"Kamu sama Ben tagih di sebelah sana, Agus sama Murad di sebelah sana. Nah aku sama Narto di sebelah sana, nanti kalau udah selesai kita kumpul di sini." Anto mengatur mereka untuk membagi wilayah mana saja yang mesti mereka ambil uang keamanan menurut mereka.
"Siap!" sahut mereka bersamaan dengan suara nyaring.Mereka pun bergegas menuju tempat yang sudah di bagi oleh Anto, Levan sendiri langsung pergi bersama Ben. Mereka menagih uang keamanan di tempat yang ditunjuk Anto, mereka menagih di beberapa ruko yang cukup rapat dan juga ramai. Itu kenapa wilayah itu sampai ingin di rebut kelompok lain, karena memang menguntungkan."Eh, bukannya Doni sudah meninggal. Kenapa dia hidup lagi?" tanya salah seorang pemilik ruko saat Doni dan Ben keluar selesai menagih."Kalau tidak salah dia hidup kembali saat mau di kubur, Bos. Itu berita yang saya dengar," sahut salah satu pegawai yang bekerja di toko elektronik itu."Wah, antara serem sama berkah. Apa dia seperti kucing punya sembilan nyawa, masa sudah meninggal bisa hidup kembali. Dia benar-benar luar biasa," sahut sahut pemilik toko.Levan dan Ben terus menagih, ada beberapa orang yang ketakutan saat melihat pria yang berwajah Doni. Karena mereka tau jika Doni sudah meninggal, mereka tau karena ada kelompok lain yang menagih mereka dan menyebarkan kabar tersebut."Orang-orang itu kenapa sih, seperti melihat hantu saja." Ben mengomel saat akhirnya menyadari beberap orang yang ketakutan."Tentu saja mereka takut, mereka pasti tau jika aku meninggal. Tapi tiba-tiba aku muncul kembali, pasti mereka takut. Apa kita menagih di mini market itu juga? Bukannya Tempat itu tidak boleh kita tagih?" tanya Levan menunjuk salah satu mini market yang ternama di tempat itu."Iya dong, malah mereka harusnya lebih banyak. Karena kita menjaga mereka dengan khusus, meskipun ada cctv kan tidak bisa mengamankan kalau sudah kemasukan pencuri. Ya biarpun nanti akhirnya ketangkep juga karena rekaman cctv."Iya juga sih, ya sudah ayo kita ke sana!" ajak Levan dan berjalan ke arah mini market."Eh di sini jangan terlalu galak, cewek yang jaga siang begini biasanya cantik. Dia juga lemah lembut dan baik, jadi jangan berikan kesan jelek padanya." Ben memperingati Levan agar jangan sampai mereka berlaku kasar pada penjaga mini market itu.Levan pun hanya mengangguk, mereka melangkah memasuki tempat parkir. Ben Japan lebih dulu, lalu membuka pintu kaca mini market dengan cara mendorongnya. Levan mengikuti Ben masuk, tapi betapa terkejut Levan saat melihat siapa yang menjaga tempat itu."Nada," celetuk Levan.Perempuan yang di panggil Nada langsung mengangkat kepalanya, dia melihat ke arah Levan yang berwajah Doni dengan kening mengkerut. Karena nada bicara pria di depannya seperti baru melihatnya, bukankah selama ini dia sering menagih uang keamanan. Malah hampir setiap hari, meski dengan nominal kecil mereka selalu memintanya setiap hari. Mereka tidak ingin di bayar bulanan meskipun sudah di minta oleh atasannya."Kamu beneran Nada kan?" tanya Levan mengulangi pertanyaannya."Maaf bukankah kamu memang sudah kenal aku?" tanya penjaga mini market yang di panggil Nada oleh Levan."Aku Le ...."Levan menghentikan kata-katanya, dia tidak ingin Ben mendengar apa yang hendak di katakannya tentang siapa dia sebenarnya. Lagipula jika dia mengatakan siapa dirinya yang sebenarnya pun, perempuan yang di panggil Nada itu tidak akan mengetahuinya. Jadi levan berusaha menahan diri untuk tidak mengungkapkan siapa dirinya."Kamu kenapa sih, Don. Maaf ya Mbak, temen saya ini baru saja mati suri. Jadi ingatannya agak kacau, Mbak Nada tau kan kalau dia beberapa hari lalu tewas di tusuk. Nah tiba-tiba dia hidup kembali, tapi tingkahnya memang