lontong? Di hidungku ada apa, kenapa jadi gak bisa napas? Puih!" ucap Levan dalam hati sambil berusaha menyingkirkan kapas di mulutnya.

Mendengar suara dari dalam keranda, tentu semua orang terkejut. Mereka berhenti berjalan dan bersuara, lalu menajamkan pendengarannya.

"Diam! Ada suara dari keranda!" seru seseorang yang berada dekat dengan bagian kepala.

"Tolong! Kenapa aku diikat begini!" teriak suara dari dalam keranda.

Mendengar suara itu lebih jelas, semua orang langsung menghempaskan keranda. Membuat keranda terjatuh dan tentu saja dengan isinya, yang ternyata sesosok mayat yang sudah di bungkus kain kafan. Sebagian orang mulai menjauh, karena ketakutan.

"Aduh!" teriak sosok itu karena merasa kesakitan.

"Tunggu jangan lari!" titah seorang pria paruh baya dengan peci berwana putih. Melihat dari pakaiannya sepertinya dia ustadz yang memimpin pemakaman.

"Woyy, mayatnya bangun!" teriak seorang pria yang berada paling dekat.

"Doni! kamu masih hidup?" tanya seorang pria berambut gondrong.

"Doni? Apalagi ini, kenapa aku di panggil Doni?" tanya Levan dalam hati.

"Nak Doni, ini beneran kamu? Sepertinya kamu mati suri, ayo bantu buka ikatannya!" ucap pak ustadz pada orang-orang.

Mereka pun membantu membuka ikatan, di beberapa bagian. Tentu saja tidak semuanya karena sosok pria yang di katakan mati suri itu, tentu sudah tidak memakai apapun lagi. Levan yang masih bingung hanya menurut, matanya menatap satu persatu orang-orang yang mengelilinginya.

"Siapa mereka, kenapa aku tidak mengenalnya satu pun? Dean, mana dia kenapa dia tidak di sini? Jika ini pemakamanku, tentu dia akan ada di sini. Mami? Mami juga tidak ada," ucap Levan masih di dalam hatinya.

"Ayo Nak Doni, kita kembali ke rumahmu. Sepertinya ini belum waktunya kamu menemui sang pencipta, mungkin kamu di minta untuk bertobat lebih dulu. Sungguh ini adalah anugerah buatmu," tutur pak ustadz sambil membantu Levan yang di panggil Doni itu berdiri.

"Ayo Bro, kita pulang. Syukurlah kamu masih hidup, kami semua sedih karena kamu meninggal dengan cara seperti itu. Akhirnya kamu kembali lagi," timpal sosok pria berambut gondrong.

Levan hanya mengangguk, sepertinya dia belum bisa bertanya untuk mencari tau. Dia hanya mengikuti apa yang diminta orang-orang itu. Mereka berjalan menuju ke rumah Doni, lebih tepatnya kontrakan dirinya dan beberapa temannya. Setelah sampai, pria berambut gondrong mengambilkan minum. Levan pun meraihnya dan langsung menenggak isinya sampai tandas.

"Kamu inget aku kan, Bro?" tanya si gondrong yang sepertinya paling dekat dengan Doni.

Karena memang dia tidak tau siapa si pria, Levan yang terjebak di tubuh Doni langsung menggeleng. Mungkin sebaiknya dia pura-pura lupa ingatan, agar lebih gampang untuk melakukan hal itu.

"Ya ampun jadi kamu kagak inget aku?" tanya si gondrong. Levan kembali menggelengkan kepalanya.

"Mungkin dia lupa ingatan Nak, Anto. Mungkin karena efek mati surinya membuat dia kehilangan ingatan," timpal pak ustadz. Beberapa orang yang masih berada di sana hanya mengangguk seolah setuju dengan ucapan ustadz.

"Oh yang suka di bilang orang-orang itu. Apa itu namanya, amne ... amne apa lah itu." Si gondrong yang tidak bisa menyebutkan, terbata-bata.

"Amnesia, woyy!" seru salah seorang yang berada di pintu.

"Nah iya amnesia, susah banget sih ngomongnya." Si gondrong tersungut-sungut sambil mengulang ucapan orang itu.