aneh. Orang-orang bilang dia kena Am ... am apa ya?" tanya Ben seolah pada dirinya sendiri."Amnesia," sahut Nada menyeletuk."Nah itu, amnesia. Makanya dia aneh, Mbak." Ben memberitahu Nada tentang keadaan Levan yang di sangka Doni itu."Oh iya, Bang. Aku dengar itu dari yang lainnya kemarin, karena dua hari ini ada orang yang menagih ke sini. Karena aku merasa asing, aku langsung menanyakan kalian. Nah mereka bilang kalian sedang berduka karena Doni teman kalian tewas, jadi bang Doni hidup kembali ya. Semoga bang Doni baik-baik saja, hati-hati bang jangan sampai kenapa-napa lagi. Tuhan sudah berikan kesempatan kedua, jadi jangan di sia-siakan." Nada menyampaikan apa yang diketahuinya sambil menyodorkan uang."Ya sudah, kalau begitu kami pergi dulu ya. Kalau ada orang lain yang menagih, bilang sudah di kasih sama kami. Jangan mau kasih lagi, mereka itu orang Abal-abal yang mau merebut tempat ini." Ben pun berpamitan dan berpesan pada Nada, agar gadis itu jangan sampai di peras untuk membayar uang keamanan doble.Nada hanya mengangguk, Ben hendak keluar dari tempat itu tapi Levan malah terus memandangi Nada tanpa beranjak. Nada sampai menunduk malu, karena Doni terus melihat ke arahnya tanpa berkedip. Ben yang menyadari hal itu langsung menarik Levan, karena merasa tidak enak pada Nada."Ayok, ngapain kamu malah bengong di sini." Ben menarik jaket yang Levan kenakan dan membawanya keluar dari mini market tersebut."Kenapa sih dia melihatku seperti Melihat ikan asin saja," gumam Nada bingung lalu kembali sibuk dengan pekerjaannya."Nada, kamu benar-benar tidak tidak berubah. Masih tetap cantik dan lembut, aku tidak menyangka bisa bertemu kamu lagi. Tapi sialnya, kita bertemu di saat aku berada di tubuh pria ini. Kamu pasti tidak akan percaya jika aku mengaku sebagai levan mantan kekasihmu dulu," batin Levan sambil terus berjalan mengikuti Ben."Don, woyy! Kamu kenapa melamun, sana tagih toko-toko di sebelah situ. Aku akan ke sebelah sana, jadi biar kita cepat selesai. Aku sudah tidak sabar ingin minum alkohol nih, biar kita cepet kumpul di pos dan minum di sana." Ben menyenggol tubuh Levan yang hanya dia saja saat tadi dia mengajaknya bicara."Eh, iya. Ya sudah aku ke sana," sahut Levan dan berbalik menuju tempat yang di tunjuk Ben."Ampun deh, dia kehilangan ingatan tapi malah jadi kayak orang bego. Coba kehilangan ingatan itu lebih keren, jadi makin pintar gitu. Ini malah jadi kek orang linglung," gerutu Ben sambil menyebrang jalan.Levan pun masuk ke salah satu toko, membuat orang di sana keheranan. Karena
"Aku harus mencari ragaku sendiri, mungkin kalau bertemu dengan ragaku jiwaku bisa keluar dari sini. Tapi aku tidak tau di mana ragaku sekarang, aku akan cari Dean untuk mencari tau. Tapi kapan aku bisa pergi, jika mereka semua memintaku untuk berjaga di sini siang malam. Benar-benar sial!" geram Levan tapi hanya di dalam hatinya.Plak!"Woii, jangan melamun kamu bisa kesambet siang-siang begini." Anto yang baru datang langsung menepuk bahu Levan, membuatnya terperanjat kaget."Kalian sudah selesai?" tanya Levan datar. Sebenarnya Levan kesal karena sudah dibuat terkeju, tapi dia tidak ingin menunjukkan sisi dirinya yang biasanya. Karena sampai sekarang dia tidak tau bagaimana Doni kesehariannya dulu. Untung saja dia sedang dianggap lupa ingatan, mau bagaimanapun reaksinya tidak akan dikira aneh."Sudah, apa kalian tidak lapar? Kita makan dulu di tempat biasa," ucap Anto sambil duduk sementara Ben sudah duduk kembali."Gak minum dulu, To?" tanya Ben.Plak!"Kamu gak ada omongan lain s