Levan melirik sebuah kaca kecil di tembok rumah itu, dia sungguh penasaran kenapa dirinya di panggil Doni. Apalagi semua orang yang berada di sini sama sekali tidak di kenalnya. Sambil memegangi kain kafan di pinggangnya, Levan berdiri menuju kaca. Dan saat dia melihat wajahnya, Levan langsung melotot dan mundur ke belakang.

"Tidak! ini tidak mungkin wajahku. Kenapa wajahku berubah? Ada apa ini sebenarnya?" batin Levan sambil terus menatap wajahnya.

"Kenapa kamu, Don? Kek orang lihat hantu aja? Harusnya kami yang ketakutan, karena kamu tiba-tiba bangun saat hendak di kubur. Lihat, kamu lihat perutmu ini. Kamu di tusuk dua kali, saat kami bawa ke rumah sakit mereka bilang kamu sudah mati." Si gondrong yang tadi di panggil Anto, menunjukkan bekas luka tusukan yang sudah di jahit.

Levan langsung menundukkan kepalanya, melihat ke bagian yang ditunjuk Anto. Levan juga melihat lengannya, ada luka beberapa goresan di sana. Sungguh Levan masih belum bisa mencerna semua kejadian ini. Tubuhnya pun luruh kelantai, tangannya memegangi wajahnya. Wajah dengan kumis dan brewok, yang sangat terlihat jelas kalau tidak di urus. Wajah tampannya seketika hilang, kini dia berada dalam tubuh orang lain.

"Kamu kenapa, Bro? Sudah jangan bingung lagi, kalau kamu gak bisa ingat apa-apa. Ntar kita-kita yang bakal bantuin kamu inget. Ayo sekarang ke kamar dan ganti baju, kamu serem pake begituan!" ajak Anto dan membantu Doni menuju kamar kontrakan mereka.

"Sudah yang tidak berkepentingan di harap bubar, jangan lupa nanti kalau pak RT pulang kerja kalian laporan jika Doni belum meninggal. Doni pasti masih shock," ucap pak ustadz membubarkan semua orang.

"Ya Pak, dia shock karena pasti udah mampir ke neraka itu. Makanya dia kek orang ketakutan," celetuk salah seorang warga.

"Hust, gak baik ngomong begitu. Kita berdoa saja, agar setelah kejadian ini Doni bisa berubah. jadi jangan mikir yang macam-macam," saran pak ustadz mengingatkan.

Mereka pun bubar, hanya beberapa rekan sesama preman Doni yang tinggal. Beberapa dari mereka juga tinggal bersama di kontrakan. Mereka pun membicarakan mati surinya Doni, apa saja yang Doni alami saat berada di alam lain. Levan yang mendengar itu hanya diam saja, Anto yang sepertinya paling dekat dengan Doni membantu Levan mencarikan pakaian milik Doni.

"Apa bener kata warga tadi, kalau si Doni pergi ke neraka dulu. Tapi kenapa dia malah lupa ingatan ya, harusnya dia inget biar tobat sekalian." Salah satu rekan Doni mengatakan rasa penasarannya.

"Iya juga ya, makin bingung saja. Sudahlah kagak usah di bahas lagi pusing kita," sahut salah satu orang yang berkulit gelap.

"Sudah stop ngomongin ini, kita bersyukur saja Doni masih hidup. Dan bagaimana cara kita buat bales tuh orang yang sudah nusuk Doni," timpal Anto begitu keluar dari kamar. Levan masih berada di kamar untuk berganti pakaian.

"Gimana caranya, Bro. Kita kagak tau siapa yang udah nusuk Doni, malam itu kacau jadi kita kagak saling memperhatikan satu sama lain. Polisi juga bilang kagak tau siapa yang nusuk," sahut si hitam.

"Bener juga kamu, Ben. Tapi nanti kita selidiki pelan-pelan, pasti itu salah satu anak-anak selatan. Baron memang pinter kita di pecah belah malam itu, jadi kagak bisa saling bantu. Doni saja kita temukan dini hari," ucap Anto.

"Kita atur strategi, buat bales mereka." Salah seorang menimpali lagi.

"Gampang itu, kita biarin tenang dulu. Ntar baru deh kita serang balik mereka," ujar Anto memberi usulan.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
SNJAN
kaya lontong gak tuh...🤏
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Bukan Ragaku   Mencoba Berbaur

    Setelah berganti pakaian, Levan keluar dari kamar. Wajahnya masih nampak kebingungan, karena benar-benar merasa asing dengan apa yang ada di sekitarnya. Anto mendekati levan, dan mengajaknya untuk duduk di lantai, karena memang kontrakan mereka tidak ada tempat duduknya. Hanya saja karena habis menyemayamkan Doni, rumah itu di beri alas tikar."Apa ada yang sakit? Lukamu bagaimana rasanya?" tanya Anto perhatian. Levan hanya menggeleng, karena jujur dia tidak merasakan sakit apapun."Aku lapar," ucap Levan alias Doni."Ya ampun, tentu saja kamu lapar. Pasti kamu dari perjalanan jauh, di alam sana. Ben, tolong belikan nasi bungkus buat Doni. Tidak, bukan cuma Doni tapi kita semua." Anto meminta temannya untuk membelikan makanan, Ben berdiri lalu mendekati Anto."Mana uangnya?" tanya Ben sambil menengadahkan tangannya."Apa kamu gak punya duit?" tanya Anto."Lah dari mana aku duit, lagian duit warga yang melayat bukannya di kamu semua. Memangnya mau kamu kembalikan?" tanya Ben balik."He

  • Bukan Ragaku   Bertemu Nada

    "Kamu sama Ben tagih di sebelah sana, Agus sama Murad di sebelah sana. Nah aku sama Narto di sebelah sana, nanti kalau udah selesai kita kumpul di sini." Anto mengatur mereka untuk membagi wilayah mana saja yang mesti mereka ambil uang keamanan menurut mereka."Siap!" sahut mereka bersamaan dengan suara nyaring.Mereka pun bergegas menuju tempat yang sudah di bagi oleh Anto, Levan sendiri langsung pergi bersama Ben. Mereka menagih uang keamanan di tempat yang ditunjuk Anto, mereka menagih di beberapa ruko yang cukup rapat dan juga ramai. Itu kenapa wilayah itu sampai ingin di rebut kelompok lain, karena memang menguntungkan."Eh, bukannya Doni sudah meninggal. Kenapa dia hidup lagi?" tanya salah seorang pemilik ruko saat Doni dan Ben keluar selesai menagih."Kalau tidak salah dia hidup kembali saat mau di kubur, Bos. Itu berita yang saya dengar," sahut salah satu pegawai yang bekerja di toko elektronik itu."Wah, antara serem sama berkah. Apa dia seperti kucing punya sembilan nyawa, m

  • Bukan Ragaku   Mulai Memahami Situasi

    "Nada, kamu benar-benar tidak tidak berubah. Masih tetap cantik dan lembut, aku tidak menyangka bisa bertemu kamu lagi. Tapi sialnya, kita bertemu di saat aku berada di tubuh pria ini. Kamu pasti tidak akan percaya jika aku mengaku sebagai levan mantan kekasihmu dulu," batin Levan sambil terus berjalan mengikuti Ben."Don, woyy! Kamu kenapa melamun, sana tagih toko-toko di sebelah situ. Aku akan ke sebelah sana, jadi biar kita cepat selesai. Aku sudah tidak sabar ingin minum alkohol nih, biar kita cepet kumpul di pos dan minum di sana." Ben menyenggol tubuh Levan yang hanya dia saja saat tadi dia mengajaknya bicara."Eh, iya. Ya sudah aku ke sana," sahut Levan dan berbalik menuju tempat yang di tunjuk Ben."Ampun deh, dia kehilangan ingatan tapi malah jadi kayak orang bego. Coba kehilangan ingatan itu lebih keren, jadi makin pintar gitu. Ini malah jadi kek orang linglung," gerutu Ben sambil menyebrang jalan.Levan pun masuk ke salah satu toko, membuat orang di sana keheranan. Karena