"Ben, kita di serang. Ayo kita ke sana!" ajak Agus dan langsung mencari-cari senjata yang bisa dia gunakan untuk membantu kawan-kawannya."Brengsek! Baru juga diomongin, udah diserang aja." Ben pun langsung berlari setelah Agus memberikan sebatang bambu kecil untuknya, mereka menyebrang bahkan tanpa melihat kiri kanan membuat Ben hampir saja tertabrak.Perkelahian tidak bisa di hindari, belasan orang yang datang dengan motor menyerang mereka yang hanya berenam. Hal itu membuat mereka sedikit kewalahan, tapi ternyata kemampuan beladiri yang di miliki Levan juga tidak main-main. Levan memukuli mereka bahkan bisa mengelak dari serangan mereka, Anto dan yang lainnya sampai terpukau. Bukan apa-apa, karena yang mereka tau Doni tidak bisa beladiri. Tapi gerakan yang di lakukan teman mereka itu sangat teratur dan rapi, sedangkan Doni selama ini hanya bisa berkelahi seenaknya."Doni kenapa beda, dia jadi pinter berkelahi begitu. Apa karena mati suri membuatnya jadi jago?" tanya Anto dalam hati
Gluk ... Gluk ...Terdengar suara tegukan dari Anto yang meminum alkohol langsung dari botolnya, dia seperti sedang meminum air mineral saja. Rasa kesal di hatinya membuatnya minuman alkohol itu tidak terasa pahit sama sekali. Sedangkan yang lainnya minum dengan gelas yang memang ada di tempat itu, yang memang mereka siapkan untuk mereka minum."Anto, nanti kamu mabuk kalau minum dengan cara begitu. Sudah jangan terlalu terbawa emosi, kita harus tenang kalau ingin mengalahkan mereka." Murad yang memang terlihat paling sabar menasehati Anto, membuat Anto langsung meletakan botol minuman yang dipegangnya."Aku benar-benar kesal, karena mereka sudah berani terang-terangan. Mereka tidak menyerang kita di malam hari, tapi di siang hari bolong dimana masih banyak orang. Aku tidak mau tau, pokoknya malam ini kita harus mengumpulkan orang untuk menyerang mereka. Kita harus membalas sebelum mereka menyerang kita lagi, mereka harus diberi pelajaran. Terutama si Baron itu, dia tidak akan kapok ka
"Kita bukannya diam saja dan mengalah dengan apa yang sudah mereka lakukan, tapi kita menyerang setelah memantau pergerakan mereka. Bila perlu, kita buat mereka berpikir jika kita tidak terpengaruh sama sekali. Nah saat mereka lengah barulah kita serang, jadi jangan terburu-buru. Kita menggunakan strategi," jelas Levan idenya."Bagaimana kalau mereka yang menyerang kita lagi?" tanya Ben menyeletuk."Artinya mereka halal buat kita apain aja, karena kita mempertahankan diri. Toh mereka yang sudah menyerang kita berkali-kali, kita hanya perlu waspada dan bersiap. Tidak seperti tadi yang gelagapan saat di serang, kalian juga jangan terlalu banyak minum. Agar kondisi kita terus terkontrol, ajak orang-orang yang biasa berkumpul di sini. Semakin ramai semakin takut mereka menyerang, mereka akan berpikiran kita hanya bertahan tanpa memikirkan menyerang balik. Setelah nanti mereka lengah barulah kita serang," tutur Levan apa strategi yang di pikirkannya."Waw, idemu keren banget. Strategi yang
"Apa petugas itu jujur dengan di mana kamar rawat Levan?" tanya seorang pria."Sepertinya iya, karena petugas itu ketakutan. Dia tidak mungkin berbohong," sahut yang lainnya."Baguslah, kita harus Berhasil kali ini. Jangan sampai tuan Agusto kecewa lagi, mendengar Levan masih hidup setelah ditusuk saja beliau murka. Bisa-bisanya si Alvon menusuk bukan di bagian vital," geram pria pertama yang ternyata mereka adalah anak buah Agusto."Menurutku wajar, di sana begitu banyak orang besar. Wajar Alvon gugup dan meleset sedikit,"!sahut rekannya.Ting!Terdengar pintu lift terbuka, sepuluh orang yang naik itu langsung melangkah menuju tempat dimana mereka di beritahu jika Levan di sana. Mereka bergegas menuju kamar VVIP yang di tunjukan, tapi saat tiba di sana tidak terdengar suara apapun. Bahkan tidak ada yang menjaga kamar itu dari luar, sampai-sampai mereka berlari karena penasaran."Apa mereka sudah kabur, tidak ada yang berjaga. Sejak di bawah aku sudah heran, karena tidak ada anak buah