  • Bukan Ragaku   Diserang Lagi

    "Aku harus mencari ragaku sendiri, mungkin kalau bertemu dengan ragaku jiwaku bisa keluar dari sini. Tapi aku tidak tau di mana ragaku sekarang, aku akan cari Dean untuk mencari tau. Tapi kapan aku bisa pergi, jika mereka semua memintaku untuk berjaga di sini siang malam. Benar-benar sial!" geram Levan tapi hanya di dalam hatinya.Plak!"Woii, jangan melamun kamu bisa kesambet siang-siang begini." Anto yang baru datang langsung menepuk bahu Levan, membuatnya terperanjat kaget."Kalian sudah selesai?" tanya Levan datar. Sebenarnya Levan kesal karena sudah dibuat terkeju, tapi dia tidak ingin menunjukkan sisi dirinya yang biasanya. Karena sampai sekarang dia tidak tau bagaimana Doni kesehariannya dulu. Untung saja dia sedang dianggap lupa ingatan, mau bagaimanapun reaksinya tidak akan dikira aneh."Sudah, apa kalian tidak lapar? Kita makan dulu di tempat biasa," ucap Anto sambil duduk sementara Ben sudah duduk kembali."Gak minum dulu, To?" tanya Ben.Plak!"Kamu gak ada omongan lain s

  • Bukan Ragaku   Melawan Anak Buah Baron

    "Ben, kita di serang. Ayo kita ke sana!" ajak Agus dan langsung mencari-cari senjata yang bisa dia gunakan untuk membantu kawan-kawannya."Brengsek! Baru juga diomongin, udah diserang aja." Ben pun langsung berlari setelah Agus memberikan sebatang bambu kecil untuknya, mereka menyebrang bahkan tanpa melihat kiri kanan membuat Ben hampir saja tertabrak.Perkelahian tidak bisa di hindari, belasan orang yang datang dengan motor menyerang mereka yang hanya berenam. Hal itu membuat mereka sedikit kewalahan, tapi ternyata kemampuan beladiri yang di miliki Levan juga tidak main-main. Levan memukuli mereka bahkan bisa mengelak dari serangan mereka, Anto dan yang lainnya sampai terpukau. Bukan apa-apa, karena yang mereka tau Doni tidak bisa beladiri. Tapi gerakan yang di lakukan teman mereka itu sangat teratur dan rapi, sedangkan Doni selama ini hanya bisa berkelahi seenaknya."Doni kenapa beda, dia jadi pinter berkelahi begitu. Apa karena mati suri membuatnya jadi jago?" tanya Anto dalam hati

  • Bukan Ragaku   Rencana Menyerang Balasan

    Gluk ... Gluk ...Terdengar suara tegukan dari Anto yang meminum alkohol langsung dari botolnya, dia seperti sedang meminum air mineral saja. Rasa kesal di hatinya membuatnya minuman alkohol itu tidak terasa pahit sama sekali. Sedangkan yang lainnya minum dengan gelas yang memang ada di tempat itu, yang memang mereka siapkan untuk mereka minum."Anto, nanti kamu mabuk kalau minum dengan cara begitu. Sudah jangan terlalu terbawa emosi, kita harus tenang kalau ingin mengalahkan mereka." Murad yang memang terlihat paling sabar menasehati Anto, membuat Anto langsung meletakan botol minuman yang dipegangnya."Aku benar-benar kesal, karena mereka sudah berani terang-terangan. Mereka tidak menyerang kita di malam hari, tapi di siang hari bolong dimana masih banyak orang. Aku tidak mau tau, pokoknya malam ini kita harus mengumpulkan orang untuk menyerang mereka. Kita harus membalas sebelum mereka menyerang kita lagi, mereka harus diberi pelajaran. Terutama si Baron itu, dia tidak akan kapok ka

  • Bukan Ragaku   Rencana Levan dan Rencana Dean

    "Kita bukannya diam saja dan mengalah dengan apa yang sudah mereka lakukan, tapi kita menyerang setelah memantau pergerakan mereka. Bila perlu, kita buat mereka berpikir jika kita tidak terpengaruh sama sekali. Nah saat mereka lengah barulah kita serang, jadi jangan terburu-buru. Kita menggunakan strategi," jelas Levan idenya."Bagaimana kalau mereka yang menyerang kita lagi?" tanya Ben menyeletuk."Artinya mereka halal buat kita apain aja, karena kita mempertahankan diri. Toh mereka yang sudah menyerang kita berkali-kali, kita hanya perlu waspada dan bersiap. Tidak seperti tadi yang gelagapan saat di serang, kalian juga jangan terlalu banyak minum. Agar kondisi kita terus terkontrol, ajak orang-orang yang biasa berkumpul di sini. Semakin ramai semakin takut mereka menyerang, mereka akan berpikiran kita hanya bertahan tanpa memikirkan menyerang balik. Setelah nanti mereka lengah barulah kita serang," tutur Levan apa strategi yang di pikirkannya."Waw, idemu keren banget. Strategi yang

  • Bukan Ragaku   Dikejar Anak Buah Agusto

    "Apa petugas itu jujur dengan di mana kamar rawat Levan?" tanya seorang pria."Sepertinya iya, karena petugas itu ketakutan. Dia tidak mungkin berbohong," sahut yang lainnya."Baguslah, kita harus Berhasil kali ini. Jangan sampai tuan Agusto kecewa lagi, mendengar Levan masih hidup setelah ditusuk saja beliau murka. Bisa-bisanya si Alvon menusuk bukan di bagian vital," geram pria pertama yang ternyata mereka adalah anak buah Agusto."Menurutku wajar, di sana begitu banyak orang besar. Wajar Alvon gugup dan meleset sedikit,"!sahut rekannya.Ting!Terdengar pintu lift terbuka, sepuluh orang yang naik itu langsung melangkah menuju tempat dimana mereka di beritahu jika Levan di sana. Mereka bergegas menuju kamar VVIP yang di tunjukan, tapi saat tiba di sana tidak terdengar suara apapun. Bahkan tidak ada yang menjaga kamar itu dari luar, sampai-sampai mereka berlari karena penasaran."Apa mereka sudah kabur, tidak ada yang berjaga. Sejak di bawah aku sudah heran, karena tidak ada anak buah

Latest chapter

  • Bukan Ragaku   Dikejar Anak Buah Agusto

    Mereka pun bergegas mengejar mobil yang membawa Levan, mereka takut sampai kehilangan jejak. Bisa-bisa Agusto sang bos akan murka, mereka harus berusaha menangkap dan melenyapkan Levan."Itu ambulannya Bang!" seru anak buah Agusto menunjuk ke arah mobil ambulan yang sedang di ikuti beberapa mobil lainnya."Ayo susul mereka, hadang mereka sekarang!" Pria yang tadi mengejar Levan meminta rekannya menyusul ambulan. Sementara di mobil anak buah Levan, mereka menyadari jika musuh berhasil mengejar. Mereka pun mengatur strategi, mereka bahkan menghubungi orang di ambulans untuk melaju lebih cepat. Sementara mobil di belakang ambulan akan mencoba menghalangi mobil yang mengejar mereka."Nyonya besar kita terus di ikuti, anak buah tuan Levan akan menghadang. Tapi kita akan terpisah dan kita harus bisa mengelabui mereka. Jika tidak akan bahaya untuk kita kalau sampai mereka menemukan tempat persembunyian," ucap Dean memberitahu Nyonya Erina jika di belakang mereka terus diikuti."Ya sudah, la

  • Bukan Ragaku   Dikejar Anak Buah Agusto

    "Apa petugas itu jujur dengan di mana kamar rawat Levan?" tanya seorang pria."Sepertinya iya, karena petugas itu ketakutan. Dia tidak mungkin berbohong," sahut yang lainnya."Baguslah, kita harus Berhasil kali ini. Jangan sampai tuan Agusto kecewa lagi, mendengar Levan masih hidup setelah ditusuk saja beliau murka. Bisa-bisanya si Alvon menusuk bukan di bagian vital," geram pria pertama yang ternyata mereka adalah anak buah Agusto."Menurutku wajar, di sana begitu banyak orang besar. Wajar Alvon gugup dan meleset sedikit,"!sahut rekannya.Ting!Terdengar pintu lift terbuka, sepuluh orang yang naik itu langsung melangkah menuju tempat dimana mereka di beritahu jika Levan di sana. Mereka bergegas menuju kamar VVIP yang di tunjukan, tapi saat tiba di sana tidak terdengar suara apapun. Bahkan tidak ada yang menjaga kamar itu dari luar, sampai-sampai mereka berlari karena penasaran."Apa mereka sudah kabur, tidak ada yang berjaga. Sejak di bawah aku sudah heran, karena tidak ada anak buah