Mereka pun bergegas mengejar mobil yang membawa Levan, mereka takut sampai kehilangan jejak. Bisa-bisa Agusto sang bos akan murka, mereka harus berusaha menangkap dan melenyapkan Levan."Itu ambulannya Bang!" seru anak buah Agusto menunjuk ke arah mobil ambulan yang sedang di ikuti beberapa mobil lainnya."Ayo susul mereka, hadang mereka sekarang!" Pria yang tadi mengejar Levan meminta rekannya menyusul ambulan. Sementara di mobil anak buah Levan, mereka menyadari jika musuh berhasil mengejar. Mereka pun mengatur strategi, mereka bahkan menghubungi orang di ambulans untuk melaju lebih cepat. Sementara mobil di belakang ambulan akan mencoba menghalangi mobil yang mengejar mereka."Nyonya besar kita terus di ikuti, anak buah tuan Levan akan menghadang. Tapi kita akan terpisah dan kita harus bisa mengelabui mereka. Jika tidak akan bahaya untuk kita kalau sampai mereka menemukan tempat persembunyian," ucap Dean memberitahu Nyonya Erina jika di belakang mereka terus diikuti."Ya sudah, la
"Tuan kita ada pertemuan di Club 88, apa Tuan akan datang?" tanya seorang pria tegap dengan setelan berwarna hitam."Tentu, bukankah pemilik Argo company yang mengundang. Bisa-bisa kita akan dikatakan sombong olehnya," sahut pria yang dipanggil tuan.Levan Aleandro salah satu pemilik perusahaan kelas atas yang terkenal bukan hanya dalam bisnis bersih, tapi juga dalam bisnis gelap. Akan tetapi dia tetap ingin menjalin hubungan baik dengan pengusaha lainnya yang satu level. Meskipun dalam kenyataannya Levan pemilik Galaxy Group, tetap memiliki banyak musuh. Karena perangainya yang suka seenaknya dalam bisnis, terutama untuk orang-orang yang dia masuki wilayah bisnisnya dalam bisnis ilegal. Bahkan beberapa kali nyawanya hampir melayang di tangan pembunuh bayaran, karena kegeraman orang-orang itu."Baiklah kalau begitu, saya akan siapkan keamanan ketat untuk Anda Tuan. Saya dengar pemilik Eagle Corp, menginginkan kematian Anda. Dia sangat marah saat tau wilayahnya Anda kuasai dan salah sa
Mereka pun bergegas mengejar mobil yang membawa Levan, mereka takut sampai kehilangan jejak. Bisa-bisa Agusto sang bos akan murka, mereka harus berusaha menangkap dan melenyapkan Levan."Itu ambulannya Bang!" seru anak buah Agusto menunjuk ke arah mobil ambulan yang sedang di ikuti beberapa mobil lainnya."Ayo susul mereka, hadang mereka sekarang!" Pria yang tadi mengejar Levan meminta rekannya menyusul ambulan. Sementara di mobil anak buah Levan, mereka menyadari jika musuh berhasil mengejar. Mereka pun mengatur strategi, mereka bahkan menghubungi orang di ambulans untuk melaju lebih cepat. Sementara mobil di belakang ambulan akan mencoba menghalangi mobil yang mengejar mereka."Nyonya besar kita terus di ikuti, anak buah tuan Levan akan menghadang. Tapi kita akan terpisah dan kita harus bisa mengelabui mereka. Jika tidak akan bahaya untuk kita kalau sampai mereka menemukan tempat persembunyian," ucap Dean memberitahu Nyonya Erina jika di belakang mereka terus diikuti."Ya sudah, la
"Apa petugas itu jujur dengan di mana kamar rawat Levan?" tanya seorang pria."Sepertinya iya, karena petugas itu ketakutan. Dia tidak mungkin berbohong," sahut yang lainnya."Baguslah, kita harus Berhasil kali ini. Jangan sampai tuan Agusto kecewa lagi, mendengar Levan masih hidup setelah ditusuk saja beliau murka. Bisa-bisanya si Alvon menusuk bukan di bagian vital," geram pria pertama yang ternyata mereka adalah anak buah Agusto."Menurutku wajar, di sana begitu banyak orang besar. Wajar Alvon gugup dan meleset sedikit,"!sahut rekannya.Ting!Terdengar pintu lift terbuka, sepuluh orang yang naik itu langsung melangkah menuju tempat dimana mereka di beritahu jika Levan di sana. Mereka bergegas menuju kamar VVIP yang di tunjukan, tapi saat tiba di sana tidak terdengar suara apapun. Bahkan tidak ada yang menjaga kamar itu dari luar, sampai-sampai mereka berlari karena penasaran."Apa mereka sudah kabur, tidak ada yang berjaga. Sejak di bawah aku sudah heran, karena tidak ada anak buah