  • Bukan Ragaku   Rencana Levan dan Rencana Dean

    "Kita bukannya diam saja dan mengalah dengan apa yang sudah mereka lakukan, tapi kita menyerang setelah memantau pergerakan mereka. Bila perlu, kita buat mereka berpikir jika kita tidak terpengaruh sama sekali. Nah saat mereka lengah barulah kita serang, jadi jangan terburu-buru. Kita menggunakan strategi," jelas Levan idenya."Bagaimana kalau mereka yang menyerang kita lagi?" tanya Ben menyeletuk."Artinya mereka halal buat kita apain aja, karena kita mempertahankan diri. Toh mereka yang sudah menyerang kita berkali-kali, kita hanya perlu waspada dan bersiap. Tidak seperti tadi yang gelagapan saat di serang, kalian juga jangan terlalu banyak minum. Agar kondisi kita terus terkontrol, ajak orang-orang yang biasa berkumpul di sini. Semakin ramai semakin takut mereka menyerang, mereka akan berpikiran kita hanya bertahan tanpa memikirkan menyerang balik. Setelah nanti mereka lengah barulah kita serang," tutur Levan apa strategi yang di pikirkannya."Waw, idemu keren banget. Strategi yang

  • Bukan Ragaku   Rencana Menyerang Balasan

    Gluk ... Gluk ...Terdengar suara tegukan dari Anto yang meminum alkohol langsung dari botolnya, dia seperti sedang meminum air mineral saja. Rasa kesal di hatinya membuatnya minuman alkohol itu tidak terasa pahit sama sekali. Sedangkan yang lainnya minum dengan gelas yang memang ada di tempat itu, yang memang mereka siapkan untuk mereka minum."Anto, nanti kamu mabuk kalau minum dengan cara begitu. Sudah jangan terlalu terbawa emosi, kita harus tenang kalau ingin mengalahkan mereka." Murad yang memang terlihat paling sabar menasehati Anto, membuat Anto langsung meletakan botol minuman yang dipegangnya."Aku benar-benar kesal, karena mereka sudah berani terang-terangan. Mereka tidak menyerang kita di malam hari, tapi di siang hari bolong dimana masih banyak orang. Aku tidak mau tau, pokoknya malam ini kita harus mengumpulkan orang untuk menyerang mereka. Kita harus membalas sebelum mereka menyerang kita lagi, mereka harus diberi pelajaran. Terutama si Baron itu, dia tidak akan kapok ka

  • Bukan Ragaku   Melawan Anak Buah Baron

    "Ben, kita di serang. Ayo kita ke sana!" ajak Agus dan langsung mencari-cari senjata yang bisa dia gunakan untuk membantu kawan-kawannya."Brengsek! Baru juga diomongin, udah diserang aja." Ben pun langsung berlari setelah Agus memberikan sebatang bambu kecil untuknya, mereka menyebrang bahkan tanpa melihat kiri kanan membuat Ben hampir saja tertabrak.Perkelahian tidak bisa di hindari, belasan orang yang datang dengan motor menyerang mereka yang hanya berenam. Hal itu membuat mereka sedikit kewalahan, tapi ternyata kemampuan beladiri yang di miliki Levan juga tidak main-main. Levan memukuli mereka bahkan bisa mengelak dari serangan mereka, Anto dan yang lainnya sampai terpukau. Bukan apa-apa, karena yang mereka tau Doni tidak bisa beladiri. Tapi gerakan yang di lakukan teman mereka itu sangat teratur dan rapi, sedangkan Doni selama ini hanya bisa berkelahi seenaknya."Doni kenapa beda, dia jadi pinter berkelahi begitu. Apa karena mati suri membuatnya jadi jago?" tanya Anto dalam hati

  • Bukan Ragaku   Diserang Lagi

    "Aku harus mencari ragaku sendiri, mungkin kalau bertemu dengan ragaku jiwaku bisa keluar dari sini. Tapi aku tidak tau di mana ragaku sekarang, aku akan cari Dean untuk mencari tau. Tapi kapan aku bisa pergi, jika mereka semua memintaku untuk berjaga di sini siang malam. Benar-benar sial!" geram Levan tapi hanya di dalam hatinya.Plak!"Woii, jangan melamun kamu bisa kesambet siang-siang begini." Anto yang baru datang langsung menepuk bahu Levan, membuatnya terperanjat kaget."Kalian sudah selesai?" tanya Levan datar. Sebenarnya Levan kesal karena sudah dibuat terkeju, tapi dia tidak ingin menunjukkan sisi dirinya yang biasanya. Karena sampai sekarang dia tidak tau bagaimana Doni kesehariannya dulu. Untung saja dia sedang dianggap lupa ingatan, mau bagaimanapun reaksinya tidak akan dikira aneh."Sudah, apa kalian tidak lapar? Kita makan dulu di tempat biasa," ucap Anto sambil duduk sementara Ben sudah duduk kembali."Gak minum dulu, To?" tanya Ben.Plak!"Kamu gak ada omongan lain s

  • Bukan Ragaku   Mulai Memahami Situasi

    "Nada, kamu benar-benar tidak tidak berubah. Masih tetap cantik dan lembut, aku tidak menyangka bisa bertemu kamu lagi. Tapi sialnya, kita bertemu di saat aku berada di tubuh pria ini. Kamu pasti tidak akan percaya jika aku mengaku sebagai levan mantan kekasihmu dulu," batin Levan sambil terus berjalan mengikuti Ben."Don, woyy! Kamu kenapa melamun, sana tagih toko-toko di sebelah situ. Aku akan ke sebelah sana, jadi biar kita cepat selesai. Aku sudah tidak sabar ingin minum alkohol nih, biar kita cepet kumpul di pos dan minum di sana." Ben menyenggol tubuh Levan yang hanya dia saja saat tadi dia mengajaknya bicara."Eh, iya. Ya sudah aku ke sana," sahut Levan dan berbalik menuju tempat yang di tunjuk Ben."Ampun deh, dia kehilangan ingatan tapi malah jadi kayak orang bego. Coba kehilangan ingatan itu lebih keren, jadi makin pintar gitu. Ini malah jadi kek orang linglung," gerutu Ben sambil menyebrang jalan.Levan pun masuk ke salah satu toko, membuat orang di sana keheranan. Karena

  • Bukan Ragaku   Bertemu Nada

    "Kamu sama Ben tagih di sebelah sana, Agus sama Murad di sebelah sana. Nah aku sama Narto di sebelah sana, nanti kalau udah selesai kita kumpul di sini." Anto mengatur mereka untuk membagi wilayah mana saja yang mesti mereka ambil uang keamanan menurut mereka."Siap!" sahut mereka bersamaan dengan suara nyaring.Mereka pun bergegas menuju tempat yang sudah di bagi oleh Anto, Levan sendiri langsung pergi bersama Ben. Mereka menagih uang keamanan di tempat yang ditunjuk Anto, mereka menagih di beberapa ruko yang cukup rapat dan juga ramai. Itu kenapa wilayah itu sampai ingin di rebut kelompok lain, karena memang menguntungkan."Eh, bukannya Doni sudah meninggal. Kenapa dia hidup lagi?" tanya salah seorang pemilik ruko saat Doni dan Ben keluar selesai menagih."Kalau tidak salah dia hidup kembali saat mau di kubur, Bos. Itu berita yang saya dengar," sahut salah satu pegawai yang bekerja di toko elektronik itu."Wah, antara serem sama berkah. Apa dia seperti kucing punya sembilan nyawa, m

  • Bukan Ragaku   Mencoba Berbaur

    Setelah berganti pakaian, Levan keluar dari kamar. Wajahnya masih nampak kebingungan, karena benar-benar merasa asing dengan apa yang ada di sekitarnya. Anto mendekati levan, dan mengajaknya untuk duduk di lantai, karena memang kontrakan mereka tidak ada tempat duduknya. Hanya saja karena habis menyemayamkan Doni, rumah itu di beri alas tikar."Apa ada yang sakit? Lukamu bagaimana rasanya?" tanya Anto perhatian. Levan hanya menggeleng, karena jujur dia tidak merasakan sakit apapun."Aku lapar," ucap Levan alias Doni."Ya ampun, tentu saja kamu lapar. Pasti kamu dari perjalanan jauh, di alam sana. Ben, tolong belikan nasi bungkus buat Doni. Tidak, bukan cuma Doni tapi kita semua." Anto meminta temannya untuk membelikan makanan, Ben berdiri lalu mendekati Anto."Mana uangnya?" tanya Ben sambil menengadahkan tangannya."Apa kamu gak punya duit?" tanya Anto."Lah dari mana aku duit, lagian duit warga yang melayat bukannya di kamu semua. Memangnya mau kamu kembalikan?" tanya Ben balik."He

DMCA.com Protection Status