"Kita bukannya diam saja dan mengalah dengan apa yang sudah mereka lakukan, tapi kita menyerang setelah memantau pergerakan mereka. Bila perlu, kita buat mereka berpikir jika kita tidak terpengaruh sama sekali. Nah saat mereka lengah barulah kita serang, jadi jangan terburu-buru. Kita menggunakan strategi," jelas Levan idenya."Bagaimana kalau mereka yang menyerang kita lagi?" tanya Ben menyeletuk."Artinya mereka halal buat kita apain aja, karena kita mempertahankan diri. Toh mereka yang sudah menyerang kita berkali-kali, kita hanya perlu waspada dan bersiap. Tidak seperti tadi yang gelagapan saat di serang, kalian juga jangan terlalu banyak minum. Agar kondisi kita terus terkontrol, ajak orang-orang yang biasa berkumpul di sini. Semakin ramai semakin takut mereka menyerang, mereka akan berpikiran kita hanya bertahan tanpa memikirkan menyerang balik. Setelah nanti mereka lengah barulah kita serang," tutur Levan apa strategi yang di pikirkannya."Waw, idemu keren banget. Strategi yang
Gluk ... Gluk ...Terdengar suara tegukan dari Anto yang meminum alkohol langsung dari botolnya, dia seperti sedang meminum air mineral saja. Rasa kesal di hatinya membuatnya minuman alkohol itu tidak terasa pahit sama sekali. Sedangkan yang lainnya minum dengan gelas yang memang ada di tempat itu, yang memang mereka siapkan untuk mereka minum."Anto, nanti kamu mabuk kalau minum dengan cara begitu. Sudah jangan terlalu terbawa emosi, kita harus tenang kalau ingin mengalahkan mereka." Murad yang memang terlihat paling sabar menasehati Anto, membuat Anto langsung meletakan botol minuman yang dipegangnya."Aku benar-benar kesal, karena mereka sudah berani terang-terangan. Mereka tidak menyerang kita di malam hari, tapi di siang hari bolong dimana masih banyak orang. Aku tidak mau tau, pokoknya malam ini kita harus mengumpulkan orang untuk menyerang mereka. Kita harus membalas sebelum mereka menyerang kita lagi, mereka harus diberi pelajaran. Terutama si Baron itu, dia tidak akan kapok ka
"Ben, kita di serang. Ayo kita ke sana!" ajak Agus dan langsung mencari-cari senjata yang bisa dia gunakan untuk membantu kawan-kawannya."Brengsek! Baru juga diomongin, udah diserang aja." Ben pun langsung berlari setelah Agus memberikan sebatang bambu kecil untuknya, mereka menyebrang bahkan tanpa melihat kiri kanan membuat Ben hampir saja tertabrak.Perkelahian tidak bisa di hindari, belasan orang yang datang dengan motor menyerang mereka yang hanya berenam. Hal itu membuat mereka sedikit kewalahan, tapi ternyata kemampuan beladiri yang di miliki Levan juga tidak main-main. Levan memukuli mereka bahkan bisa mengelak dari serangan mereka, Anto dan yang lainnya sampai terpukau. Bukan apa-apa, karena yang mereka tau Doni tidak bisa beladiri. Tapi gerakan yang di lakukan teman mereka itu sangat teratur dan rapi, sedangkan Doni selama ini hanya bisa berkelahi seenaknya."Doni kenapa beda, dia jadi pinter berkelahi begitu. Apa karena mati suri membuatnya jadi jago?" tanya Anto dalam hati
"Aku harus mencari ragaku sendiri, mungkin kalau bertemu dengan ragaku jiwaku bisa keluar dari sini. Tapi aku tidak tau di mana ragaku sekarang, aku akan cari Dean untuk mencari tau. Tapi kapan aku bisa pergi, jika mereka semua memintaku untuk berjaga di sini siang malam. Benar-benar sial!" geram Levan tapi hanya di dalam hatinya.Plak!"Woii, jangan melamun kamu bisa kesambet siang-siang begini." Anto yang baru datang langsung menepuk bahu Levan, membuatnya terperanjat kaget."Kalian sudah selesai?" tanya Levan datar. Sebenarnya Levan kesal karena sudah dibuat terkeju, tapi dia tidak ingin menunjukkan sisi dirinya yang biasanya. Karena sampai sekarang dia tidak tau bagaimana Doni kesehariannya dulu. Untung saja dia sedang dianggap lupa ingatan, mau bagaimanapun reaksinya tidak akan dikira aneh."Sudah, apa kalian tidak lapar? Kita makan dulu di tempat biasa," ucap Anto sambil duduk sementara Ben sudah duduk kembali."Gak minum dulu, To?" tanya Ben.Plak!"Kamu gak ada omongan lain s
"Nada, kamu benar-benar tidak tidak berubah. Masih tetap cantik dan lembut, aku tidak menyangka bisa bertemu kamu lagi. Tapi sialnya, kita bertemu di saat aku berada di tubuh pria ini. Kamu pasti tidak akan percaya jika aku mengaku sebagai levan mantan kekasihmu dulu," batin Levan sambil terus berjalan mengikuti Ben."Don, woyy! Kamu kenapa melamun, sana tagih toko-toko di sebelah situ. Aku akan ke sebelah sana, jadi biar kita cepat selesai. Aku sudah tidak sabar ingin minum alkohol nih, biar kita cepet kumpul di pos dan minum di sana." Ben menyenggol tubuh Levan yang hanya dia saja saat tadi dia mengajaknya bicara."Eh, iya. Ya sudah aku ke sana," sahut Levan dan berbalik menuju tempat yang di tunjuk Ben."Ampun deh, dia kehilangan ingatan tapi malah jadi kayak orang bego. Coba kehilangan ingatan itu lebih keren, jadi makin pintar gitu. Ini malah jadi kek orang linglung," gerutu Ben sambil menyebrang jalan.Levan pun masuk ke salah satu toko, membuat orang di sana keheranan. Karena
"Kamu sama Ben tagih di sebelah sana, Agus sama Murad di sebelah sana. Nah aku sama Narto di sebelah sana, nanti kalau udah selesai kita kumpul di sini." Anto mengatur mereka untuk membagi wilayah mana saja yang mesti mereka ambil uang keamanan menurut mereka."Siap!" sahut mereka bersamaan dengan suara nyaring.Mereka pun bergegas menuju tempat yang sudah di bagi oleh Anto, Levan sendiri langsung pergi bersama Ben. Mereka menagih uang keamanan di tempat yang ditunjuk Anto, mereka menagih di beberapa ruko yang cukup rapat dan juga ramai. Itu kenapa wilayah itu sampai ingin di rebut kelompok lain, karena memang menguntungkan."Eh, bukannya Doni sudah meninggal. Kenapa dia hidup lagi?" tanya salah seorang pemilik ruko saat Doni dan Ben keluar selesai menagih."Kalau tidak salah dia hidup kembali saat mau di kubur, Bos. Itu berita yang saya dengar," sahut salah satu pegawai yang bekerja di toko elektronik itu."Wah, antara serem sama berkah. Apa dia seperti kucing punya sembilan nyawa, m
Setelah berganti pakaian, Levan keluar dari kamar. Wajahnya masih nampak kebingungan, karena benar-benar merasa asing dengan apa yang ada di sekitarnya. Anto mendekati levan, dan mengajaknya untuk duduk di lantai, karena memang kontrakan mereka tidak ada tempat duduknya. Hanya saja karena habis menyemayamkan Doni, rumah itu di beri alas tikar."Apa ada yang sakit? Lukamu bagaimana rasanya?" tanya Anto perhatian. Levan hanya menggeleng, karena jujur dia tidak merasakan sakit apapun."Aku lapar," ucap Levan alias Doni."Ya ampun, tentu saja kamu lapar. Pasti kamu dari perjalanan jauh, di alam sana. Ben, tolong belikan nasi bungkus buat Doni. Tidak, bukan cuma Doni tapi kita semua." Anto meminta temannya untuk membelikan makanan, Ben berdiri lalu mendekati Anto."Mana uangnya?" tanya Ben sambil menengadahkan tangannya."Apa kamu gak punya duit?" tanya Anto."Lah dari mana aku duit, lagian duit warga yang melayat bukannya di kamu semua. Memangnya mau kamu kembalikan?" tanya Ben balik."He